Sudah dua bulan lamanya. Gadis itu terbaring di ranjang ruang rawat inap itu. Dan sudah dua bulan lama juga cowok itu tak henti mendoakan-nya, tak bosan menemani, dan tak lelah selalu berharap ada keajaiban terjadi.
Andai ada cara untuk membangunkan gadis itu dengan tangan nya sendiri. Iya, andai. Semua itu hanya ekspektasi. Karna, semua ini sudah ada yang mengatur. Tugas kita hanya berdoa dan berusaha. Hasil akhirnya? Tak ada yang tahu.
"Hari ini, gue bawa bunga matahari buat lo." Kata Elang sambil meletakkan bunga yang dibawa nya ke dalam vas bunga yang tersedia.
"Kasian tadi gue liat bapak-bapak dorong gerobak dan isi nya bunga matahari semua." Cerita Elang sambil menarik kursi lalu mendudukinya.
"Terus gue inget lo. Ya udah gue beli." Elang menggenggam tangan kecil Acha. "Gue aja inget lo terus. Emang lo ga inget gue apa disana? Gak bosen sendiri terus disana? Hahaha." Lanjut Elang sambil ketawa hambar menertawakan dirinya sendiri.
Elang merapikan rambut Acha. Layar monitor detak jantung Acha masih berjalan normal. Suasana kamar terasa sepi.
Tak tahu perasaan Elang saja atau memang udara didalam kamar ini memang hangat? Padahal pendingin ruang menyala. Suasana nya membuat Elang nyaman dan tenang.
Elang mengalihkan pandangan nya menatap Acha. "Kapan terakhir kita bicara, Cha?" Tanyanya. Rasanya sudah lama sekali Ia tidak ngobrol dan bertemu dengan Acha.
Terakhir semua itu, ketika Acha meminta dirinya menjauh dan mendekati Cellin dan bodohnya Elang menuruti.
"Gimana pun caranya lo minta gue untuk mencintai orang lain itu tetap gak akan bisa.
Gue akan menjauh dari lo, jika hati gue memilih orang lain. Tapi, sayangnya hati gue udah stuck buat lo."
Perkataan jujur itu membuat efek yang sangat kuat bagi, Acha. Ia memang tidur. Tidak dapat bergerak. Tapi Ia masih bisa mendengar.
"Gue sayang sama lo, Cha." Ucap Elang pelan.
Lalu, suasana menjadi hening. Yang terdengar hanya bunyi dari layar monitor yang berada disamping ranjang Acha.
Elang masih tidak menyadari apa yang sedang terjadi dihadapan nya.
Jari tangan itu perlahan bergerak. Sedangkan kelopak mata itu sedang berusaha terbuka. Jantungnya berdetak sangat cepat seperti ada yang berhasil mengejutkannya.
Sebelah tangannya yang digenggam Elang membalas genggaman dari cowok itu walau tak sekuat genggaman dari Elang.
Tetapi itu berhasil membuat Elang sadar dari lamunannya. Tangan yang selama ini Ia genggam, saat ini membalasnya.
Elang masih tidak bisa berfikir jernih. Ia masih sangat bingung. Pandangannya dialihkan pada wajah gadis itu. Mata itu masih terpejam, tapi Elang dapat melihat bagaimana kelopak mata itu bergerak pelan seperti ingin terbuka tapi sangat sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAYED
Teen FictionKarna peristiwa itu, yang jauh menjadi dekat. Dan yang dekat justru pergi meninggalkannya.