8

221 24 8
                                    

Minhyuk memegang tangan ibunya dengan mata yang sayu. Setelah seharian bekerja, dia langsung menjaga sang ibu tercinta. Kabarnya, ibunya memang sengaja dicelakai oleh seseorang yang sedang balas dendam pada Minhyuk.

Lelaki itu pernah menggagalkan rencana orang itu yang ingin menculik anak kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu pernah menggagalkan rencana orang itu yang ingin menculik anak kecil. Namanya Choi Taejoon, seorang pedofil yang meresahkan warga sekitar. Emosinya sangat mudah tersulut, maka saat rencananya gagal, ia langsung mencari tahu segala hal tentang Minhyuk sampai mencelakai ibunya.

Saat jam makan siang tiba, Rin datang menjenguk dengan Kihyun. Mereka berusaha menguatkan Minhyuk yang juga ingin memasukkan Choi Taejoon ke dalam jeruji besi. Siapa yang tak marah kalau ibu kita sendiri sengaja dicelakai orang asing? Padahal jelas-jelas dia tak salah apa-apa, karena untuk menggagalkan rencana Choi Tejoon itu sudah menjadi tugasnya, bukan?

Minhyuk yang selalu ceria dan konyol pun mendadak menjadi pemurung. Ia hanya khawatir pada kondisi ibunya yang belum kunjung sadar karena kecelakaan yang terjadi cukuplah parah. Dari pihak kepolisian sendiri sudah memberikan jatah waktu senggang padanya, walau begitu ... Minhyuk tetap bekerja. Dengan alasan ingin menangkap sang penjahat.

"Minhyuk, makan dulu," ujar Kihyun pelan sambil menyondorkan nasi dari Rin. Minhyuk hanya menggeleng pelan sambil tersenyum tipis, "dengan adanya musibah ini, bukan berarti kau tak makan. Kau harus kuat dan menangkap penjahatnya dengan energi yang banyak."

"Nanti saja," sahut Minhyuk tak berselera. Kihyun dan Rin saling pandang, mereka sudah lelah menghadapi Minhyuk yang beberapa hari ini selalu keras kepala. Rin mendekat sambil mengusap pundak Minhyuk dengan penuh simpati.

"Aku yakin kau pasti bisa menemukan penjahatnya, tapi makanlah dulu. Ibumu akan sedih karena ketika dia sadar, tubuhmu makin kurus saja." Minhyuk mendongak dengan pasrah, lalu menerima nasi di tangan Kihyun.

Ia memakannya dengan terpaksa. Di depan sang ibu yang hanya mengonsumsi infus selama beberapa hari ini.






















***

Rin menghela napas di saat kafe sedang cukup sepi, semua pelanggan belum ada yang memesan lagi. Pikirannya selalu jatuh pada Minhyuk, ia kasihan karena lelaki itu mendapat masalah yang tak sepele. Sampai pintu kafe terbuka sampai lamunannya buyar dan munculah Wonho dengan seorang gadis cantik yang tak dikenalinya.

"Hai, Rin! Bagaimana keadaan Minhyuk tadi siang?" tanya Wonho sambil tersenyum dan Rin hanya menggeleng pasrah. "Masih sama, ya? Hah~ aku turut prihatin."

Gadis cantik di samping Wonho menyenggolnya sambil menunjuk Rin dengan raut penasaran. Akhirnya Wonho mengangguk dan menunjuk Rin dengan senyuman.

"Perkenalkan, dia Rin. Waiter baru sekaligus temanku." Rin dan gadis itu bersalaman, keduanya sangat ramah karena saling melemparkan senyum.

"Namaku Hirai Momo, koki yang akan bekerja di sini dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Namaku Hirai Momo, koki yang akan bekerja di sini dan ...," ucapannya menggantung, dia melirik Wonho sekilas yang menatapnya dengan tatapan yang Rin tak mengerti. Momo tersenyum lalu melepaskan jabatan tangan, "... salam kenal."

Rin merasakan keanehan pada keduanya, walau begitu ia tak mau ambil pusing. Mungkin itu hanya perasaannya saja. Ia segera membungkuk saat sadar bahwa jabatan Momo lebih tinggi darinya. Tak lama dari obrolan singkat mereka, seorang gadis kecil datang menghampiri ketiganya dengan senyuman merekah.

"Kakak, aku pesan Float Mango seperti biasa!" pekiknya antusias. Rin tersenyum sambil mengambilkan pesanan, sedangkan Wonho dan Momo menatapnya bingung. Kenapa mereka seakan saling mengenal?

"Dia adalah salah satu pelanggan setia kita," ujar Rin sambil terkekeh. Wonho berjongkok lalu tersenyum senang pada anak kecil itu, "ini ... pesanan Nona Mina."

"Terima kasih, ini uangnya ..." ujarnya tampak menggemaskan. Selama Rin mengurus administrasinya, Wonho mengerutkan kening sambil bertanya-tanya.

"Kenapa gadis secantik kau pulang semalam ini? Habis kencan dengan siapa, hm?" tanyanya yang langsung mendapat senggolan kecil dari Momo. Rin terkekeh sambil menyerahkan uang kembalian. "Aku serius!"

Anak bernama Mina itu menggeleng sambil berkata, "Aku baru saja pulang les. Kalau kau bertanya kemana ibu dan ayahku, mereka terlalu sibuk bahkan untuk menyuruh beberapa pelayan rumah menjemputku. Dan untuk Rin Eonnie, sekarang tanggal ganjil, kau tidak akan mengantarku, 'kan?"

Rin dengan wajah lesunya mengangguk sambil menjawab, "Hmm, hari ini aku tak bisa mengantarmu pulang karena tanggal ganjil."

Wonho memberi pertanyaan lewat raut mukanya dan Rin menjelaskan bahwa saat mereka saling kenal, Rin tahu Mina adalah anak yang pemberani. Makanya dia tidak pernah meminta tolong sopirnya untuk menjemput di tempat les. Tapi, Rin tetap berkukuh ingin mengantarnya. Pada akhirnya, mereka membuat kesepakatan kalau Rin akan mengantar Mina pulang pada tanggal ganjil setiap pulang les.

Setelah berpamitan, Rin meminta izin untuk membuang sampah yang sudah cukup menumpuk. Meninggalkan Wonho dan Momo yang sedang mengobrol ringan soal keadaan kafe. Tapi, saat Rin hendak menyimpan kantong sampah di samping gedung, ia melihat Mina berontak dari seorang lelaki yang tak dikenalnya. Lalu tak lama dia memekik meminta tolong pada Rin.

Segera saja gadis itu berteriak sambil melemparkan kantong sampah yang tak terlalu besar itu pada kepalanya. "Yak! Kemari kau lelaki sinting!"

Lelaki itu sempat mengumpat sambil ingin membalas perlakuannya, kalau saja Wonho tak keluar dari kafe. Akhirnya lelaki itu berlari setelah bertemu tatap dulu dengan Rin.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Wonho memperhatikan Mina yang sibuk menangis di pelukan Rin. Gadis itu menggeleng lalu membawanya masuk. Kemudian setelah itu diantarkan oleh Wonho dengan mobilnya.

Rin juga berniat pulang karena jam kerjanya sudah habis. Ia tidak melakukan percobaan masakan karena kedatangan Momo yang tiba-tiba, si koki cantik yang akan mengambil alih kafe di mana dia bekerja. Mungkin Wonho belum menjelaskan kalau Rin selalu menggunakan dapur sebentar untuk percobaannya. 

Saat di jalan, ia benar-benar merasa diikuti oleh seseorang. Walau begitu, ia bisa pulang dengan selamat dengan perasaan yang tak enak.

"Mungkin perasaanku saja. Siapa juga yang mau mengikuti gadis miskin sepertiku?" tanyanya dalam diam.

PATTISERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang