[One-Shot] ōXƖ

565 41 67
                                    

Author: Rices_Friedtofu

---

Bukankah terlalu sempurna jika ayahku menjalankan bisnis yang berkembang pesat dan membuatku hidup ditengah keluarga berkecukupan?

Bukankah tidak adil jika aku memiliki rupa menawan sekaligus pemikiran cerdas?

Bukankah jahat jika aku tidak ingin ada beban yang akan menyeimbangkan neraca kehidupanku yang terlalu condong pada kebahagiaan semu?

.

.

ōXƖ

WARNING! AU, OOC, Typo(s), hurt/comfort, angst, drama, and other mistakes!

MY OWN FICTION, yeay~ hope my feel can reach you all, reader-nim~

B.A.P's Jung Daehyun is belongs to GOD, himself, his family, TSEnt (*for group name and concept), and last but not least his fans as well

ENJOY!

.

.

Pemuda dengan nama lahir Jung Daehyun itu membuka pintu ruangan pribadi manager kafe tempatnya bekerja sejak beberapa bulan lalu yang selalu tertutup rapat, secara tidak langsung mengisolasi Sang Pemilik Kafe dari dunia luar. Dirinya dapat menangkap sorot terpukul yang beberapa minggu belakangan nampak selalu menghiasi wajah lelah pria paruh baya itu.

Sore ini, tepat setelah Daehyun tersenyum pada pegawai terakhir yang meninggalkan kafe dan membalik papan keterangan bertuliskan 'BUKA' menjadi 'TUTUP' didepan pintu masuk transparan, Manager Ji memandanginya dari belakang. Daehyun tahu jika dirinya diminta untuk datang ke ruang pribadi Manager Ji.

Pemuda asal Busan itu mengangguk sekali sebagai jawaban nirlisan dan membiarkan Manager Ji kembali melangkahkan kakinya yang gemetar menuju lantai dua, tepatnya menuju ruangan pribadinya. Sedangkan Jung Daehyun mengambil selembar kain lap tipis bermotif kotak-kotak untuk mengusap sisa-sisa meja yang menjadi jatah pekerjaannya.

Lalu dirinya berakhir disini, di ruangan pribadi Manager Ji. Sebagai pekerja yang tak memiliki apapun selain asuransi pegawai di kafe ini, Jung Daehyun cukup tahu diri untuk tidak mendesak pimpinannya berbicara. Setiap detik yang bergulir menjadi terasa lebih lama terutama ketika yang bisa Daehyun tangkap adalah nafas berat Manager Ji yang bergetar disetiap hembusannya.

"Daehyun-ssi..." Manager Ji nampak mengeluarkan amplop kertas cokelat dari balik jas hitamnya yang mahal. Sorotnya masih redup ketika pria paruh baya itu melanjutkan kalimatnya, "Aku akan sangat berterimakasih jika kau bersedia membacanya. Seluruh tulisan anakku."

"Maaf?" tanya Daehyun, meminta perjelasan lebih.

Manager Ji baru akan memberi penjelasan lebih ketika airmata begitu saja menetes dari pelupuk matanya yang sudah dipenuhi keriput samar. Dan pada akhirnya pemilik kafe tempat Daehyun bekerja itu menangis sejadinya dan menggeleng kuat, tak mampu melanjutkan penjelasannya.

Menolak kenyataan.

Jung Daehyun mengernyit, alisnya menukik sedalam-dalamnya. Pemuda itu berdiri dan menunduk sopan pada Manager Ji, memberi kalimat tanda belasungkawanya sebelum melangkah pergi dari ruangan yang kini dipenuhi oleh jerit pilu seorang ayah.

Coffee MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang