[ 12 ]

1.6K 66 1
                                    

[ New York ]

Author's P.O.V

"Good morning, princess," kata Nicholas. "Princess cantik-cantik kebo."

"Agak ngeselin ya," jawab Karina dari balik bantalnya. "Ganggu orang tidur aja tau ga sih?"

"Lo tau ga, hal yang bikin gue seneng pagi ini apa?" tanya Nicholas.

"Ya mana gue tau, lo ada-ada aja. Lo pikir gue mind-reader?" jawab Karina.

Mau diapakan, benteng Karina masih tetap ada. Meskipun mereka sudah berada di hubungan yang lebih lanjut tapi benteng itu masih ada. Traumanya akan masa lalu akan selalu menghantuinya.

"Menyadari kehadiran lo di hidup gue pagi ini jadi kebahagiaan utama gue," kata Nicholas.

"HAHA bisa aja lo ah," kata Karina tersipu. "Udah jam berapa sih?"

"Jam 11 siang," kata Nicholas santai sambil melihat jam tangannya.

"WHAAATT?! GUE HARUS KERJA, ONCOM!" teriak Karina panik.

"Engga kok, kata siapa? Lo gabakal kerja hari ini, tugas lo digantiin sama Chelsea, hari ini kita bakal ke Paris. Liburan. Cuma gue sama lo," kata Nicholas tersenyum lebar bahagia.

"HAAAHH? MANA BISA GITU? EMANG GUE PACAR LO SEKARANG TAPI BUKAN BERARTI GUE BAKAL DAPET GAJI BUTA. APA KATA ORANG NTAR? GUE DIKATAIN CABE CEO SKYLINE ENTERTAINMENT KAN REPOT," teriak Karina panik. Cempreng.

"Rin, ngomongnya anggun dikit napa. Kuping gue pecah gendang telinganya, dodol," kata Nicholas menutup telinganya dengan kedua tangan.

"Yaa abis lo seenak jidat sendiri," kata Karina bete.

Nicholas menghembus nafasnya kasar, "Yaudah sekali aja bolosnya deh Rin. Please kali ini ikut. Gue udah terlanjur plan semuanya."

Karina diam sejenak. "Yaudah yang penting lain kali kalo rencanain apa-apa kasi tau gue. Gue berhak tau kan."

"Anything for you, my princess," kata Nicholas tersenyum, kemudian mengecup kening Karina. "I love you."

Apa aku mencintainya juga?

***

"Rin, bulan depan kita bakal ke Jakarta dan ketemu sama bokap gue," kata Nicholas tiba-tiba.

"Hah?" respon Karina.

"Lucu banget sih lo. Lemot. Kita bakal ketemu orangtua gue bulan depan," kata Nicholas memperjelas kalimat sebelumnya.

"Ohh, oke(?)" jawab Karina bingung. "Jakarta?"

"Iya, Jakarta. I will make sure everything is going to be okay. Kita bakal cari orangtua lo juga, trus bakal cari pembunuhnya. Gue gamau lo tinggalin orangtua lo gitu aja, gimana-gimana restu mereka buat gue berarti banget. Gue harus ketemu mereka, hidup atau mati," jelas Nicholas.

Setetes. Dua tetes. Kemudian air mata Karina jatuh dengan deras. Tak terkendali.

Nicholas hanya diam karena tak tau harus berbuat apa kemudian berkata, "Jangan nangis, baby. I love you."

Air mata itu hanya mengalir semakin deras. Karina melepaskan pelukan Nicholas kemudian mengambil hp dan jaketnya dan berlari keluar. Ia perlu waktu. Perlu ruang. Perlu berpikir dengan tenang.

***

Karina's P.O.V

Siapa aku? Kenapa aku begitu beruntung mendapatkan pria sebaik Nicholas? Pria yang muncul dua kali di hidupku sebagai pahlawan di keduanya.

Apa perasaanku terhadapnya? Sampai hari ini, belum ada kata-kata 'I love you' keluar dari mulutku. Dan Nicholas sama sekali tak memaksaku untuk mengatakannya.

Pernah aku bertanya, "Lo ga masalah gue gapernah bilang i love you ke lo kaya lo ngomong ke gue?"

Aku pikir dia akan marah. Mencaci. Menghujat. Tapi ternyata tidak. Jawabannya menusuk sampai ke lubuk hati.

"Karina, cinta itu ga bisa dipaksain. Kalo emang lo butuh waktu, gue bakal nunggu. Gue ngerti. Masa lalu lo pasti berat banget kan? Gue selalu di sini ya, Rin. Balik ke gue apapun yang terjadi, karena gue selalu ada buat lo di sini."

Karina menangis haru. Bersyukur pada Tuhan atas apa yang dia punya sekarang. Sampai suatu panggilan masuk.

"Halo?" kata Karina.

"Gausah banyak basa-basi. Kalo bunuh orangtua lo aja segampang balikin tangan, bunuh lo akan jauh lebih gampang. Balikin Nicholas gue. Jauh-jauh aja dari dia kalo mau lo selamat," kata orang itu kasar.

"Ehem, ini siapa sih?" Karina kebingungan.

"Lo gaperlu tau gue siapa. Lakuin aja apa yang gue bilang. Jauh-jauh dari Nicholas!" teriak orang itu dari seberang sana.

Kemudian telepon itu mati.

Misterius.

Karina ketakutan. Kemudian ia segera berlari masuk ke dalam apartmentnya dan menjumpai Nicholas tertidur di kamarnya. Ia bernafas lega. Menghapus air matanya. Mengganti pakaiannya dan merebahkan dirinya di samping Nicholas.

***

Unknown's P.O.V

"Gue udah call si Karina bodoh itu. Dia bakal pergi dari Nicholas. Gue bisa jamin, karena dia takut mati," kata wanita itu tertawa lepas.

"Jangan pernah berani ngomong 'bodoh' ke cewe gue. Ngomong sekali lagi, gue gabakal ikutan rencana bodoh lo ini lagi," ancam pria itu.

"Whoa, santai dong. Oke sorry bro. Yang penting kita stick on our plan. Waktu mereka pisah, lo langsung ambil Karina lo dan gue langsung ambil Nicholas gue. Simbiosis mutualisme. Ga nyangka, naklukin mereka segampang itu ya? HAHAHAHAHAHAAHAHAHA," wanita itu tertawa lagi. Dengan nada yang mengejek. Dan menghina.

"Terserah lo, tujuan gue cuma rebut Karina balik. Gaada tujuan lain. Jangan arahin gue ke kriminalitas juga," ancam pria itu meninggalkan wanita tersebut.

Wanita itu hanya tersenyum jahat, "Rencana gue juga cuma rebut Nicholas balik."

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang