Chapter 19

525 26 9
                                    

"Hei! Apa ini sudah waktunya?"

Seseorang dari balik cahaya terang yang mengelilingi tubuhnya itu berbalik dan menatap Acha.

"Belum. Ini belum waktunya."

Acha mengerjapkan matanya berkali-kali karna cahaya yang terlalu terang itu. "Kenapa? Kamu kesini untuk jemput aku, kan?" Tanya Acha.

"Ini belum saatnya, Acha. Kehidupan mu masih panjang."

Acha mendelik kesal mendengar perkataan seorang itu. "Hidup? Berbaring di tempat tidur tidak dapat melakukan apa-apa. Itu kamu sebut hidup?" Bentak Acha.

Seseorang itu hanya tersenyum membalas perkataan, Acha.

"Hei!" Panggil Acha tersulut emosi.

"Berjuanglah Acha. Percayalah suatu saat akan ada yang membantumu pulih dari semua ini. Terima apapun yang terjadi. Akui itu." Ujarnya perlahan menghilang bersama cahaya yang menyelimuti tubuhnya.

****

Semua orang membuang nafas lega. Rasanya hampir setengah jam mereka menahan nafas tegang, melihat seseorang yang sedang berjuang didalam sana.

percobaan ketiga dengan alat kejut jantung itu berhasil. Denyut jantung pada layar kembali bergerak naik ke atas dan turun ke bawah dengan pelan.

Elang mengusap wajahnya. Doanya terkabulkan. Acha-nya selamat. Acha-nya tak meregangkan nyawa. Acha-nya masih berjuang.

"Sekarang lo bisa pergi."

Elang menatap Dimas di sampingnya tak ber ekspresi.

"Lo bisa pergi sekarang. Cewek gue udah sadar." Ujar Dimas seakan menegaskan bahwa Acha itu miliknya.

Elang mengepalkan tangan nya menahan amarah. Ia memutarkan pandangan pada Acha di dalam ruangan. Gadis itu masih tertidur tenang, tak tahu kapan akan bangun.

"Lo akan baik-baik aja. Percaya sama gue." Batin Elang. Lalu mengangkat kaki dari sana tanpa berbicara sepatah kata pun.

****

Entah dapat berita darimana. Pagi ini semua murid sudah mulai berkumpul bergosip ria membicarakan kabar kedekatan Elang dengan Acha.

Sementara, yang menjadi pusat perhatian pun tidak tahu ia sedang dibicarakan.

Elang berjalan menuju kantin sekolah dengan mengendong tas disebelah bahunya. Tidak ada ekspresi. Tidak ada sapaan pagi yang Ia ucapkan pada semua cewek yang dilihatnya. Tidak ada godaan khas dari Elang. Tidak ada senyuman manis yang membuat seluruh cewek terkagum-kagum melihatnya.

Yang Elang lakukan hanya berjalan dengan tatapan dinginnya. Bersikap tidak peduli pada sekitar.

"Gue denger Elang deket sama, Acha."

Elang menghentikan jalannya ketika mendengar bisikan-bisikan dari sekumpulan cewek yang berdiri tak jauh di belakangnya.

"Lang!" Tiba-tiba saja Bimo menepuk pundak Elang pelan. Bimo juga baru saja sampai sepertinya.

Membuat yang disapa hanya mengernyitkan alis. Lalu melanjutkan jalannya yang sempat berhenti.

"Kok bisa sih? Bukan nya mereka selama ini suka ribut ya?"

"Jangan-jangan selama ini mereka diam-diam pacaran lagi!"

"Ahh.. Ga relaa"

"Eh, Pindah yuk." Bisik cewek berambut ikal pada teman-temannya sambil menatap punggung Bimo.

STAYEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang