Dimas mendapatkan kasih sayangnya. Tapi Ia tidak bisa mendapatkan diri perempuan itu jika memang perempuan itu sudah tidak dapat kembali padanya.
Saling menyayangi bukan berarti harus memiliki. Dimas berusaha mengerti semuanya. Ia berusaha tidak memikirkan perasaan nya sendiri. Lagipula semua pasti sudah berbeda. Tidak ada kisah yang sama kembali terjadi.
Jika memang Acha kembali padanya, semua pasti akan berbeda. Dimas tahu Ia tidak bisa memaksakan perasaan yang memang sudah tidak ada lagi untuk dirinya.
Acha sayang Dimas. Tapi sayang Acha sudah beda. Dimas bisa merasakan nya. Acha sayang Dimas hanya sebagai teman. Tak lebih dari itu.
Mengikhlaskan adalah satu cara untuk melepaskannya. Dimas rela jika ada seseorang yang memang lebih layak bersama Acha. Siapa pun orang itu.
Dimas memasukkan koper yang akan dibawanya ke dalam mobil. Lalu membawa dirinya masuk ke dalam mobil.
"Berangkat sekarang, Mas?" Tanya pengemudi taxiyang ditumpangi Dimas dan Mama nya.
Cowok berkemeja hitam itu menggangguk. "Iya, Pak." Jawab nya.
×××
Acha memasukan ponselnya ke dalam tas kecil yang terletak di belakang lemari kamarnya dan memakainya.
Ia melihat pukul pada jam tangan berwarna hitamnya, dengan cepat perempuan yang mengenakan pakaian berkaus putih lengan panjang dan celana jins panjang itu segera bergegas keluar dari kamarnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*(Anggapajaitubajunya dikeluarin semua ya)
"Kamu naik apa?" Terdengar pertanyaan dari meja makan. Membuat Acha menghampiri orang itu, mencium punggung tangan nya.
"Aku udah pesen taksi, bentar lagi nyampe." Ucap Acha pada Annisa.
"Kak, taksi nya udah didepan tuh."
Acha menolehkan kepala nya kebelakang, mendapati Tasya berdiri tak jauh dari tempat nya. "Oh, oke. Aku berangkat ya, Mah!"
"Ya udah, hati-hati ya!"
"Oke!"
Hanya memerlukan 20 menit saja untuk sampai di bandara, kalau tidak macet. Ya semoga saja tidak macet, harap Acha.
Perempuan itu membalas senyum sapa dari supir taksi, dan segera memasuki nya duduk di bangku belakang.
"Bandara Soekarno-Hatta ya, Pak."
"Baik, dek." Ujar bapak itu dan mulai melajukan taksi nya pelan.
×××
"Acha!"
Tepat sekali. Seruan dari Dimas membuat Acha menghentikan langkahnya. Perempuan itu sedang berada di gerbang keberangkatan mencari-cari sosok Dimas, yang katanya memang sedang menunggu dirinya tiba.