[One-Shot] Can't

48 8 1
                                    

ChoKanna

Joy's POV

.

.

Pagi hari di awal musim dingin, Salju belum banyak berjatuhan namun jalanan kota Seoul sudah sepi kendaraan. Hanya ada beberapa mobil yang sesekali melintas. Langit mendung, namun hujan tak kunjung turun

Aku menyesap cappuccino-ku sembari menatap keluar jendela. Menghela nafas panjang, seakan melepaskan semua beban yang kupunya, namun kenyataannya tidak seperti itu. Sama seperti cuaca hari ini, keadaan hatiku masih sangat buruk

Sebelum aku datang ke sini, aku masih baik-baik saja, masih bisa melangkah dengan riang sembari menyunggingkan senyum lebar

Ini karena kejadian satu jam yang lalu...

"Sooyoungie.. kau tau sesuatu?"

"apa?"

"Aku akan menikah!"

Perkataannya masih teringat dengan jelas di memoriku, Ia berujar dengan riang tanpa peduli bagaimana perasaanku saat itu.

Terlebih lagi ketika ia menyebutkan siapa wanita yang akan dinikahinya,

"Bae Joo Hyun" Sahabatku sendiri

Hah.. Dunia seperti tak pernah mengizinkanku Bahagia, Sejak kecil aku selalu bersama Bogum. Ya, pria itu. Sekolah bersama, belajar bersama, tumbuh besar bersama, Namun sekarang Ia malah akan menikah dengan wanita lain.

Padahal dulu dia sendiri yang berjanji akan menikahiku saat kami masih anak-anak..

-Flashback-

20 Tahun yang lalu..

Bogum kecil dan aku yang berusia setahun lebih muda darinya, sedang duduk berdua di taman bermain, menyantap kue beras buatan Ibu Bogum yang rasanya sangat lezat

"Sooyoungie~"panggilnya, aku yang sedang menyantap kue menoleh

"Hm?"

"Ayo kita menikah"

Aku menatapnya bingung "Menikah itu apa, Oppa?"

"Menikah itu kita akan selalu bersama, selamaanya,eumm.. seperti Eomma dan Appa!"

Aku tersenyum sumringah dan mengangguk senang "Kalau begitu aku mau Oppa!.."

"Emm.. tapi Eomma dan Appa sudah besar, Oppa. Sedangkan kita masih anak-anak"

"Kalau begitu saat kita sudah dewasa nanti aku akan menikahimu!"

"Jinjja?"Tanyaku, Bogum mengangguk. Lalu kami berdua saling menautkan jari kelingking, dan kembali menyantap kue bersama

--------

Aku tertawa getir, Itu hanya guyonan anak kecil ya? Bagaimana aku bisa mempercayainya sampai sejauh ini?

"Permisi"

Sebuah suara membuyarkan lamunanku, aku menoleh. Terlihat seorang pelayan laki-laki berdiri dihadapanku seraya menyunggingkan senyum

"Toko kami sudah akan tutup"ucapnya

"Oh?"aku tersentak, lalu mulai sadar ketika memandang berkeliling, cafe sudah sepi, hanya ada aku dan pelayan ini disini.

"Emm.. tetapi diluar hujan, aku tidak membawa payung, bisakah aku diam disini dulu? Sebentar saja.."Pintaku. Ya, rintik-rintik hujan baru saja berjatuhan

Coffee MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang