[ 20 ]

1.3K 61 0
                                    

Karina's P.O.V

Sudah 24 jam kurang lebih, aku dikurung di ruangan gelap ini. Lampu di ruangan ini hanya satu, hanya akan dinyalakan ketika aku makan atau Ray masuk. Setiap malam aku harus menemani Ray tidur di kamarnya. Ini sangat menjijikkan, bayangkan kau harus tidur satu kasur dengan orang yang tidak kamu kenal.

"Rin, ngelamun aja," kata Ray sok manis.

Aku kesal, "Bacot aja lo!"

"Wuitz, jangan galak-gala dong. Gini-gini gue baik dan gue bakal jadi suami lo dalam hitungan hari, Karina sayang," katanya membelai rambutku.

"HAH?! RAY, DENGER YA. LO ITU MUNAFIK. SOK-SOK BANTUIN ADEK LU SENDIRI BUAT NYARI GUE PADAHAL TERNYATA LO DALANGNYA. DAN SATU HAL, GUE GA SUDI NIKAH SAMA LO. MENDING GUE MATI DARIPADA NIKAH SAMA ORANG YANG GA GUE SAYANG!" bentakku kasar.

Tidak peduli ini sopan atau tidak, baik atau tidak, pantas atau tidak, aku sudah terlampau kesal. Berani-beraninya dia.

"Daripada mati jomblo karena nungguin pangeran berkuda lo yang ga bakal dateng buat lo itu, mending lo nikah sama gue. Matinya damai cuy," kata Ray sambil berdiri kemudian merangkulku.

How dare he?!

"Liat aja, Nicho bakal nemuin gue kok," kataku over-confident.

Tiba-tiba aku meringis, ngeri membayangkan apa yang bakal terjadi kalau Nicholas tidak menemukanku.

Kemudian aku berlari keluar kamar Ray dan menuju kamau "bawah tanah"ku yang gelap itu. Setidaknya aku tidak berada di dekat Ray kalau aku berada di ruangan itu. Meskipun gelap.

Malam itu, kegelapan melingkupi diriku yang kecil dan lemah serta tak berdaya ini.

Nicholas, gue takut.

***

Hari ini aku bangun agak kesiangan. Mataku sudah sembab akibat menangis semalaman. Aku sudah seperti zombie yang tak berpengharapan hidup lagi. Menanti pangeranku datang. Layaknya cerita-cerita Disney favoritku.

Siang itu setelah makan siang, aku mendengar kegaduhan di luar. Aku takut akan terjadi sesuatu yang buruk. Tapi di tengah-tengah kegaduhan itu, perasaanku tenang dan damai.

Kemudian pintu ruangan ini didobrak paksa. Aku tidak takut, entah mengapa.

Ketika pintu itu berhasil didobrak, aku mendapati pangeran yang kutunggu-tunggu selama ini.

Nicholas.

Aku tahu dia akan datang. Dia tidak sebodoh yang Ray kira.

Ia segera berlari ke arahku, kemudian memelukku erat, seakan tak ada hari esok, seakan tak ada kesempatan lain untuk memelukku.

"Rin, lo gapapa? Lo diapain aja?" tanyanya penuh kekhawatiran sambil menatap dalam-dalam mataku.

Tiba-tiba, aku mendengar seseorang jatuh. Ketika Nicholas mengecek keluar ruangan, aku mendapati muka Nicholas berubah menjadi suram, kaget, dan mengagetkan.

"Will," katanya.

Aku segera menarik tangan Nicholas, "Lo harus keluar, Nic. Lo dalam bahaya kalo lo ga keluar sekarang. Gue bakal baik-baik aja!"

"Gue gabakal keluar tanpa lo, Rin," kata Nicholas keras kepala.

"Well.. Wel.. Drama Korea banget ya," seseorang berbicara dari kejauhan.

Oh no! No. No. NO. NO.

"Welcome, bro."

Aku mendapati muka yang sangat kubenci itu muncul di belakang Nicholas.

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang