[ 11 ]

1.7K 80 0
                                    

Author's P.O.V

Sudah 2 minggu sejak insiden Chelsea-Nicholas melaksanakan rencana bodohnya itu. Kini, Nicholas tau bahwa Karina juga mencintainya. Tapi apa yang harus ia lakukan sekarang?

2 minggu ini, Nicholas sama sekali tidak bertemu dengan Karina, karena Nicholas harus menghadiri beberapa meeting penting di London dan tidak bisa mengajak Karina bersamanya. Nicholas ingin sekali mengajak Karina pergi ke suatu tempat. Berdua. Hanya Nicholas dan Karina.

"Rin, ke Bali yuk minggu depan," kata Nicholas saat memasuki ruangan Karina.

"Lah ngapain? Ini kerjaan dikasih ke siapa kali? Iya, lu boss, gue kan kerja juga di sini. Kerjaan gabisa ditinggal gitu aja dong," kata Karina ngedumel.

"Iya santai dong, sayang, kan gampang, bisa suruh yang lain. End of discussion, minggu depan kita berangkat. Bali for 2 weeks," kata Nicholas meninggalkan ruangan Karina dengan cengirannya.

Karina hanya mendengus kesal.

Terkadang, Nicholas menjadi sosok pria yang romantis dan hangat. Tapi di sisi lain, Nicholas bisa jadi singa atau apa saja yang garang dan tidak disukai semua orang. Tapi Karina menerima kedua sisinya itu. Ia terlalu jatuh cinta padanya.

"Aduh baju gue gembel semua lagi, mau bawa apa coba ke Bali? Hm, masa ke Bali sama CEO pake baju gembel? Hadeh malu-maluin aja," gerutu Karina.

***

Bali

"Rin, bangun dong, pesawatnya udah landing dari 15menit yang lalu elah lo ga bangun-bangun," paksa Nicholas.

HAH?! 15 MENIT YANG LALU?!

"Hah sumpah lo? Sorry-sorry ketidurann," kata Karina dengan muka polosnya.

"Iya gue juga tau lo ketiduran, Rin. Yaudah buruan, limousine-nya udah nungguin daritadi," kata Nicholas sambil berdiri.

"HAH LIMO?" teriak Karina. "Ini tuh cuma liburan doang yaampun Nic, gue juga gabutuh yang mewah-mewah."

"Rin, mobil ini satu-satunya mobil gue di Indo yang ada anti pelurunya. Gimana-gimana, gue harus pilihin semua yang terbaik buat orang yang gue sayang," kata Nicholas mengecup dahi Karina. "Dah buruan."

Karina hanya mendengus kesal. Nicholas sedang menjadi Nicholas yang bossy.

***

"Rin, tau ga, lo adalah hal terindah dalam hidup gue," kata Nicholas seraya mereka makan malam di restaurant pinggir pantai.

"Iya gue tau," kata Karina sambil mengunyah.

"Idih, jijik, Rin. Gajadi deh, gajadi ngomong gue," kata Nicholas.

"Ehhhh iyaiya kan gue cuma bercanda, baper banget sih. Lagian gue emang terindah kan?" kata Karina mengedipkan matanya beberapa kali.

"Aduhhh jijik banget. Untung sayang," kata Nicholas tertawa.

Mereka bercanda tawa malam itu. Menikmati indahnya langit tanpa polusi. Menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini.

Malam ini, bintang bertaburan. Bulan purnama memunculkan wujudnya di atas air laut yang tenang. Angin berhembus pelan dan santai, menerbangkan rambut Karina yang indah itu.

"Nic, lo tau? Pantai ini bakal jadi saksi bisu hubungan kita yang gajelas. Waktu gue duduk di sini, di samping lo, gue merasa seakan gue ga butuh apa-apa lagi. Bahkan gue ga mengharapkan adanya hari esok. Gue mengharapkan waktu bisa berhenti sejenak membiarkan kita menikmati indahnya momen ini. Gue puitis banget ya? Hehe, tapi gue rindu orangtua gue. Seandainya mereka masih hidup, gue bakal bahagia hidup sama mereka. Tapi gue ga akan ketemu lo. Jadi, kematian mereka tidak sepenuhnya buruk. Gue bersyukur kenal lo, bisa deket, dan bisa mencintai lo," kata Karina sambil menatap kalem bulan itu.

Air mata itu jatuh perlahan. Mengalir deras tiba-tiba. Karina hanya tersenyum membiarkan air mata itu terus mengalir.

Nicholas memandanginya. Ia menyadari betapa cantiknya dan menawannya wanita itu.

"Karina, lo tau? Gue ga pernah nyesel ketemu dan sayang sama lo. Lo itu hadiah terindah buat gue dari Tuhan. Lo itu wanita yang dalamnya rapuh tapi sok kuat. Orang lain yang liat lo dari luar bakal bilang kalo lo adalah wanita biasa aja. Tapi gue, gue tau lu rapuh, fragile banget, tapi di situ, gue sadar. Lo adalah wanita terkuat yang pernah gue temui. Gue sayang sama lo, Rin. Biarkan malam ini bulan dan bintang jadi saksi betapa gue sayang sama lo," kata Nicholas.

Tangisan Karina makin kencang. Ia tau, semuanya tak akan berakhir indah. Ia tau, hubungan mereka akan selalu bermasalah. Ia tau, hubungan mereka tak akan semulus rencana mereka. Karina tidak pernah meminta pada Tuhan untuk menghilangkan semua masalah yang ada, tapi ia selalu meminta pada Tuhan untuk mmberikan seseorang yang mau menemaninya dalam segala keadaan. Dan di sinilah ia duduk dengan pria yang Tuhan kirim.

"Rin."

"Karina Whitemiller."

"Yeah?"

"Will you be mine?"

Nicholas mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru yang indah. Warnanya senada dengan warna langit yang menaungi mereka. Nicholas membuka kotak kecil itu dan Karina terdiam. Cincin emas putih itu indah sekali, gumam Karina.

Karina terdiam sejenak. Inikah hal yang Karina inginkan dalam hidup?

"Gue .." jawab Karina.

"Butuh waktu."

Nicholas tersenyum manis. Indah sekali. Ia menutup kotak itu dan meletakkannya di tangan Karina.

"Pake aja kapanpun lo siap, Rin. Gue gabakal ngejer-ngejer jawaban lo, karena gue tau, hal yang indah ga bakal lari kemana," jawab Nicholas mencium pipi Karina.

Karina hanya terdiam. Menangis. Bahagia. Layakkah aku menerima kebahagiaan ini, Tuhan?

"Thanks, Nic," jawab Karina lembut.

Lagi-lagi mereka terdiam. Suara tabrakan antara air laut dan batu karang terdengar jelas.

Karina terus menangis. Tangisannya semakin keras dan air matanya mengalir semakin deras.

Nicholas memegang pundak Karina, menarik Karina ke dalam pelukannya. Ia ingin sekali menghapus air mata itu, tapi memutuskan untuk diam saja. Karena Nicholas tau, masa lalu Karina terlalu berat dan tidak bisa dihapus dalam sekejap mata.

Karina menangis dalam pelukan Nicholas. Kemudian ia melepaskan pelukan Nicholas dan menunduk.

Kemudian Karina mengeluarkan kotak beludru itu lagi. Ia membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya.

"Yes, I will, Nicholas Alexander."

Nicholas tersenyum lebar kemudian mengecup bibir Karina.

"I love you, Karina Whitemiller."

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang