[ 5 ]

2.4K 103 1
                                    

Author's P.O.V

Siang itu Karina sedang duduk termenung meratapi nasibnya yang memburuk sejak kepergian kedua orangtuanya. Ia harus tinggal di dormitory, ia harus lari ke negara orang, ia harus bekerja. Ia kehilangan kebahagiannya yang dulu ia kira akan bertahan selamanya. Ia teringat akan kedua orangtuanya. Ada keinginan untuk mengunjungi kedua orangtuanya, tapi tak punya keberanian yang cukup. Ia bahkan tidak mengenal siapapun di sini, kecuali Chelsea dan Nicholas.

Ia kemudian meraih iphone nya. Ia mendapati beberapa notifications yang menunjukkan bahwa Nicholas telah meng-add-nya sebagai teman di LINE. Ia masih berhutang tiket itu pada Nicholas, tapi ia rasa, itu cukup digantikan dengan Karina bekerja di situ.

Beberapa kali Karina menceritakan Nicholas kepada Chelsea. Chelsea menganggap, sahabatnya ini menyukai pria misterius itu. Tapi Karina selalu membuat semuanya jelas, bahwa ia tidak menyukai Nicholas.

"Karina, makan siang yuk di ruangan gue," panggil Nicholas.

"Ah boleh, gue laper juga," kata Karina sambil berjalan ke ruangan Nicholas.

"Tapi makan ini aja gapapa ya?" tanya Nicholas.

"Gapapa kali, santai aja Nic," kata Karina tertawa.

Kemudian mereka makan dengan tenang, sampai Nicholas memecahkan keheningan.

"Rin, mau ceritain ke gue nggak kenapa waktu itu lo buru-buru lari dari Jakarta?" tanya Nicholas hati-hati. "Kalo gamau ceritain gapapa sih."

"Haha gapapa, ada masalah aja, gue lagi dikejer orang mau dibunuh. Sorry gue gabisa cerita. Makin gue cerita, makin gue inget, makin sakit, Nic. Gue gatau ini bisa sembuh ga. Gue belom bisa percayain siapapun sih tentang ini," jawab Karina menunduk.

Aduh ini cewe misterius banget , gumam Nicholas.

Aduh ini cowo kepo banget, gumam Karina.

"Ah yaudah, gue ga maksa juga. Sorry ya masalah orangtua lo, turut berdukacita," kata Nicholas merangkul Karina.

"Ah gapapa, itu juga udah lewat. Gue cuma sedih aja, gue bahkan belom pernah liat makam mereka. Ah, nevermind," kata Karina lirih.

"Yaudah jangan sedih terus. Nanti ga konsen kerjanya lho. Nanti cantiknya ilang. Pulang kerja gue anter pulang ya?" tanya Nicholas.

"Haha gausah gapapa, gue naik taxi aja," jawab Karina cepat.

'Jangan sampe dia anterin gue pulang. Gue harus jaga jarak sama dia, karena semua cowo tuh sama aja, ujung-ujungnya kalo ga homo, ya brengsek' gumam Karina.

"Ah gapapa gue anter pulang aja," kata Nicholas.

"Engga-engga. Lagian lo ga malu apa jalan sama sekretaris lu? Secara, lo itu boss, gue cuma karyawan biasa," jawab Karina lirih.

"Engga lah, siapa sih yang bakalan malu jalan sama cewe yang cantik banget kaya lo," kata Nicholas.

Gombal.

"Gausah. Beneran. Gue juga ada janji sama sahabat gue makan malem ntar. Jadi gue pulang sendiri aja," jawab Karina bohong.

"Ah yaudahlah, kapan-kapan aja gue anter lo pulang," kata Nicholas kecewa. Usahanya menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Karina gagal.

***

Malam itu Karina segera mencegat taxi dan pulang ke rumah. Karina takut menjalin hubungan dengan seorang pria karena ia takut jatuh cinta. Cinta membuatnya buta dan bahkan membuatnya tidak bisa membedakan mana cinta mana bukan.

Semua itu, karena ...

[ Flashback ]

Siang itu di café ternama di Jakarta, Karina sedang makan dengan William, sahabatnya. Mereka bercanda tawa hingga sakit perut. Kemudian William mengeluarkan kalung emas putih dari kantong celananya.

"Rin, lo pasti kaget dengernya. Tapi, setiap ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan, pasti ada yang punya perasaan lebih kan? Hal itu terjadi sama kita. Gue punya perasaan lebih dari sahabat, Rin. Gue tau lo pasti gapunya perasaan apa-apa sama gue, tapi percayalah, gue suka dan sayang sama lo," kata William. "Gue pakein ya kalungnya. Lo pasti kaget, gua konfes kaya gini, gapapa. Gue ngerti kok. Tapi gue juga berharap lo bisa bales perasaan gue, Rin."

Karina terpaku. 'William suka gue?' gumam Karina.

"Iya, gue emang cuma nganggep lu sahabat, Will. Ga lebih. Gue gatau kapan perasaan gue bisa bertambah sama lu," kata Karina kaku. Awkward.

"Gapapa, Rin. Kasi gue kesempatan untuk kasi tau lo, apa artinya cinta yang sesungguhnya," kata William mengecup pipi Karina.

"Oke," jawab Karina bingung. Ia tidak tau harus berkata apalagi.

Perjalanan pulang jadi amat sangat canggung karena percakapan di café tadi. Sesampainya di rumah Karina, William membukakan pintu mobil untuk Karina kemudian mengantar Karina sampai pintu rumah Karina.

"Good night, Princess. Tidur yang nyenyak ya. Besok pagi gue jemput lo ke sekolah. Jangan kebo, jangan ngaret. William sayang Karina," kata William mencium kening Karina.

Karina deg-degan. 'Begini rasanya dicintai?' gumam Karina.

***

' There's only one thing to do, three words for you. I love you '

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang