Chapter 36

363 13 0
                                    

Semoga feel nya dapet. aku nulis chapter ini dua kali, karna error jadinya gak ke save😥 udah lebih dari 1000 kata harus ngulang lagi dari 600 kata. Dan itu bikin bete banget buat ngetik ulang😭

So enjoy guys!
____________________________________

"Jadi gimana sekarang sekolah kamu, Elang?" Pria yang mulai berumur itu membuka pembicaraan. Garis-garis wajah mulai terbentuk di wajahnya.  Namun sosok tegas dan kepemimpinan nya itu tidak pernah hilang sejak terakhir Elang melihat pria itu.

"Baik Om," sedikit kaku.

Micell menyuguhkan minuman pada Ayahnya. Sembari tersenyum mendengarkan percakapan Ayah dengan Elang.

"Kamu mau lanjut kemana?"

Elang tersenyum, selama ini Ia ingin bercita-cita menjadi Arsitektur. Dan sampai sekarang ia semakin yakin dengan keinginannya itu. "Arsitek Om." 

"Wah, bagus itu. Saya dukung sekali itu. Nanti kamu bisa kerjasama sama perusahaan saya." Pria itu tertawa pelan, lalu meneguk minumannya sampai habis.

Elang memperhatikan sosok pria di depan nya. Keadaan Ayah Micell sudah terlihat semakin membaik. "Saya ke ruang kerja dulu ya. Lanjut sama Micell dulu." Ujar Pak Ridwan yang dijawab anggukan dari Elang.

Micell menggeleng kan kepalanya. Menatap punggung ayahnya. "Masih aja mikirin pekerjaannya." tuturnya pelan.

"Ayah kamu perlu istirahat, Cell."

Micell mengalihkan pandangan nya ke Elang. Cewek itu tersenyum tipis. "Seharusnya begitu, El. Tapi belum ada yang bisa ayah percaya untuk meneruskan perusahaannya. Anak ayah juga cuman aku satu-satunya. Dan ayah cuman mau aku menjadi penerusnya."

Elang terdiam, Ia jadi teringat pembicaraan Ayah Micell bersama Dia waktu dulu.

"Om sudah suka sama kamu. Om percaya. Gimana kalau kamu saja yang jadi penerus perusahaan saya? Tapi kamu harus menikah dulu dengan, Cellin." ujar pak ridwan sambil bercanda.

"El, ke depan yuk!"

Seruan dari Micell menarik Elang kembali ke dunia nyata. Cowok itu beranjak dari duduknya. Dan mengikuti Micell yang berjalan didepannya.

××

Acha menatap langit-langit kamarnya. Cewek itu baru beberapa menit yang lalu terbangun dari tidurnya. Dan sekarang tidak ada keinginan dari cewek itu untuk beranjak dari ranjangnya.

Sejak pulanh sekolah tadi sore. Acha segera membawa tubuhnya ke dalam kamar. Dan menggurung diri berjam-jam disana.

Malas. Badannya terasa lemas. Perutnya sakit. Kepalanya sakit. Setiap berhalangan Acha selalu seperti itu.

Oh ya. Soal pulanh sekolah tadi sore. Acha tidak pulang bareng Bimo kok. Acha pulang bareng Cellin, naik angkutan umum. Kebetulan saja Bimo sedang bersama Cellin. Dan Cellin meminta tolong pada Bimo untuk membawa Acha dari Elang dan Micell. Lalu setelah itu Acha diturunkan ditempat yang pasti tidak terlihat Elang.

Tok

Tok

"Kak, Cha? Makan yuk!"

Acha menoleh ke pintu kamarnya yang tertutup rapat. Seruan dari Tasya terdengar dari luar. "Nggak mau. Kamu duluan aja." balas Acha.

"Tapi kakak disuruh makan sekarang sama mama."

"Iya nanti." Acha memutar tubuhnya. Menutupi wajahnya dengan bantal. Seruan dari luar juga tidak terdengar lagi.

STAYEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang