[ 13 ]

1.5K 72 1
                                    

Author's P.O.V

Karina terbangun karena mendengar kegaduhan di dapur. Ia segera bangun dan berlari menuju dapur, mendapati Nicholas sedang asik dengan kegiatan 'memasak'nya. Karina melihatnya kemudian tertawa keras.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA, jadi ada yang mau masak nih ceritanya?" tawa Karina, menutupi kegelisahannya tentang si penelepon misterius itu.

Ia harus melindungi Nicholas -orang yang Karina sayang- dari apapun, dengan segenap kekuatannya bahkan melebihi ia melindungi dirinya sendiri.

"Iya .. tapi .. gagal, Rin," kata Nicholas kecewa.

"HAHAHAHAHA JANGAN BILANG PANCAKENYA GOSONG HAHAHAHAHAHAH," tawa Karina puas.

Ia harus menjalani waktu-waktu berharganya bersama Nicholas dengan baik, ia tidak mau ada penyesalan di kemudian hari, karena waktu tidak akan pernah berjalan mundur untuk mengulang semua peristiwa baik, kan?

"Yaudah sini-sini gue aja yang masak. Ah lo mah sok-sokan doang masak-masak," kata Karina mengambil alih dapur.

"Sorry, Rin," kata Nicholas sedih. Rupanya ia benar-benar menyesal.

"Gapapalah, lumayan, ada hiburan malem-malem," kata Karina.

Kemudian mereka terdiam dalam kesunyian yang ada, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

***

Karina duduk termenung di sofa depan televisi, menunggu Nicholas yang sedang mencuci piring mereka di dapur. Ia mengarahkan pandangannya ke arah televisi tapi tidak menontonnya sama sekali. Ia memikirkan telepon misterius itu, mencoba menelusuri -sejauh yang akalnya bisa lakukan- siapa orang itu.

"Babe, mikirin apa sih? Kayanya dari makan malem tadi, lo diem doang kaya mikir sesuatu yang besar banget," kata Nicholas menyadari adanya perubahan yang terjadi.

"Ah engga kok, ga mikir apa-apa, cuma kecapean doang," kata Karina (sok) lemah seakan kecapean.

Nicholas menggendong Karina, berjalan menuju kamar Karina, "Good night, sleep well ya, baby."

Nicholas mengecup kening Karina, mematikan lampu dan menutup pintu kamar Karina.

Karina segera membuka laci lemari kecil di sebelah kasurnya dan mengambil hpnya, membuka daftar telepon masuk dan menghafalkan nomor telepon misterius itu.

Kemudian Karina terlelap dalam kegelisahannya sendiri.

***

Nicholas's P.O.V

Karina agak aneh malam ini, aku harus cari tau penyebabnya. Aku gabisa biarin Karina gelisah, siapa tau dia dalam bahaya. Tapi .. bagaimana?

Nicholas tertidur sambil memikirkan Karina.

***

Pagi itu Nicholas bangun pukul 3 pagi, Karina masih tertidur dengan nyenyak dengan hp di sampingnya. Nicholas mengambil hp Karina dan mendapati satu sms misterius yang masuk.

Subuh-subuh gini ada yang sms? Yang bener aja? gumam Nicholas.

Unknown : Lo punya waktu satu minggu buat keluar dari apartment Nicholas. Jauh-jauh dari Nicholas. Jangan pernah temui dia lagi. Dan, jangan ada perlawanan.

WHAT THE HELL?! gumam Nicholas.

Jangan ada perlawanan. Kalo aku tau, trus aku bantu Karina ngelawan orang ini terang-terangan, pasti dia bakal ngelakuin sesuatu ke Karina. Aku harus pake cara lain. Cara yang tak akan diketahui, bahkan diduga siapapun, termasuk Karina.

Kemudian Nicholas menelepon kakaknya, Ray.

"Ray," kata Nicholas. "Gue butuh bantuan lo."

"Lo gila ato apa sih? Ini jam 4 subuh, bro. Lo nganggu tidur nyenyak cakep gue tau ga," kata Ray.

"Please, ini penting. Gue mau ngelamar Karina bulan depan. Tapi tiba-tiba ada yang ga suka sama hubungan kita. Orang itu nge-blackmail Karina sejam yang lalu. Untung gue baca. Tapi ada unsur ngancem-ngancemnya gitu. Gue butuh otak detektif lo yang gue akui cerdas itu buat bantu gue," kata Nicholas setengah berbisik.

Ray menghela nafas kasar, "Yaudah. Siang ini jam 12 di Diamond Sky ya."

"Nah gitu dong, thanks bro!" kata Nicholas tersenyum, walaupun ia tau, Ray tak akan melihat senyumnya mengembang.

***

"Rin, gue ke Diamond Sky dulu," ucap Nicholas pada Karina beberapa saat setelah Karina terbangun dari tidur cantiknya.

"Hah ngapain? Gue ikut dong," jawab Karina.

Nicholas mematung, kemudian berkata, "No no no, urusan cowo. Cewe mah di rumah aja. Gue ga bakal lama kok. Lo ati-ati di rumah, gausah buka pintu buat orang selain gue. Pura-pura gaada orang di dalem."

Nicholas takut Karina diapa-apakan orang jahat, meskipun Nicholas sudah meminta petugas keamanan memperketat pengamanan apartment mereka.

"Bye, Rin. Be safe ya," kata Nicholas mengambil jaketnya kemudian memeluk Karina.

Karina memeluk Nicholas dengan tangan kecilnya, "Lo juga hati-hati."

Sejujurnya, Karina juga khawatir dengan Nicholas. Tidak. Ia khawatir dengan ancaman itu. Mereka berdua sedang dalam keadaan bahaya, tapi ia tidak mau Nicholas tau tentang ancaman itu.

Kemudian Nicholas berjalan keluar apartmentnya dan langsung menuju Diamond Sky, café elite di kawasan itu.

***

Ia mendapati Ray duduk di pojok, kemudian menyapanya, "Halo bro!"

"Hai, Nic! Udah lama gue ga ketemu lo. Gue udah pesen sih tadi, gatau deh lo suka ga. Bukan itu sih pointnya, gue semangat aja mau nyelesaiin kasus," kata Ray panjang lebar.

Nicholas menghembuskan nafas kasar, "Gue gatau sih siapa yang kira-kira jadi pelakunya. Tapi, kemaren waktu Karina jalan sore ke taman tanpa gue, dia baik-baik aja. Pulang dari situ dia udah mulai aneh, diem, ngelamun. Gue penasaran dong. Subuh tadi, gue ke kamar dia trus ambil hpnya. Tiba-tiba aja ada SMS masuk, pas banget pas gue pegang. SMSnya ngancem gitu. Dia mau Karina jauhin gue dalam seminggu, dan jangan pernah temui gue lagi. Gue takut Karina bener-bener ngelakuin itu. Gue udah perketat keamanan apartment sih, tapi tetep aja. Gue tau, Karina keras kepala banget. Makanya gue harus selesaiin ini secepatnya, lebih cepet dari si pelaku bergerak."

"Lo kepikiran siapa ga? Ini tuh gajelas. Bahkan kita gapunya kandidat pelakunya siapa. Tapi biasanya sih orang yang deket sama lo atau Karina," kata Ray.

"Iya juga sih. Mungkin pembunuh ortunya dulu. Mungkin debt-collector. Mungkin mantannya. Mungkin sahabatnya," kata Nicholas mencoba merangkai masalah ini.

Ray kebingungan kemudian membuka laptopnya, "Gue coba cari tau dulu background Karina deh ya."

Beberapa saat kemudian, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing, sampai Ray memecah keheningan, "Mungkin mantannya. Soalnya ada background kekerasan kan dulu antara Karina sama William. Trus ternyata Karina melarikan diri dari William. Mungkin William mau rebut Karina balik."

"Tapi gamungkin dia sendiri. Soalnya si pelaku kaya lebih pengen ambil gue dari Karina, bukan ambil Karina dari gue," jawab Nicholas sok-ide.

Ray menatap laptopnya, "Iya juga sih. Eh eh eh eh eh, tapi di sini .. ada yang bilang .."

Nicholas kaget, "Bilang apa?"

"Dia bukan anak asli Mr. Whitemiller. Dia cuma anak angkatnya, karena dia pernah amnesia dan diangkat anak sama Mr. Whitemiller di Washington. Dan, nama asli dia bukan Karina Whitemiller. Tapi .. Fransisca Cinta Nathalie, biasa dipanggil Cinta," kata Ray.

Nicholas mematung.

Cinta?

Mungkinkah dia cinta pertamaku?

***

Yeaay buat kalian yang nggak ngerti Cinta itu siapa, pastikan kalian udah baca 'Cintaxel' dulu yaaaa! Soalnya akhirnya 'Hope' aku jadiin sequel 'Cintaxel'
-
YEAAAY!
-
Chrystalia.

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang