Author: peonyconyzoides
Lima belas menit dua puluh tujuh detik berlalu tanpa percakapan berarti ketika gadis berkacamata dengan poni pagarnya menatap ke luar. Dinding kaca yang menjadi pembatas bagian dalam kafe dengan trotoar jalan tersebut menyajikan pemandangan para pengguna jalan yang hilir-mudik. Tangannya yang lebih kecil dariku sesekali menyendokan es krim dengan potongan aneka buah yang diletakkan di mangkuk besar.
"Kamu lagi marah?" tanyaku.
Ia menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya dari luar. "Tidak."
"Terus kamu kenapa?"
Aku mendesah frustrasi seraya meremas rambutku.
Gadis itu Kim Soin. Saat ini di tahun hubungan kami berusia tujuh bulan Soin menginjak bangku tingkat dua disalah satu sekolah menengah ternama di Seoul. Pribadinya tidak berbeda dengan gadis remaja kebanyakan; manja, egois, berisik, cengeng, serta segudang hal menyebalkan lainnya.
"Tidak kenapa-kenapa."
"Kalau begitu kenapa kamu diam?"
Soin mengedikkan bahunya acuh. "Kamunya saja yang tidak inisiatif. Seharusnya kamu mengajakku berbicara daritadi."
"Jadi, aku yang salah?"
"Siapa yang menyalahkanmu? Aku tidak bilang seperti itu."
Sendokan es krim ke sekian Soin berhasil mendarat mulus ke dalam mulutnya. Gadis pengumpul perangko tersebut masih tidak mengalihkan pandangannya. Aku menghela nafas mencoba bersabar.
"Soin-ah, berhenti bersifat kekanak-kanakan!"
Soin bergeming. Mulut kecilnya tidak balas melontarkan bantahan apapun. Es krim dalam mangkuknya telah habis. Dan kini, dengan posisi bersandar pada bangku dan tangan bersedekap di depan dada, Soin terlarut dalam fikirannya.
Kafe mulai ramai kedatangan pengunjung. Hal yang biasa mengingat hari ini adalah hari libur. Akan banyak pasangan muda-mudi atau kelompok-kelompok kecil yang menghabiskan waktunya di sini. Aku tidak bisa berlama-lama lagi. Tugasku sebagai pemilik kafe mewajibkanku untuk mengurus segala keperluan kafe demi menjaga kenyaman pelanggan.
Dan tugas itu tidak akan berjalan mudah jika Soin masih tetap seperti ini!
"Soin-ah, katakanlah sesuatu, jangan diam dan memendamnya sendiri! Aku tidak akan bisa mengerti apa maumu. Kamu menambah bebanku jika seperti ini terus. Aku lelah, Soin-ah."
Aku memijat pangkal hidungnya seraya menikmati alunan lonceng yang bergemerincing setiap kali pintu kafe terbuka. Buku-buku menu terhempas terbuka di setiap meja-meja yang menampung dua atau empat orang. Para pelayan pun sibuk mencatat pesanan dengan note dan alat tulis mereka.
Ah ... singkirkan sejenak tentang kafe dari kepalamu Oh Sehun! Lebih baik sekarang kau selesai masalahmu dengan Kim Soin secepatnya.
Yah, aku memang harus menyelesaikan masalahku (yang sejujurnya aku tidak tahu apa salahku) dengan Soin secepatnya.
"So—"
"Ya, aku tahu, aku hanyalah seorang gadis remaja labil. Sifatku masih kekanak-kanakan. Dan terkadang, atau mungkin memang, setiap harinya aku hanya menjadi beban untukmu."
Soin membuka mulutnya memotong ucapanku dengan kata-kata yang sangat mengejutkan. Apa maksudnya?
"Bahkan, diumurmu yang masih terbilang muda, kamu sudah menjadi pemilik kafe yang sukses. Kamu tampan, berkecukupan, juga cerdas. Wanita mana di luar sana yang tidak menyukaimu. Benar bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Menu
FanfictionTake a sip of your morning coffee before you start your day... --- Coffee Menu adalah kumpulan fanfiction seharum bau kopi yang sangat identik dengan keberadaan cafe ini karya Barista kami. Semoga Master dan Madam berkenan menyesap secangkir kopi pe...