[ 17 ]

1.5K 77 2
                                    

Author's P.O.V

"Chel, apa-apaan?" tanya Karina sangat lemah.

Kemudian semuanya seakan kabur. Pandangannya mulai gelap.

"Lo bukan sahabat gue, sialan."

Kalimat Chelsea yang terakhir yang bisa Karina dengar.

Kemudian semuanya hitam. Gelap.

"Kenapa lo lakuin ini ke gue, Chel?"

***

Nicholas tiba di rumah sakit 1 jam setelah Chelsea pergi. Ia mendapati Karina sudah tidak sadarkan diri, berlumuran darah di tempat tidur rumah sakit itu.

"WHAT THE HELL?! DOCTORR!" teriak Nicholas sambil menekan bel beberapa kali berharap suster dan dokter segera datang.

Dalam hitungan detik, dokter dan suster sudah memenuhi ruangan Karina.

"MAKE IT QUICK, DOC! I CAN'T LOSE HER! I CAN'T LOSE HER! F*CK!" teriak Nicholas frustasi.

Salah satu suster menghampirinya, merangkulnya keluar, "You better wait outside, sir. We have to do our job as soon as possible. Or we will lose her. So, be patient."

Nicholas berteriak seperti orang yang sudah kehilangan kewarasannya. Kemudian ia duduk menelungkupkan tangannya di mukanya. Kemudian tenang sejenak. Air matanya jatuh. Belum pernah ia menangisi seorang perempuan dalam hidupnya. Kali ini, wanita ini membawa dampak yang besar baginya.

Kemudian beberapa menit setelah ia tenang, ia mengeluarkan hpnya dan menelepon Ray.

"Ray," kata Nicholas dengan suara parau.

Ray menjawab dengan nada kebingungan, "Ada masalah apa, Nic?"

"Karina, Ray. Karina. Ditusuk. Pisau. Dari. Punggung. Sampe. Dada. Sekarang. Kritis. Gue. Gamau. Kehilangan. Dia," kata Nicholas terbata-bata disela tangisannya.

Ray menjawab, "Santai bro, santai. Demi apa seorang Nicholas Axel Alexander nangisin seorang wanita?"

Nicholas hanya tersenyum pahit.

"Okay that's not the point. Jadi, kita udah kalah banyak nih ceritanya? Plan si psikopat itu apa sih?" tanya Ray.

"Kalo gue udah tau, gue gamungkin nangis kaya orang gila gini, bro. Gue pasti udah gerak dan habisin orang itu, bodoh," kata Nicholas dengan nada marah.

Ray menjawab dengan hembusan nafas tidak santai, "Ada clue nggak sih? Kita gabisa ngejer dia tanpa clue sama sekali, dodol."

Nicholas mencoba mencari clue yang ada. Kemudian ia melihat sesuatu yang berkilau terkena pantulan cahaya lampu di kursi dekatnya. Ia mendekati barang itu dan mendapati chip yang seakan 'tertinggal' tanpa sengaja.

"Gue nemuin chip sih, gatau juga punya siapa. Semoga bisa jadi clue. Gue bawa ke kantor lo sekarang ya," kata Nicholas kemudian memutuskan panggilan dengan cepat dan segera mengendarai mobilnya menuju kantor Ray.

I hope, you're gonna be fine, baby.

***

"Nih, Ray. Coba aja lo track," kata Nicholas.

Ray kebingungan tapi langsung mengambil chip itu dan menghampiri laptopnya.

Data dari chip itu langsung keluar dan memunculkan dua nama yang mengagetkan Nicholas.

William.

Chelsea.

"HELL YEAHH! THIS STUPID THING BELONGS TO THEM! Track buruan deh, lokasi terakhir mereka dimana," kata Nicholas. Sepercik harapan muncul di mukanya yang sudah lelah.

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang