[ 2 ]

2.8K 126 1
                                    

Author's P.O.V

[ Still flashback ]

Dibunuh? Tapi oleh siapa?

"Hah? Memangnya benar? Sudah ada pemeriksaan polisi? Atau hanya dugaan sementara?" tanya Karina.

"Korban sudah diperiksa keduanya, dan memang ditemukan 3 tusukan pada tulang tengkorak dan beberapa bekas tembakan pada tubuh kedua korban. Nona diminta segera datang ke rumah sakit sebagai perwakilan keluarga. Jika ada anggota keluarga lain yang bisa dihubungi, kami minta tolong," jawab perawat itu cemas.

"Baiklah, terima kasih, saya akan segera ke sana," jawab Karina lemas.

Ia segera mandi dan memilih kaos hitam dan jeans biru tua yang dipadukan dengan flatshoes hitamnya. Ia segera keluar kamar mendapati semua pembantu dan supirnya duduk dengan lemas.

"Lho ada apa ini?" tanya Karina heran.

"Itu lho non, bapak sama ibu dibunuh," kata salah satu pembantu Karina.

"Iya aku udah tau, mbak. Trus sekarang masalahnya apa?" tanya Karina benar-benar keheranan.

"Masalahnya adalah tadi ada seseorang yang menelepon dan mengatakan bahwa si pembunuh itu mengejar non Karina, jadi kami disuruh berjaga supaya non engga kenapa-napa. Non ga boleh keluar rumah. Lha ini non mau kemana?" kata pembantu itu menjelaskan panjang lebar.

"Lho, tadi perawat rumah sakit suruh aku buru-buru ke rumah sakit. Katanya banyak luka bekas tembak dan tusukan di tubuh mami papi. Sekarang Karina harus gimana dong mbak?" tanya Karina sambil menangis.

"Non di rumah dulu aja ya sama kita," kata pembantu lainnya.

Karina mengangguk dan segera duduk dengan lemas di sofa ruang tamu bersama dengan pembantu-pembantu lainnya. Dia sangat bingung terhadap hal-hal yang baru saja terjadi. Kenapa orangtuanya dibunuh? Sekarang Karina jadi sasaran berikutnya?

Mbak Sarah datang membawakan teh manis hangat untuk Karina.

"Ini non diminum dulu tehnya, mbak udah bikinin. Biar tenang dikit, meskipun kadang nggak membantu juga sih," kata mbak Sarah.

"Hehe makasih banyak mbak," jawab Karina lemas.

"Kamu berdoa aja ya non semoga kamu baik-baik aja. Jaga diri baik-baik loh, dunia ini memang kejam dan nggak aman," kata mbak Sarah.

"Iya juga sih, mbak," jawab Karina lemas.

Tiba-tiba terdengar suara tembakan pistol di luar rumah Karina.

Semua supir dan satpam langsung berlari menuju jendela dan mendapati segerombolan orang bersenjata lengkap mendatangi rumah Karina sambil berteriak, "Dimana Karina berada? Serahkan dia pada kami sekarang atau rumah ini akan kami bakar!!"

Semua langsung berlari berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Tapi lain halnya dengan Karina. Ia segera masuk ke kamarnya, menyambar tasnya yang berisi dompet dan passport serta iphone dan chargernya. Ia berlari keluar kamar dan segera berjalan menuju pintu bawah tanah. Ia meminta maaf pada semua pembantunya karena dia tidak bisa mengajak mereka ikut dengan Karina.

"Maafin Karina ya mbak, Karina harus lari. Sekali lagi mbak, Karina minta maaf dengan sangat. Karina sayang kalian semua," teriak Karina sambil berlari keluar rumah lewat pintu bawah tanah itu.

Rumah Karina memang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga ada pintu bawah tanahnya. Karina segera berlari tanpa sekalipun menoleh ke belakang. Ia takut mendapati dirinya dikejar oleh salah satu dari orang-orang itu, sehingga Karina hanya memusatkan dirinya pada kecepatannya berlari menuju bandara. Untung rumahnya tidak berjarak terlalu jauh dengan bandara. Sesampainya di bandara, ia mendengar beberapa letusan pistol. Karina berlari makin kencang masuk ke dalam bandara dan membeli tiket paling cepat menuju manapun asal dia bisa pergi jauh.

Yak! Menuju New York penerbangan 10 menit lagi. Bagaimana caraku mendapatkan tiketnya ya? gumam Karina sambil berlari kebingungan.

"Mbak, maaf, saya .. kehilangan kedua orangtua saya, dan saya sedang dalam bahaya. Orang-orang di depan bandara ini yang sedang dicegat para satpam sedang mengejar saya. Tolong mbak, saya butuh 1 tiket untuk penerbangan New York yang 10 menit lagi," jelas Karina terengah-engah pada petugas bandara itu.

"Maaf dek, nggak bisa, sudah penuh," jawab petugas itu dengan sangat amat menyesal.

"Mbak, tolong saya. Sekali ini saja mbak. Ini masalah nyawa saya. Mbak tolong saya," ujar Karina memelas ketika melihat salah satu orang yang mengejar Karina sudah berhasil menerobos keamanan para penjaga bandara.

"Mbak tolong mbak, orang yang mengejar saya udah dateng mbak, tolong saya," ucap Karina sambil menangis.

"Kalau saja saya bisa bantu, dek .." perkataan petugas itu terputus ketika ada seorang lelaki tampan memeluk Karina dari belakang menenangkannya.

"Pake tiket gue aja. New York 7menit lagi. Buruan," ucap lelaki itu.

"Tapi -" kata Karina.

"Udah buruan. Masih mau hidup ga? Nih gue kasih nomer hp gue, hubungin gue kalo lu udah sampe di New York. Gue Nicholas," kata lelaki itu.

"Makasih Nic! Makasih banget. Nanti gue langsung hubungin lu pas sampe di New York. I owe u," kata Karina memeluk lelaki itu dan mencium pipinya.

Tak tahu kenapa Karina melakukannya. Tapi Karina tidak mempedulikannya. Dia hanya lari dan memfokuskan dirinya pada penerbangannya yang di depan mata.

'Maafin Karina, ma, pa. Karina nggak bisa liat kalian untuk terakhir kalinya. Ini masalah nyawa Karina, tapi Karina selalu sayang kalian.' ucap Karina dalam hati.

Dengan begitulah Karina meninggalkan Indonesia.

***

' Moving on isnt only about forgetting. Its also about forgiving '

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang