[ Epilogue ]

2.3K 77 14
                                    

William's P.O.V

Siang itu rumah orangtua Nicholas penuh dengan kerabat dan keluarga Nicholas dan Karina.

Hari ini tepat 3 tahun meninggalnya kedua insan berbahagia itu.

Aku harus menyampaikan sepatah dua kata sebagai kerabat terdekat Karina dan Nicholas. Sebagai mantan kekasih Karina dan sebagai sahabat baru Nicholas. Sepatah dua patah kata juga disampaikan Chelsea, sebagai mantan kekasih Nicholas.

Orangtua Nicholas sudah membaik, mereka akhirnya merelakan kematian anaknya setelah 1 tahun.

Semua sudah merelakan kepergian kedua insan ini.

"Pagi ini kita akan memperingati 3 tahun meninggalnya Karina, calon menantu saya dan Nicholas, putra saya sendiri. Saya yakin perasaan duka masih ada di antara kita, tapi saya yakin mereka sudah bahagia di atas sana. Hari ini saya tidak akan banyak berbicara, William dan Karinalah yang akan berbicara kepada saudara-saudara sekalian bagaimana cinta mereka bertumbuh dan bertemu, berjuang bersama. Saya memilih William dan Chelsea, meskipun mereka pernah melakukan kesalahan yang cukup besar sebelumnya, tapi saya percaya mereka sudah berubah dan menyesali perbuatannya. Silakan William," kata Monica, ibu alm. Nicholas.

Aku berdiri ke podium kemudian menghela nafas panjang. Kenangan itu datang kembali dan aku berusaha mengangkat lidahku, menekan pelipisku, menahan air mataku.

"Umm, saya agak kaku berbicara hari ini karena harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di hadapan para tetua. Jadi saya kenal Karina sekitar 8 tahun yang lalu, ketika Karina satu SMA dengan saya. Singkat cerita saya menjadi dekat dengannya dan kami menjadi sepasang kekasih beberapa bulan kemudian.

Siang itu ketika Karina berkata bahwa  ia akan kerja kelompok di perpustakaan, saya menunggunya di depan perpustakaan. Melihatnya tersenyum adalah kebahagiaan saya, tapi rupanya senyum itu ditujukkan pada sahabat saya sekaligus teman kerja kelompoknya. Sebagai anak remaja yang masih labil, saya marah, ketika dia pulang, saya membawanya pulang ke rumah saya, menyayat perutnya dan menggaraminya," kataku sambil menahan paksa air mata ini jatuh tapi gagal.

"Saya sangat menyesali perbuatan saya itu. Beberapa hari kemudian ia pindah rumah bersama orangtuanya, tapi beberapa bulan setelah wisuda kami, ada kabar bahwa rumah Karina kedatangan perampok yang hendak merampok harta keluarganya. Kedua orangtuanya telah tewas terbunuh di kantornya. Karina sebagai majikannya, dilarikan keluar rumah oleh para pembantunya melalui pintu belakang rumahnya yang sangat dirahasiakan keberadaannya. Dalam waktu satu jam, rumah itu sudah habis hartanya dan para pembantu, supir serta satpam tewas dalam kurun waktu satu jam itu. Kebetulan rumah Karina dekat dengan bandara sehingga ia melarikan diri kesana dan segera membeli tiket kemanapun yang waktunya paling cepat. Saya dengar dari pihak kepolisian, di situ ia bertemu dengan pria muda yang memberikan tiket ke New York pada Karina dengan cuma-cuma. Pria itu tak sadar bahwa ia baru saja menyelamatkan satu nyawa tak berdosa. Iya, pria muda itu adalah Nicholas Axel Alexander yang kita kenal. Takdir memang memaksa mereka untuk bertemu meski di kondisi dan situasi yang tidak tepat."

"Kemudian saya dihantui perasaan bersalah yang besar ketika mengetahui bahwa komplotan jahat yang merenggut kebahagiaan Karina adalah kedua orangtua saya sendiri. Akhirnya saya memutuskan keluar dari rumah dengan tabungan seadanya yang saya punya. Ketika sudah menemukan tempat tinggal yang cukup layak, saya mulai menelusuri semua cerita tentang Karina. Disitulah semua cerita masalalunya saya temukan, menyayat hati saya dengan sangat. Kehidupannya sudah cukup menahan begitu banyak penderitaan sebelum ini ternyata. Dia punya kehidupan yang tak kalah miris sebelum bertemu dengan saya di jenjang SMA," kataku sambil memejamkan kedua mataku, memaksa diriku mengingat kembali kejadian-kejadian miris yang sebenarnya tak ingin kuingat lagi.

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang