[One-Shot] Because of Money

199 36 31
                                    

Author: rosescupcakes

2 Agustus 2015
Seoul, South Korea

Hari yang cerah hingga semua orang bisa merasakan sinar matahari mengenai kulit kereka yang sedang berjalan di luar ruangan. Acara prakiraan cuaca pagi inipun memprediksi matahari akan bersinar sepanjang hari tanpa hujan. Namun perasaanku hari ini tidak secerah cuaca hari ini.

Hari ini adalah ulang tahun adikku. Ia bernama Mark. Bagiku yang merupakan anak yatim piatu, adikku adalah orang yang paling aku sayangi. Namun aku bukanlah orang yang berkecukupan. Bahkan adikku harus di asuh oleh orang lain yang mau memberikannya kebutuhan dan juga biaya sekolah.

Sudah hampir tiga tahun aku lulus dari sekolah tinggi menengah atas. Dan berarti aku seharusnya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari pada ini. Namun takdir berkata lain. Aku malah berdiri disini menunggu pesanan pelanggan. Di salah satu kafe di sudut jalan ini aku bekerja. Hanya menjadi seorang penjaga kasir.

"Park Haneul-ssi, tolong bantu aku membersihkan meja nomor delapan." Dan pekerjaan ini pula yang membuat adikku mengalihkan wajahnya dari ku.

"Baik. Tunggu sebentar Inha-ssi." Aku bergegas menuju meja nomor delapan seperti perintah seniorku, Jung Inha. Namun aku malah melihat seniorku itu kembali ke belakang dan bergosip bersama teman-temannya yang lain.

Hidup itu kadang menyebalkan. Apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan keinginan kita. Setelah menghela nafas mulai mengambil gelas-gelas bekas kopi dan meletakkannya ke atas nampan. Meja ini merupakan tempat yang paling ku suka. Tersudut dan tanpa jendela. Jika ku ingat lagi, aku sering melihat seorang laki-laki tinggi berkulit pucat memesan cappuccino dan duduk di meja ini.

"Hanuel, cepat kemari. Ada seorang pelanggan datang." Setelah mendengar perkataan Minrin yang merupakan seorang barista di kafe ini, aku langsung mengelap meja ini dengan cepat dan berlari ke belakang sambil membawa nampan yang berisi gelas-gelas kotor.

Setelah memastikan diriku terlihat rapi, aku memasang senyum seperti biasa. Namun dahi ku mengerut. Ku tepuk seragam kerjaku yang di bagian lengannya karena terkena noda kopi. Namun karena seragam kerjaku berwarna putih, sepertinya noda itu akan membekas.

"Selamat datang di Flow de Mémoire. Ada yang bisa saya bantu?" Ucapku pada laki-laki tinggi di depanku.

"Satu cappuccino." Seketika aku mengingat sesuatu tentang laki-laki ini. Ia adalah seorang pelanggan tetap yang duduk di meja nomor delapan.

"Satu cappuccino." Ulangku sambil mengetik pesanannya melalui komputer. "Apa ada pesanan lainnya?" Tanyaku. Ia menggeleng.

"Total nya 4.500 won." Ia mengerahkan uang pas seperti biasa. Dan setelah aku memberinya struk pembayaran, satu gelas cappuccino buatan Minrin sudah tersaji.

"Selamat menikmati." Ucapku seraya memberikan nampan berisi satu gelas cappuccino. Ia menerimanya tanpa banyak berbicara.

Setelah laki-laki itu pergi meninggalkan tempat pembayaran, sekelebat pikiran tentang adikku mengusikku. Aku baru akan menerima gaji akhir bulan ini. Dan aku tidak memiliki uang untuk sekedar membeli satu potong daging ayam. Tapi aku ingin memberinya kue ulang tahun. Dan bagaimanapun caranya aku harus memberinya kue ulang tahun.

Hampir sepuluh menit aku terdiam seperti orang tolol. Dan langkah sepatu yang berirama menyadarkanku sesaat akan posisiku disini.

"Haneul-ssi. Tolong bersihkan meja nomor delapan." Mendengar nomor yang di sebutkan oleh seniorku itu membuatku tersadar jika laki-laki itu sudah pergi dari kafe ini entah berapa lama.

Coffee MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang