[ 3 ]

2.5K 130 1
                                    

Author's P.O.V

[ Still flashback ]

"Huft. Hi, New York," kata Karina pelan.

Ia segera mengeluarkan iPhonenya dan menyalakannya, menuliskan beberapa digit angka yang diberikan Nicholas tadi sebelum ia berangkat. Ia menelepon nomor itu dan menunggu telepon itu diangkat. Namun hasilnya nihil. Tidak diangkat. Beberapa kali dicobanya, tapi gagal.

***

[ Flashback Ends ]

5 tahun kemudian . . .

"Karina!" panggil Chelsea.

"Iya bentar, turun," teriak Karina. "Ada apa sih?"

"Buruan siap-siap! Hari ini mau interview kan? Skyline Entertainment kan ga suka sama orang ngaret kaya lo," komentar Chelsea panjang lebar.

Chelsea adalah - gadis Indonesia yang berusia 20 - sahabat terdekat Karina. Sejak Karina melarikan diri ke New York, ia segera mencari taxi dan mencari dormitory yang kosong yang bisa ia tempati beberapa saat. Di situlah ia bertemu dengan Chelsea dan mereka akhirnya tinggal di apartment yang sama selama 3 tahun terakhir ini. Karina sempat berusaha mencari keberadaan Nicholas, tapi nihil hasilnya, sehingga Karina menyerah akhirnya.

"Iye serah lo bang," teriak Karina sambil mengambil tasnya dan menyambar heels hitamnya.

Mereka segera berangkat untuk interview di Skyline Entertainment. Kali ini, Karina diantar Chelsea. 10 menit kemudian mereka sudah tiba di gedung super mewah yang bertuliskan 'SKYLINE ENTERTAINMENT' di depannya. Chelsea segera memarkir mobilnya dan berjalan masuk ke lobby gedung tersebut mengejar Karina.

"Hello, I'm Karina Whitemiller, can I see Mr. Alexander for an interview?" tanya Karina.

"Yes, please wait for a moment, I'll call him. You can wait him in his room on the 39th floor," kata resepsionis perempuan berambut ikal itu.

"Okay, thank you," kata Karina sambil berjalan ke arah Chelsea. "Chel, gue ke lantai 39 dulu ya, wish me luck."

"Break a leg, Rin!" kata Chelsea.

Kemudian Karina berjalan menuju lift terdekat dan menekan tombol yang bertuliskan '39'. Lift itu membawa Karina ke lantai yang dituju

Sesampainya di lantai 39, ia langsung berjalan menyusuri koridor yang sepi itu, mencari ruangan bertuliskan 'Alexander'. Tanpa disadari Karina, ia sudah berdiri di depan ruangan itu dan sedang bergumul dengan dirinya sendiri apakah ia harus mengetuk pintunya atau tidak.

Tok. Tok. Tok.

"Come in," suara lelaki itu memecah keheningan.

"Good morning, sir," jawab Karina sopan.

'Siapa ya? Kok gue berasa kenal dia sih?' gumam Karina.

"So, you are Karina, right? What makes you want to be my secretary?" tanya Mr. Alexander.

"Because I need a job, sir. I came here accidently and I don't have any relatives nor job. I need to feed myself," jawab Karina menunduk. Ia mulai bernostalgia.

Seandainya papi mami masih hidup, pasti aku nggak perlu kerja, aku nggak perlu lari ke New York.

"Karina?" tanya Mr. Alexander.

"Sorry, sir, I was zooning just now. I'm so sorry," pinta Karina. Ia tidak sadar tadi dia bernostalgia terlalu lama.

"Yeah no problem, I was worried because you look pale," kata Mr. Alexander.

"No, no, no. I'm fine. So, can I have my job?" tanya Karina penuh harap.

"Oh yeah, of course. I need a personal secretary and you can be my PA," kata Mr. Alexander serius. "Oh yeah, I found out a fact about you. You came from Indonesia? So, you're an Indonesian?"

"Yes, sir," kata Karina. "Is there any problem?"

"No, no, no. Gue juga lahir dan besar di Jakarta. So yeah, kita lahir di negara yang sama. Pake bahasa indonesia aja gimana? Biar ga kaku," jelas Mr. Alexander.

"Wah, dunia sempit banget ya, Pak," tawa Karina sok seru.

"Haha jangan panggil saya 'Pak' dong. Saya seumuran sama kamu, lebih tua setahun doang," jawab Mr. Alexander.

"Hahaha beneran nih? Jadi .. saya harus panggil apa?" kata Karina.

SUMPAH DEH INI COWO SIAPA SIH? KOK MUKANYA FAMILIAR BANGET YA. SUARANYA JUGA KAYANYA GUE KENAL. SIAPA SIH ANJIR?!

"Hahahaha, panggil aja Nicholas. Nicholas Alexander."

----

JEGERRRR! HAHA GA SURPRISE BANGET YA?
AKHIRNYA SI KARINA KETEMU DEH SAMA SOSOK NICHOLAS YANG DIA CARI-CARI.

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang