"Semoga hasilnya nggak mengecewakan. Acha harus dapat hasil yang terbaik di akhir ujian ini. Amin."
Acha bergumam pada dirinya sendiri. Sambil menatap lembar ujian Matematika nya. Berharap mendapatkan hasil yang terbaik.
Gadis itu berdiri dari duduknya. Meletakkan kertas ujian nya dengan rapi di atas meja.
"Sudah selesai?"
Acha menatap ke depan kelas. Menggangguk pada pengawas perempuan. "Sudah, Bu. Saya boleh keluar?"
Guru berparas tegas itu, menggangguk dan tersenyum. "Ya, silakan."
Acha membalas senyum. Dan segera membawa alat tulis nya menuju keluar kelas. Untuk mengambil tas selempang nya di loker.
Saat tiba di loker. Acha membuka loker tersebut mengambil tas nya dan memasukkan peralatan tulisnya. Sebelum kembali mengunci Loker nya.
Acha berjalan menyusuri koridor sekolah yang mulai ramai oleh teman-teman Acha yang juga sudah menyelesaikan ujian nya.
Acha menghela napas nya. Ada perasaan senang akan lulus menjadi anak sekolah menengah atas. Dan perasaan sedih pun turut menghampiri perempuan itu.
Begitu banyak kejadian di Merah Putih. Sekolah yang memang dari dulu Acha inginkan karna banyak prestasi-prestasi yang dihasilkan dari siswa di Merah Putih.
Di SMA Merah Putih Acha dipertemukan dengan Vera, Cellin, Udin, Bimo, Rendy dan Elang... Beberapa teman yang sangat berpengaruh pada dirinya.
Acha terkekeh pelan, menginggat pertemuan nya dengan Elang yang sangat, sangat menyebalkan itu.
"Maju kalian!"
Bentakan dari salah satu anggota osis itu menggagetkan Acha. Ini baru hari kedua dirinya mengikuti orientasi siswa, tapi sudah kena bentakan untuk kedua kalinya hanya karna orang yang sama.
Acha membenci cowok itu. Karna cowok itu, bayangkan tentang menyenangkan nya mengikuti orientasi siswa menjadi buyar seketika.
Acha mengikuti kelima teman nya maju ke depan. Dengan bakul nasi yang diatas kepala, rambut yang di kepang sebanyak 25. Sarung yang berubah fungsi menjadi tas. Dan kaus kaki yang hanya sebelah. Dan tak lupa dengan karton besar yang tergantung di leher cewek itu.
"Kalian lagi, kalian lagi!" bentak Kak Beby, perempuan manis yang terkenal dengan galaknya.
"Kemaren gue bilang hari ini perlengkapan udah lengkap semua! Dengar nggak?!" bentak Kak Indra.
Acha menunduk, memainkan jari telunjuk nya. Takut.
"WOI GUE NANYA SAMA LO SEMUA!"
"Iya denger, kak." jawab pelan Acha dan teman sekelompok nya. Kecuali cowok itu.
"Siapa yang nggak bawa?" Kali ini nada halus dari Kak Faizah.
Belum sempat mengangkat bicara. Mereka kembali kena bentakan.
"JAWAB! PUNYA MULUT KAN LO SEMUA!"
Acha menghela napasnya. Lama-lama Ia bisa kena serangan jantung karna bentakan yang terus menerus.
"Gue."
"Lo, lagi?"
"Sorry, gue kesini buat sekolah. Bukan buat dipermaluin gitu kayak mereka."
Hampir semua anggota osis yang berada di sekitar mereka membelalakan mata. Tidak menyangka ada yang berani berkata itu pada mereka.
Kak Indra tertawa singkat. "Push-up lo semua sampai 50 kali!"

KAMU SEDANG MEMBACA
STAYED
Teen FictionKarna peristiwa itu, yang jauh menjadi dekat. Dan yang dekat justru pergi meninggalkannya.