Elang POV
Gue duduk di kursi luar, yang ada di balkon.
Dengan Acha, yang duduk di samping gue.
Sumpah, gue gak ngerti lagi sama ini cewek.
Semalam dia tiba-tiba aja hilang gak tau kemana, dan tadi, saat gue pulang sekolah dan masuk ke kamar, gue di kagetkan dengan suara isak tangis dari ini cewek.
Huft. Untung aja dia nangis di atas tempat tidur gue, jadi gue tahu siapa yang nangis, coba kalau di kolong tempat tidur? Udah pasti gue bakal kabur ke kamar Tiara. Gak mungkin kan, gue liat dulu ke kolong tempat tidur, nyari tau siapa yang nangis.
Masih bersyukur kalau yang gue liat itu sih Acha. Coba kalau makhluk lain? Ahh gak deh makasih.
Dan sekarang, udah hampir setengah jam, dia diam. Dan udah setengah jam pula gue duduk nemenin dia.
Pegel weh sumfeh.
"Gini ya, gue bukan nya kepo, atau apalah itu nama nya, gue cuman mau nanya aja, Lo kenapa sih?" Tanya gue akhir nya, setelah memastikan keadaan, melihat dia sudah berhenti menangis.
Dengan senyum sabar gue menatap Acha, dan menunggu jawaban dari nya.
Tapi apa? Dia hanya diam, gak menjawab pertanyaan gue.
Sumpah, ini sih nama nya nge test kesabaran gue banget.
Dia pikir gue dukun apa?! Yang tahu permasalahan nya tanpa dia cerita.
Satu, kebiasaan cewek yang gak gue suka nih.
"Ya udah, terserah Lo mau cerita atau engga, gue mau masuk dulu." Ujar gue, tanpa menunggu jawaban dari dia, gue pun berdiri dari duduk dan berjalan masuk ke kamar.
Setelah gue sadari, gue masih mengenakan seragam sekolah. Gue memutuskan mau ganti baju.
×××
Acha menatap sendu matahari yang mulai beristirahat dari tugas nya.
Tatapan kosong, dan pikiran yang hanya tertuju pada satu nama, itu sudah membuat nya terlihat kacau.
Pria yang duduk disamping kiri nya pun, di acuhkan nya.
Air mata yang sedari tadi keluar, kini sudah mengering, bahkan untuk menangis pun sudah tidak bisa.
Hanya rasa pedih yang masih terasa di hati nya.
Mengginggat seseorang itu, seseorang yang membuat hari-hari nya lebih indah, seseorang yang membuat dirinya merasa beruntung memiliki nya, seseorang yang menjadi penyemangat hidup nya.
Tapi, sekarang apa yang menjadi penyemangat nya untuk segera sadar dari koma?
Mengingat, hanya Seseorang itu yang membuat nya ingin segera sadar.
Kecelakaan itu membuat diri nya kehilangan segala nya, Dimas, dan masalah di rumah yang tak kunjung selesai.
Jadi, untuk apa Ia masih bertahan di dunia seperti itu?
Bukan, bukan lari dari kenyataan, tapi Ia hanya lelah dengan semua masalah yang ada.
"Gini ya, gue bukan nya kepo, atau apalah itu nama nya, gue cuman mau nanya aja, Lo kenapa sih?" Akhirnya cowok di samping Acha bersuara, setelah tadi dia ikut diam, tak bersuara.Pertanyaan nya tak kunjung di jawab oleh Acha, membuat cowok itu mendengus sebal dan beranjak dari duduk nya.
Satu tetes air mata kembali jatuh di wajah gadis itu.
Terlalu banyak kata 'seandainya' di pikiran nya.
Ya seandainya cowok di samping nya tadi adalah Dimas.
Seandainya Dimas lah yang dapat melihat diri nya.
Seandainya Dimas lah sekarang yang membantu nya.
Dan, seandainya Dimas masih berada disisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAYED
Novela JuvenilKarna peristiwa itu, yang jauh menjadi dekat. Dan yang dekat justru pergi meninggalkannya.