Rin menatap ragu-ragu Shownu yang tampak tak berselera di tempatnya, baru saja mereka selesai berlatih walaupun pria ini banyak tak fokusnya ketika mengajarkan bela diri. Akhirnya gadis ini duduk di sebelah Shownu, mencoba mencaritahu apa yang membuatnya kehilangan warna ketika bergelut dengan salah satu hobby yang ia punya.
"Istirahat dulu ya, nanti lanjut lagi," katanya lemas.
"Berhenti saja dulu untuk hari ini," sahut Rin simpati.
Shownu menggeleng dan berkata, "Tidak. Rin, jadikanlah kejadian yang menimpamu dengan Mina sebagai pelajaran. Kau tidak boleh hanya tahu caranya menangkis, bela diri penting untukmu."
Rin bukannya menyepelekan apa yang pernah ia alami, hanya saja ia sungguhan tak tega memaksa mood Shownu yang tak baik-baik saja untuk melatihnya.
Tangan gadis ini bergerak menyerahkan sebotol minuman pada gurunya, Shownu mendesah pelan dan berterima kasih sambil kemudian meneguk airnya hingga tandas. Bahkan Rin dibuat takjub oleh pemandangan tersebut.
Tak lama seseorang masuk, Changkyun ada di sana dengan senyuman lebar guna menyapa. Sempat terlibat basa-basi antara dia dan Rin, hingga kemudian tatapan lelaki ini jatuh pada Shownu.
"Hyung, tadi aku melihat ayahmu dalam perjalanan menuju ke sini," lapornya menyimpan tas berisi buku kuliah di samping Shownu, "dia bertanya kenapa kau tak datang meeting."
"Lalu?"
"Aku jawab seadanya saja, mungkin kau lupa." Rin mendengus, alasan konyol temannya ini sungguhan sangat sepele. Ayah Shownu mungkin takkan percaya. "Ada apa, sih? Kudengar ayahmu jadi sering berkeliaran di luar dan menemui yang lain juga."
Shownu mendecak dan bangkit, ia mengambil handuk untuk mengelap keringatnya dan kembali duduk dengan ekspresi yang ditekuk. Belum memutuskan apakah ia akan bercerita atau tidak, deringan teleponnya menyita perhatian dan tanpa banyak bicara ia segera meninggalkan ruangan.
Changkyun menghela napas dan duduk di samping Rin, menggaruk rambutnya dan berkata, "Ayah Hyung itu keras pada anaknya, sama seperti ayahku."
"Oh?" Rin menoleh karena tak tahu bahwa Changkyun akan bercerita tanpa dia minta. "Terus?"
"Beliau lebih gila kerja dari ayahku, tak heran sih kenapa bisa Shownu Hyung menjadi CEO di usia yang sangat muda begitu. Bukankah kemungkinan besar dia dituntut ayahnya?" tanya Changkyun menyerahkan camilan yang baru saja ia keluarkan dari tas, kebiasaan barunya memberi Rin makan karena tak mau gadis itu mati konyol karena kemiskinannya.
Rin mengangguk-angguk sambil membuka camilan dan menyerahkannya pada Changkyun, membuat pemuda itu mendecak dan mendorong makanannya ke arah Rin seolah berkata itu bukan untuknya. Gadis ini tersadar kemudian terkekeh karena tadinya ia pikir Changkyun hanya minta tolong bukakan.
"Ini aku baru mendengarnya dari Kihyun Hyung, sih. Dengar-dengar Shownu Hyung mau dijodohkan oleh salah satu anak teman kerja ayahnya," bisik Changkyun menuai respons kaget dari lawan bicaranya, "kaget, 'kan? Iya, 'kan? Aku pikir hanya Wonho Hyung yang akan dijodohkan begitu, hah, kenapa mereka semua kolot sekali coba?"
"Jadi kau pikir Shownu tertekan karena semua itu?" tanya Rin.
"Memangnya apalagi yang bisa membuatnya demikian kalau bukan soal pekerjaan? Kita semua tahu hidupnya hanya berputar soal kantor dan kantor," jelas Changkyun mengunyah yang ia makan dan menyandarkan dirinya ke dinding, "Ya Tuhan, masa depanku nyaris begitu kalau bukan karena kau."
"Kenapa? Menurutku kerja kantoran lebih baik daripada menunggu minimarket," sahut Rin dengan mata memicing, jangan tanya kenapa, dulu ia sempat punya impian bekerja di ruangan ber-AC dan hanya fokus mengetik di laptop.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATTISERIE
أدب الهواة[ON HOLD] Kebahagiaan tidak diukur dari seberapa banyak yang kau miliki. Tetapi dari perasaan mensyukuri apa yang kau miliki. Sesuatu yang kau lakukan tanpa syarat, dan tanpa mengharapkan apapun. Sepahit-pahitnya makanan berat yang kau telan, yakinl...