[Ficlet] Memories

214 32 27
                                    

Author: chokyungie

Aroma semerbak kopi langsung menyeruak dalam penciumanku saat memasuki cafe ini, aku mulai melangkahkan kakiku ke salah satu tempat di dekat jendela besar cafe. Aku mulai memesan secangkir kopi panas yang pahit sambil menikmati pemandangan di luar cafe memalui kaca jendela. Menduduki bangku ini membuatku teringat akan kenangan yang selalu membayangi pikiranku, cafe ini selalu kami berdua datangi disela kesibukkan, bercerita banyak hal dan bercanda tawa dengan bahagiannya kami lalui bersama di sini. 

Pesananku telah sampai dan akupun mulai menghirup aroma yang menyengat hidungku, aku sangat menyukai aroma kopi di cafe ini berbeda dari yang lain. Akupun meminum kopi ini sedikit demi sedikit, panas dan rasa pahit berkumpul menjadi satu di lidahku, dulu aku tidak menyukai rasa pahit yang menyebar di lidahku, aku selalu meminum kopi dengan campuran susu di dalamnya, tapi setelah kepergiannya aku mulai menyukai secangkir kopi panas pahit yang selalu disukainya, rasa pahit yang menyebar di lidahku membuatku selalu teringat akan semuanya yang telah terjadi padaku, kita tak akan mungkin lupa rasa pahit secangkir kopi, seperti halnya cinta yang tak pernah lupa bagaimana rasanya dilukai. 

Ya, aku tidak akan pernah mau melupakan bagaimana cintaku dikhianati olehnya, pengorbananku, kesetiaanku, hidupku yang kuberikan untuknya tidak pernah ia hiraukan. Kata-kata cinta yang ia ucapkan hanyalah omong kosong belaka, tidak pernah ia ucapkan dengan sepenuh hati, semua hanya kebohongan yang ia tunjukkan senyumnya, perhatiannya, kasih sayangnya tidak benar-benar ia lakukan untuk kebahagianku. Yang ia lakukan selama ini, hanya untuk menutupi kebohongannya yang telah bermain dibelakangku. 

Dadaku begitu sesak rasanya mengetahui kebenaran yang telah terjadi, nafasku tercekat hingga tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun, mataku sudah memburam ditutupi air mata yang siap tumpah, aku mengerjapkan mataku dan jatuhlah air mataku, tak kupedulikkan tatapan orang yang melewati mejaku, aku mengambil nafas panjang untuk mengurangi rasa sesak yang membara dalam dadaku, ku alihkan tatapanku dari cangkir kopi ini melihat ke luar jendela, bisa kulihat sepasang kakek dan nenek yang sedang berjalan kaki dengan berpegangan tangan, mengingatkanku akan kata-katanya dulu bahwa jika kami tua nanti ia akan memegang tanganku dengan erat dan memperlihatkan pada orang-orang di luar sana kalau kami adalah pasangan yang romantis dan tidak akan pernah terpisahkan. 

Aku mendengus mengingatnya, kualihkan pandanganku kembali pada kopi yang kupegang, dan mulai meminum perlahan dengan air mata yang terus mengalir dari kedua mataku. Dadaku masih terasa sesak hingga aku mulai terisak pelan, aku menutup wajahku dan menunduk dengan isakan yang mulai ke luar dari mulutku, aku sungguh tidak tahan dengan semuanya, aku sangat mencintainya tapi kenapa ia tega melakukan ini kepadaku? Aku sungguh ingin membencinya tapi aku tidak bisa, oleh karena itu, aku sekarang mulai menyukai kopi pahit ini yang akan selalu mengingatkanku tentang penghianatannya dan membuatku membencinya dengan perlahan.

Coffee MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang