[ 7 ]

1.8K 89 0
                                    

[ Still flashback ]

Karina's P.O.V

"Thanks, Josh, HAHAHA jadi awkward gini ah," kataku malu.

"Hahaha gapapa, yang penting lo gajadi jatoh. Berterimakasihlah sama gue. Berterimakasih juga sama diri lo sendiri, untung lo ga gendut, jadi gue masih kuat nahannya hahaha," canda Joshua.

"Hah jadi lo nyindir gue kurus banget?" kataku sok tersinggung.

"Ya enggak juga, badan lo ideal kok, cakep lah cakep," katanya memujiku sambil membantuku mengembalikan buku-buku itu.

"Haha makasih makasih, gue tersanjung," kataku tersipu malu. "Yaudah gue balik dulu ya. Kertasnya lo yang simpen, besok gue yang kumpulin. Gue udah ditungguin William tuh di depan."

"Oke, nice to know you, Rin," kata Joshua melambaikan tangannya pada Karina.

"Bye, Josh," kata Karina melambaikan tangannya pada Joshua.

Kemudian ia mengambil tasnya dan berjalan keluar perpustakaan, menghampiri William yang berdiri di dekat pilar putih sambil menyilangkan tangannya di dada.

***

Author's P.O.V

"Eh ada yang abis peluk-pelukan sama cowo lain nih," sindir William.

"Apaan sih Will, gue gangerti deh," kata Karina bingung.

"Iya tuh tadi, di perpus ada yang pelukan gitu, panas gue liatnya," sindir William.

"Ohh Joshua sama gue? Itu gue mau jat-" jelas Karina, namun diputus.

"Gue gapeduli, gabutuh penjelasan lo. Gue liat dengan mata kepala gue sendiri, lo dipeluk sama Josh, dan lu diem aja. Lo tuh pacar siapa sih Rin. Tapi dipeluknya sama siapa. Lo emang pantes dihukum tauga!" amuk William.

"Whoa! Chill, bro. Makanya kalo gatau ceritanya gausah ba-" jelas Karina. Lagi-lagi dipotong.

"Bacot! Diem aja!" bentak William sambil menarik tangan Karina kasar.

Kemudian mereka masuk ke dalam mobil William dan pergi menuju rumah William. Kedua orangtua William sedang pergi ke rumah nenek William. William tidak ikut karena ia beralasan 'ingin makan malam dengan Karina'. Tapi niatan makan malam itu diurungkan William, karena ia sibuk dengan kemarahannya dan ingin menghukum Karina.

"Turun lo! Tunggu di ruang tamu gue," bentak William.

'Gawat. Apa yang terjadi dengan William. Bagaimana nasibku selanjutnya?' gumam Karina.

"Gausah bengong mulu. Naikin seragam lo, ini hukuman buat anak yang ketauan selingkuh!" bentak William.

Karina ketakutan. Tapi bodohnya, ia menuruti kata-kata William.

William langsung membuka tutup cutter di tangannya yang sedari tadi ia genggam erat. Ia menggoreskan cutter itu di perut Karina.

"Satu goresan karena lo batalin rencana dinner gue."

"Satu goresan lagi karena lo dipeluk sama Josh."

"Satu goresan lagi karena lo diem aja waktu dipeluk Josh."

"Satu goresan lagi karena lo bodoh banget dengan membiarkan Josh meluk lo."

"Satu goresan lagi karena lo bacotin gue."

"Satu goresan lagi karena gue marah sama lo."

Karina hanya meringis. Menangis. Menjerit dalam hati. Menahan perihnya goresan-goresan cutter itu di perutnya. 'Dasar psikopat' umpat Karina.

"Satu goresan lagi karena lo ngumpat gue."

What the hell? Dia baca pikiran gue?

"Lain kali, gausah selingkuh lagi Rin. Lo tau kan, lo itu cuma punya gue. PUNYA GUE," ancam William.

Karina hanya menangis dalam hati. Ditariknya kembali air matanya agar masuk ke dalam kantung matanya. Karina menjerit dalam hati.

'Kemana Williamku yang dulu?' gumam Karina.

William bangkit berdiri. Menutup cutternya dan membiarkan perut Karina mengeluarkan darah segar akibat goresan cutter yang ia torehkan barusan.

"Gaseru ya Rin kalo gitu doang. Tunggu di sini!" bentak William sambil berjalan menuju dapur.

"Apa lagi Will? Lo ga puas liat gue sakit gini? Lo gila ato apa sih? Udah gue bilang, gue ga pelukan sama Josh!" tangis Karina.

"BACOT RIN. DIEM AJA GUE BILANG!" bentak William.

Kemudian William kembali ke ruang tamu dengan membawa toples berisi garam.

"Will, plis, ini udah sakit banget. Dasar psikopat!" kata Karina sambil berusaha berdiri dan menghindar.

"Barusan bilang apa sih, sayang?" rangkul William sambil membubuhkan garam di perut Karina.

Lagi lagi, Karina hanya menangis dalam diam. Menangis sampai tak mengeluarkan suara. Menjerit dalam hati. Mengumpat William. Menyesal telah berpikir bahwa William adalah pacar terbaiknya.

Setelah William puas membubuhkan garam pada goresan cutter yang ia torehkan tadi, William kembali berdiri dan membawa toples itu ke dapur.

Saat itulah, Karina mengambil tasnya dan langsung lari ke luar rumah. Ia langsung berlari menuju pos satpam dan meminta satpam itu buru-buru mengantarkannya pulang. Untung rumah Karina tak jauh dari rumah William. Tak dihiraukannya rasa sakit itu lagi. Ia segera naik ke motor satpam itu dan motor itu langsung melesat ke rumah Karina. Sepanjang perjalanan, Karina langsung mengeluarkan hpnya dan menghubungi pembantu dan satpam di rumahnya agar membukakan Karina pintu, supaya ketika Karina sampai di rumah nanti, gerbang sudah terbuka untuknya dan ia tinggal masuk dan selamat dari 'psikopat' itu. Setelah sampai di rumahnya, Karina langsung mengeluarkan uang Rp50,000 dan memberikannya pada satpam itu. Ia segera lari masuk ke dalam rumah, tak peduli bajunya yang sudah penuh dengan darah.

Sesampainya di dalam, semua pembantu histeris melihat Karina berdarah-darah. Mereka langsung mengambilkan P3K, baju untuk Karina, dan teh hangat manis. Setelah semua lukanya diobati, Karina masuk ke kamarnya dan menangis sepanjang malam.

Ia menyesal telah percaya kepada William. Ia menyesal telah memberikan semua hati dan kepercayaannya pada William.

Ia mengeluarkan hpnya dan menelepon kedua orangtuanya.

"Ma, Pa, besok Karina mau kita pindah rumah. Alasan akan Karina jelaskan nanti. Pokoknya besok pindah rumah. Jangan di daerah ini lagi," kata Karina sambil menutup telepon tanpa menunggu jawaban kedua orangtuanya.

'Aku akan segera pergi dan meninggalkan William. Aku tak akan bertemu dengan psikopat itu lagi. I have to keep moving on. Forget and forgive' gumam Karina sebelum tertidur.

***

' We should not sacrifice ourself to the person who doesnt love us '

Hope [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang