6

361 53 1
                                    

"HyungWonho bisa bantu aku membawa barang-barang ini ke backstage?" tanya Rin membuat Hyungwon dan Wonho menoleh dengan raut yang kurang bersahabat. Sedangkan gadis itu hanya terkikik sambil melirik-lirik ke arah ponsel temannya itu. "Wonie, boleh aku pinjam ponselmu?"

Hyungwon menghela napas sambil berkata, "Kapan kau beli ponsel? Kau 'kan punya gaji, aku tak tahu kalau kau semiskin itu."

"Hus!" Wonho menyenggol Hyungwon yang sedikitnya membuat Rin menggeram pelan karena kesal akan ucapannya. Walau begitu, ia segera memakai ponsel Hyungwon dengan tentu saja bantuan lelaki itu. Soalnya, Rin tidak pernah benar-benar menggunakan ponsel dengan baik. Yang ia tahu hanya mengirimkan pesan dan menelpon.

Setelah menekan beberapa nomor telpon yang didapatkannya dari Jooheon, dia menunggu agar panggilannya dijawab.

"Ya, halo?" sapa seseorang di seberang sana. Rin menghela napasnya yang terasa gugup untuk sesaat, lalu tersenyum ramah walau tak bisa dilihat oleh orang itu.

"Halo, selamat malam. Saya Rin, teman Changkyun yang waktu itu sempat menyapa Paman," jawab Rin dengan dada yang berdebar, "saya ... ingin mengatakan sesuatu soal Changkyun."

"Apalagi?" tanya ayah Changkyun dengan nada yang ketus. Rin meremas ujung bajunya untuk mengalihkan rasa gugup.

"Malam Minggu nanti, Changkyun akan tampil bersama Jooheon. Saya harap, Paman datang untuk menyaksikan dan melihat ... seberapa bagusnya kemampuan Changkyun dalam rap," jelasnya pelan-pelan. Rin harap, semoga ayah Changkyun bisa berpikir dingin untuk menimbang ajakannya.

Terdengar nada kekehan di seberang sana. Rin jadi harap-harap cemas mendengarnya. Ayah Changkyun pun berkata, "Untuk apa aku menontonnya? Toh, cepat atau lambat dia akan pergi ke Amerika."

Rin menggigit bibir bawah dengan gusar. Ia sempat menoleh ke belakang, di mana Hyungwon dan Wonho tengah menatapnya entah sejak kapan. Kemudian hanya bermodal tekad, akhirnya Rin berkata, "Kalau kemampuan Changkyun mengecewakan Paman, silakan bawa dia ke Amerika. Selamanya pun ... tak apa."

Hyungwon dan Wonho membulatkan matanya karena terkejut, segera mereka berdua berdiri di samping Rin bermaksud protes. Tapi, dia hanya menutup kedua matanya dan bersiap mendengarkan apa yang diucapkan ayah Changkyun.

"Hahaha! Lucu sekali. Mau bagaimanapun negosiasinya, saya tetap tidak akan datang. Saya tutup!" Lalu yang terdengar hanya nada terputus. Rin menghela napasnya sambil menurunkan ponsel dari samping telinga. Lantas Hyungwon merebutnya dan menatap Rin tak percaya.

"Kau gila? Selamanya?" tanyanya tak terima. "Kenapa kau melakukan hal konyol tanpa berpikir, ha?"

"Kalian percaya pada Changkyun?" tanya Rin mengalihkan pembicaraan. Wajahnya masih menunduk setelah panggilan terputus.

Wonho menghela napas sambil mendekat dan berkata dengan nada pasrah, "Bukan itu masalahnya, Rin. Tapi seharusnya kau merencanakan sesuatu yang-"

"Aku percaya," potong Rin sambil mendongak, menatap keduanya dengan tatapan meyakinkan, "aku yakin, Changkyun pasti bisa membuat ayahnya mengakui keinginannya untuk menjadi Rapper."

Hyungwon dan Wonho saling berpandangan, lalu menghela napas dengan frustrasi.

















***

Hari terus berganti. Selama itu pula Changkyun susah mengendalikan emosinya dengan latihan yang Jooheon lakukan. Apalagi setelah ia tahu bahwa Changkyun akan menemani Jooheon di atas panggung. Semua itu berkat ide gilanya Rin.

Tak jarang Jooheon jadi bahan pelampiasan lelaki itu karena pikirannya yang masih kalut. Ia benar-benar tak mengerti kenapa Rin melakukan sesuatu tanpa persetujuannya dulu.

Sekarang sudah hari Kamis. Ia masih belum ada niatan yang benar-benar untuk tampil bersama Jooheon. Kalaupun ia terdampar di ruang latihan, pasti itu karena paksaan Jooheon. Kini, jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Jooheon pergi meninggalkannya karena latihan mereka tak kunjung benar juga.

"Go to the hell, Changkyun!" teriak Jooheon sebelum benar-benar pergi meninggalkannya. Changkyun mengusap wajah dengan kasar, ia butuh sesuatu untuk menenangkan dirinya.


TUK!


Changkyun mendongak dan mendapati Rin tengah duduk di samping kanannya dengan wajah yang salah tingkah bercampur kaku. Senyumnya pun tampak dipaksakan dan terkesan seperti orang bodoh. Ia hanya menunduk dan berkata, "Maaf ..."

Changkyun yang tadinya ingin kembali marah pun mengurungkan niatnya. Ia menghela napas dan kembali membenamkan wajah di kedua tangan. Rasanya berurusan dengan Rin hanya akan menambah masalah.

"Kudengar, lagu yang akan kalian bawakan adalah lagu baru," ujar Rin tak membuahkan respons apa-apa dari sang empu, "emm ... aku sudah menyiapkan beberapa keperluanmu untuk tampil nanti. Tentu saja dengan bantuan yang lain."

"Kenapa kau melakukannya, ha?" tanya Changkyun membuat Rin makin menunduk dan memainkan jari-jarinya sendiri. "Kenapa?"

Rin menghela napas, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kemudian gadis itu mulai membuka suara, "Masih terbayang jelas dalam ingatanku. Bagaimana bahagianya kau setiap setelah latihan dengan Jooheon."

Rin mendorong sebuah cup di meja yang ada di depan mereka berdua. Perlahan senyumnya mengembang, dan dia tunjukkan pada Changkyun dengan cuma-cuma.

"Aku tak tahu apakah menjadi Rapper itu impianmu atau bukan. Tapi, jika kau tidak ingin melakukannya, kau ... tidak perlu datang. Karena ayahmu pun mungkin tak akan datang," ujar Rin terlihat sedih,  lalu berdiri perlahan, "aku juga mulai mengejar impianku loh ... dan anak pertamaku baru saja lahir."

Changkyun mengalihkan netranya pada makanan yang ada di depan dengan raut kebingungan.

	"Perkenalkan, namanya Gelato

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perkenalkan, namanya Gelato. Dia berasal dari Italia. Aku harap kau berteman baik dengannya, dia bisa membantumu menenangkan pikiran dan mengambil keputusan yang tepat," jelas Rin sambil mengambil tas dan mengucek matanya yang berkantung, "satu hal yang kau harus tahu, Changkyun. Monsta X tidak ada kalau kau pergi."

Changkyun termenung. Rin baru saja meninggalkannya. Tangan lelaki itu perlahan terulur untuk membawa Gelato yang diberikan gadis itu padanya. Ia sendok sedikit dan memasukannya ke dalam mulut.


"Uwahh~ rap IM semakin bagus!!"


"Ah, Hyung~ jangan begitu hahaha!"


"Kami menunggu kau tampil di atas panggung, Changkyun~"


Tiba-tiba bayangan semua temannya melintas di dalam kepala. Di mana saat mereka masih duduk di bangku sekolah dan menyemangatinya untuk mengikuti jejak Jooheon. Diam-diam ia selalu berlatih dan menonton tak kenal waktu bahkan tempat.

Dada Changkyun berdebar, pikirannya seakan waras seketika.

'Aku ingin menjadi seorang Rapper!' batinnya bertekad. Senyumnya mengembang sambil memperhatikan Gelato buatan Rin yang terasa enak dan menyejukkan. 'Aku akan tunjukkan siapa itu I.M!'

PATTISERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang