Wonho terkesiap saat Kihyun dan Changkyun datang ke kafenya dengan raut yang tak biasa. Ia yang sedang memperhatikan kinerja karyawannya segera saja mendekat sambil bertanya, "Ada apa?"
"Rin menghilang," ujar Kihyun to the point, "dia tidak mengantarkanmu makan siang, 'kan?"
"Aku memang tidak pesan, soalnya Momo membuatkanku makanan," jawab Wonho bingung, "kenapa kalian bisa menyimpulkan dia hilang? Kalian sudah mencari kemana biasanya dia pergi?"
"Awalnya saat kami pesan makan siang, malah temannya yang datang. Katanya Rin tak masuk kerja, karena Hyungwon Hyung pikir dia sakit, akhirnya dia dan Jooheon Hyung pergi ke rumahnya. Tapi, bahkan ayahnya tak ada di rumah. Sepi sekali," jelas Changkyun, "sekarang mereka berdua sedang ke kantor polisi, bertemu Minhyuk Hyung. Mungkin saja dia tahu sesuatu."
"Shownu Hyung tidak bisa membantu karena ada meeting. Lagipula, kemana lagi Rin pergi kalau bukan untuk bekerja? Hidupnya hanya untuk mencari uang," tambah Kihyun membuat Wonho dengan tergesa-gesa menghampiri Momo. Dia menanyakan kapan terakhir perempuan melihatnya.
Momo yang sedang sibuk memasak pun menghentikan kerjanya dan menjawab, "Kemarin dia kusuruh pulang karena sudah malam. Memangnya kenapa?"
"Dia menghilang, sudah kubilang 'kan biarkan saja dia di kafe untuk belajar memasak. Biar aku yang menguncinya agar bisa sekalian mengantarnya pulang. Kau ini bagaimana, sih?!" bentak Wonho membuat Momo tersentak. Rasanya sakit sekali dibentak oleh seseorang yang disukainya.
Kihyun dan Changkyun menghampiri keduanya, sambil berusaha menenangkan, mereka mengajak Wonho untuk pergi ke kantor polisi. Momo terdiam, ia tak habis pikir kenapa Wonho begitu peduli pada Rin yang hanya seorang waiter?
***
Minhyuk mengacak rambutnya dengan frustrasi, ia baru saja selesai mengecek kamera CCTV di jalan yang biasa dilewati Rin. Ia sangat yakin bahwa gadis itu diculik oleh seseorang. Sialnya dia tak bisa melacak keberadaannya karena gadis itu sama sekali tak punya ponsel.
"Choi Taejoon!" teriaknya membuat Hyungwon dan Jooheon bingung. "Dia diculik olehnya, orang yang mencelakai ibuku. Dasar pedofil kurang kasih sayang!"
"Hyung, setidaknya jangan melawak di saat genting begini ...," ujar Jooheon hampir saja tertawa akan perumpamaan yang Minhyuk sebutkan. Untungnya tawa itu tertahan di tenggorokan, "... apa? Jadi sekarang kita harus bagaimana?"
Kepanikan yang sangat telat itu membuat beberapa rekan kerja Minhyuk mendesah pelan. Ternyata, kelakukan Minhyuk itu tak jauh berbeda dengan teman-temannya. Sampai atasannya yang bernama Kim Minseok atau biasa dipanggil Xiumin itu menyimpan sebuah berkas di atas meja. Minhyuk segera saja membuka berkas dan tak lama menyambar jaket serta kunci mobil.
"Minhyuk, kalau kau pergi dalam keadaan panik begitu ... penangkapan akan gagal," ujar Xiumin sambil mendekat, "kita memang baru tahu markas Taejoon, tapi kita tidak bisa menggeledah tempatnya begitu saja."
"Kenapa?!" tanya Jooheon frustrasi, ia bingung dengan kinerja para polisi yang tampak tenang-tenang saja. Tidak seperti yang selalu ia tonton di dalam drama.
"Taejoon punya tahanan," ujar Minhyuk pelan sambil menjatuhkan dirinya di atas kursi. Ia baru ingat, dan ia tidak bisa berbuat gegabah, "Rin ..."
Hyungwon dan Jooheon mengerang tertahan. Otak mereka baru saja sejalan dengan Minhyuk, benar-benar pedofil penambah beban! Pikir mereka.
Lalu tiba-tiba Minhyuk menggebrak meja, ia mengacungkan tangannya seakan baru saja punya ide cemerlang. Tak lama, datanglah Wonho, Changkyun dan Kihyun. Minhyuk segera saja menghampiri Wonho dan berkata, "Antar aku ke rumah Mina!"
***
Rin memandang tajam ke arah Taejoon yang terang-terangan menunjukkan fotonya bersama Mina sedang berjalan menuju pulang suatu malam. Lelaki itu baru saja mengungkapkan keinginannya untuk mendapatkan anak tersebut, walau naas ia harus terjebak dengan gadis semacamnya.
Walau begitu, Taejoon tak kecewa. Karena Rin tampak tak jauh beda dengan anak kecil yang sangat ia suka. Tubuhnya mungil dan tampak menggemaskan.
"Aku tetap akan menculik anak itu. Apapun caranya, harus aku dapatkan! Kau! Tunggu aku menuntaskan keinginan ini, baru aku akan mengurusmu," ujarnya bersiap-siap untuk melakukan tindakan jahat. Rin sudah tak bisa melawan karena sebelumnya ia sempat disiksa beberapa kali. Ada beberapa bagian tubuhnya yang terluka, "oh, iya! Bersyukurlah karena kau kupindahkan ke ruangan ini. Bukankah ruangan sebelumnya lebih pengap dan menggoda?"
Setelah melambaikan tangan dan mengucapkan kata pamit, lelaki itu pergi meninggalkannya sendiri. Barulah Rin berusaha untuk memutar otak agar bisa meloloskan diri dari ruangan super pengap yang ia tempati. Ia harus mencari benda tajam untuk memutuskan tali yang mengikat tangan dan kakinya.
Paling tidak, walaupun mulutnya tak dibekap, ia tetap tak bisa meminta pertolongan karena ruangannya kedap suara. Taejoon sudah mengatakan itu padanya sejak awal ia sadar. Matanya mengarah ke segala penjuru ruangan, sampai ia melihat sebuah cutter di tempat pensil di meja sebelahnya. Dengan susah payah, Rin mencoba mendekat dengan menyeret kursi secara perlahan.
'Ck, mejanya terlalu tinggi!' pekiknya mulai merasa perih di bagian tangan dan kaki karena terlalu banyak bergerak. Ia lalu mencondongkan wajahnya dan menjatuhkan tempat pensil itu dengan kepala. Beruntungnya cutter itu jatuh dan ia segera saja menubrukkan diri ke lantai walau rasa sakit menjadi-jadi di sekujur tubuhnya.
Mau bagaimana lagi? Demi selamat, ia rela melakukan apapun untuk hidupnya.
Setelah berhasil ia dapatkan, cutter itu mulai Rin gunakan untuk memutus tali. Ia mengucap syukur sebanyak mungkin dalam hatinya, ia segera berlari. Namun sayangnya, pintu terkunci rapat dari luar.
"Argh!" teriak Rin dengan murka. Kendati demikian, ia segera mencari benda tajam dan beberapa alat yang bisa ia gunakan untuk melakukan keselamatan. Rencananya, jika Taejoon kembali, maka ia akan memukul atau melakukan apapun yang membuat lelaki itu lengah.
Hampir dua jam berlalu, Rin akhirnya yakin pintu akan dibuka oleh seseorang dari luar. Lantas, ia segera mengangkat sebuah kayu yang didapatnya di ruangan itu dan bersiap mengayunkannya jika orang itu masuk.
Tepat sekali pintu terbuka ...
BUK!!!
Rin baru saja ingin berlari saat orang itu jatuh di depannya dan mengerang kesakitan. Tapi sayangnya, ia malah menubruk orang lain di luar.
"Uwaa, Rin tenangkan dirimu!" seru Hyungwon sambil menahan berat tubuhnya yang hampir terjatuh itu. Rin menunjukkan raut kaget, lalu seketika pandangannya beralih ke belakang. Ke orang yang terjatuh karena baru saja dia pukul.
"Ya tuhan, Wonho!" pekiknya terkejut. Para polisi yang ada segera saja membawa Wonho ke dalam mobil. Serta Rin yang juga membutuhkan penanganan medis karena luka-lukanya yang tak bisa dianggap remeh.
Belum sempat beranjak, mata Rin menangkap sebuah kunci yang ada di dekat pintu. Membuat Hyungwon yang menggandengnya keheranan.
"Apa itu?" tanyanya dan Rin hanya menggeleng pelan sambil sedikit mengingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATTISERIE
Fanfiction[ON HOLD] Kebahagiaan tidak diukur dari seberapa banyak yang kau miliki. Tetapi dari perasaan mensyukuri apa yang kau miliki. Sesuatu yang kau lakukan tanpa syarat, dan tanpa mengharapkan apapun. Sepahit-pahitnya makanan berat yang kau telan, yakinl...