AUTHOR POV
Cyrinda Beatarisa.
Gadis yang biasa disebut Rin itu baru saja diberi satu box macaron, dan ia hanya bisa melongo pada lelaki yang kini sudah duduk di samping kirinya. Malahan dengan enteng dia meminum air lalu menatapnya penuh heran.
"Tidak mau?" tanyanya membuat Rin secara spontan menggeleng, tapi ia langsung mengangguk sampai lelaki itu bingung dengan reaksi yang diberikannya. "Mau atau tidak?"
"Masalahnya ..." Ucapan gadis itu terhenti, ia tak tahu harus mengeluarkan kalimat seperti apa untuk menuntaskan kebingungannya. Kalau ia terima macaron itu, pasalnya ia sama sekali tak kenal dengan lelaki tampan yang ditatapnya. Tapi, kalau tidak diterima ... perutnya sudah sangat beringas apalagi melihat makanan di tangannya.
"Kau punya masalah denganku?" tanya lelaki itu dan Rin kembali menggeleng.
"Anu ... maksudnya kau memberi ... macaron ini padaku, apa?" tanya Rin dengan terbata. Lelaki itu hanya mengangguk kecil sambil memperhatikan sepeda mahal miliknya. Rin menduga, sepertinya lelaki itu baru selesai olahraga.
"Sepertinya kau lapar," ujarnya tepat sasaran. Rin hanya menelan ludahnya tanpa sadar saat jawaban itu meluncur dari mulut lelaki tampan itu, "tenang saja, aku bukan seorang penipu atau apapun yang memberikan racun dalam macaron itu. Aku baru saja selesai olahraga dan sekarang sedang menunggu seseorang, jadi aku membeli itu. Tapi, aku terlalu kenyang walau makan satu bahkan dari awal mencium baunya."
"Bisa saja, 'kan? Kita juga tidak saling mengenal ...," bisik Rin membuatnya menoleh dengan raut yang tidak percaya. Padahal Rin hanya mengungkapkan yang sejujurnya, "... aku tidak bermaksud menyinggungmu."
Sejujurnya, Rin sangat takut. Walau wajah lelaki ini meyakinkan, tapi bukankah tampang orang-orang jahat memang begitu? Oh iya, dia sudah sering bertemu dengan spesies seperti itu. Soalnya, para penagih hutang yang selalu datang, dulu menawarkan sesuatu yang menggiurkan pada ayahnya dengan wajah yang tak jauh beda dengannya.
'Apalah daya, perutku makin mengamuk ...' batin Rin.
Dengan pelan, dia mengambil satu macaron berwarna pink dan menggigitnya ragu-ragu. Mengabaikan lelaki tampan yang sibuk memainkan ponselnya di sebelah Rin.
DEG!
'Mulutku manis sekali ... Enak, ini sungguh enak!' batin Rin menikmati rasa manis yang terasa. Bagaikan surga dalam dunia, hati Rin melayang merasakan lelehan gula di mulutnya. Sebuah deskripsi kebahagiaan yang baru ia jumpai hari ini, hanya karena segigit macaron. Kalau boleh dia menangis, dia akan melakukannya untuk menunjukkan kebahagiaan seperti apa yang dirasakannya.
"Siapa namamu?"
Lelaki yang merasa ditanyai itu menoleh pada Rin yang bahkan masih sibuk memperhatikan macaron di tangannya. Senyum tipis terukir, lalu dia berkata, "Namaku ..."
***
Kurang lebih satu bulan berlalu setelah kejadian itu. Ajaibnya, Tuhan berbaik hati membuat keduanya berteman. Bahkan lelaki itu mengenalkannya pada beberapa teman yang ia sebut sebagai Monsta X. Rin pikir, mungkin itulah saatnya dia bahagia setelah apa yang dirasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATTISERIE
Fanfiction[ON HOLD] Kebahagiaan tidak diukur dari seberapa banyak yang kau miliki. Tetapi dari perasaan mensyukuri apa yang kau miliki. Sesuatu yang kau lakukan tanpa syarat, dan tanpa mengharapkan apapun. Sepahit-pahitnya makanan berat yang kau telan, yakinl...