Karina's P.O.V
Semakin aku berusaha mengingatnya, semakin sakit dan pusing kepalaku. Tapi nama itu selalu terngiang dalam kepalaku. Ada apa dengan nama itu?
Nicholas Axel Alexander.
Tak lama kemudian, Nicho datang dengan senyumnya yang mengembang.
"Rin, ketemu orangtua gue minggu depan aja ya. Bulan depan kelamaan," kata Nicho.
Aku hanya nyengir, "Ahaha gue takut ketemu sama orangtua lo. Kalo mereka gasuka gue gimana? Kalo mereka jijik liat gue gimana? Kalo mereka suruh gue jauhin lo gimana? Kalo mereka tanya tentang orangtua gue gimana? Gue ga siap, Nic."
Nicho menghela nafas kemudian duduk di sampingku, "Denger ya, Rin. Mau mereka suka ga suka, gue bakal tetep sayang sama lo. Ini kewajiban doang bawa lo ke orangtua gue, selebihnya itu bakal jadi hak gue dong. Lagian mereka pasti suka sama lo lah. Cantik luar dalem. Pinter. Dewasa. Mandiri. Independent. Hebat, gue salut sama lo, Rin."
"Kenapa lo baik banget sama gue, Nic?" kataku pelan.
***
Unknown : Gaada penundaan ya. Minggu depan keluar dari apartment Nicholas tanpa bilang apapun tentang ini ke siapapun.
Hm, at least gue udah kasi tau Chelsea. Dia mungkin bisa nolong gue nantinya.
Kemudian aku berjalan menuju kamar mandi dan segera mandi, me-refresh pikiranku dari segala hal yang membuatku semakin stress.
Aku masih memikirkan nama itu. Aku juga masih berusaha memecahkan misteri ini, dengan otakku yang sebenarnya tak mampu.
***
Author's P.O.VDua hari kemudian ...
"Rin, udah siap belom? Udah cantik, make-up nya jangan lama-lama dong," canda Nicho.
Karina tertawa tidak anggun, "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA SIALAN LO NIC!"
10 menit kemudian Karina sudah siap. Ia hanya menggunakan gaun putih tanpa lengan yang panjangnya selutut yang menunjukkan setiap lekuk tubuhnya, dipadu dengan heels putihnya. Karina memoleskan sedikit make-up sehingga tidak terlihat terlalu tua.
Nicholas mendapati dirinya kaget dan terkagum dengan cara Karina mempercantik dirinya, "Wow, Rin. You look . . . amazing."
Karina tersenyum manis, "Thank you. You don't look bad, though."
Perjalanan mereka menuju rumah orangtua Nicho dipenuhi dengan canda dan tawa. Sudah tidak ada malu-malu di antara mereka. Seperti ada ikatan batin di masa lalu yang mempererat hubungan mereka.
30 menit kemudian mereka sampai di rumah orangtua Nicho -lebih mirip dengan istana sebenarnya-. Karina mendapati mulutnya terbuka lebar. Nicholas hanya terkekeh melihatnya.
Nicholas menggenggam tangan Karina seakan tak mau melepaskannya.
"Jangan nervous ya, santai aja," kata Nicho.
Karina tersenyum. Pasrah.
"Nichooo," teriak wanita paruh baya itu seraya memeluk Nicholas. "Wah siapa ini cantik banget."
"Karina Whitemiller," kata Karina tersenyum manis.
Wanita itu kemudian diam sejenak, "Ohhhh anaknya Jonathan Whitemiller ya! Yaampun tante ga nyangka kamu cantik banget ternyata. Pilihan kamu oke juga, Nic."
"Makasih, tante," kata Karina tersenyum malu.
"Panggil tante, Monica. Monica Alexander," kata wanita yang adalah mama Nicholas, sambil memeluk Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope [Completed]
Romance#SequelOfCintaxel Ketika Karina kehilangan segala yang selama ini dia pikir indah -kekayaan, kasih sayang, keluarga yang bahagia- ia akhirnya menyadari bahwa dunia ini keras dan kejam. Di situlah dia bertemu dengan pangeran berkudanya, yang berusaha...