SETELAH menaruh tasnya di belakang pintu, gadis dengan rambut melewati bahu itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang--tanpa mengganti seragamnya. Melepas seluruh kelelahan dan segala emosi yang ia keluarkan hari ini.
Memorinya kembali berputar. Pertama ketika Shereen yang mengakui pernah menyukai Arya. Kedua ketika Arya meminjam catatan biologinya dan mengejek bahwa tulisannya jelek.
Sungguh rasanya Cia ingin menenggelamkan dirinya di samudra antartika. Malu. Tapi Cia rasa Arya adalah orang pertama di kelas yang mengejek tulisannya. Memikirkan itu membuat pipinya bersemu merah.
Ah, sudah lupakan. Sekarang harusnya ia sudah berada di kamar mandi dan konser kecil-kecilan disana.
***
"Ci, tadi kenapa keluar kelas lama banget, sih? Gue, kan mau ngintip-ngintip kelas Adnan." omel Shereen sambil mengganti channel.
"Asa tadi-"
"Arya? Arya ngapain elo? Nggak di grepe-grepe, kan sama dia?" Cia memukul lengan Shereen kemudian mengumpat kesal.
"Ya nggak mungkinlah. Walaupun dia raja bokep di kelas, dia nggak mungkin grepe gue."
Shereen mengendikkan bahu acuh dan kembali bertanya. "Terus kenapa lo lama keluar?"
"Dia minjem catatan biologi guee, Reen. Asli gue baper tingkat 7 bidadari." Cia merangkum pipinya yang terasa panas.
"Yailah, kirain ngapain." Shereen mendengus malas kembali memandang layar TV yang menayangkan drama korea.
Cia nyengir dan beranjak dari sofa ruang santai menuju kamar Kezia. Secara rutin, Cia berbagi cerita yang menurutnya menarik setiap harinya kepada Kezia.
***
Cia memutar kenop pintu dan nyelonong masuk ke dalam kamar Kezia. Kezia yang baru saja selesai memakai pakainyannya terperanjat kaget.
"Eh buset, si kadal!" Kezia mengelus dadanya dramatis seolah terkena serangan jantung. "Kalo mau masuk bilang-bilang, dodol!"
Cia nyengir tak berdosa dan memilih duduk di kursi depan meja belajar Kezia. Sedangkan Kezia yang mengerti bahwa Cia ingin menceritakan sesuatu, duduk di pinggir ranjang menghadap Cia.
"Key, lo tau nggak?"
"Enggak, kan lo belum ngasih tau gue," Sela Kezia dengan cengiran menghiasi bibirnya.
"Emang gue belom cerita. Key, tadi siang si Asa minjem buku catatan biologi gue. Dia orang pertama yang bilang tulisan gue jelek di kelas." cerita Cia dengan penuh semangat.
Kezia mendengus malas. Sahabatnya yang satu ini memang super--suka baper--diantara yang lain. "Baru juga minjem catatan. By the way, di antara banyaknya murid XI-IPA-2 kenapa buku lo yang dipinjem? Emang yang lain nggak ada yang nyatet?"
Cia menjentikkan jarinya. "Nah! Gue juga mikir gitu. Tapi, ya mungkin karena tadi di kelas cuma tersisa gue. Jadi dia minjem ke gue. Barangkali kayak gitu."
Kezia manggut-manggut dengan telunjuk di dagunya. "Masuk akal juga, sih. Yang pasti elo-nya jangan baper dulu. Biarin aja semuanya jalan kayak air mengalir."
"Gaya lu selangit, Key!" seru Cia sambil menggeplak Kezia dengan buku majalah di dekatnya.
Hening. Setelah acara geplak-geplakan mereka yang dramatis. Terlarut dengan pikiran masing-masing. Di dalam otak cantik Cia, gadis itu menyimpulkan beberapa pertanyaan mengenai kejadian siang tadi. Apa, sih yang mendasari Arya untuk meminjam catatannya? Kenapa bukan catatan si Bayu-teman sebangkunya-yang rajin kebanggaan guru?
Kenapa harus Cia? Belum tentu catatan Cia lengkap, mengingat ia bukan siswa yang rajin mencatat semua catatan dari guru. Walau guru killer sekalipun kalau sudah kepalang malas, menggerakan tangan saja rasanya malas.
Hanya saja tadi moodnya naik seketika dan jadi ingin mencatat. Kalian pasti pernah merasakannya, kan? Tiba-tiba ingin melakukan sesuatu yang kadang di luar inisiatif kita biasanya. Dan hal itu membuat suatu keberuntungan kecil untuk Cia. Ia bisa menjadi dekat dengan Arya. Walau hanya percakapan kecil.
"Ci," Panggilan Kezia membuyarkan lamunannya. "Cari cemilan, yuk. Di dapur stock cemilan gue abis."
Cia mendesah malas. "Gue lagi males."
"Ayo, dong ci! Nggak usah ganti baju. Kita ke sepermarket apartemen aja." ujar Kezia seraya menggoyang-goyangkan lengan Cia.
Cia menghela nafas pasrah dan bangkit dari duduknya. "Bentar gue ambil jaket dulu."
"Makasi Cia-ku sayang!"
"Jijik gue, Key!" seru Cia dari balik pintu. Sementara Kezia tertawa pecah.
***
"Key, gue keluar bentar, ya cari udara seger." ujar Cia. Kezia yang sibuk memilah cemilan-cemilan yang dikiranya enak menoleh sekilas kemudian mengangguk.
"Eh, Ci tapi lo jangan kabur, ya! Awas lo." Kezia memperingati dengan mata menyipit. Cia mengiyakan dengan nada malas.
Cia merasa pengap di dalam walaupun AC terpasang dimana-mana. Biasanya jika barang yang ingin ia beli sudah terpenuhi, Cia segera menuju kasir untuk membayar.
Udara dingin berhempus menampar halus pipi Cia. Tangannya ia masukkan ke dalam saku jaket. Langkahnya terhenti di dekat pot bunga bougenville. Gadis dengan rambut lewat sebahu itu menghempaskan tubuhnya diatas kursi besi disana.
Pandangannya menyisir sekitar. Tidak ada yang menarik sebelum ia melihat siluet lelaki dengan pakaian santai dan tas ransel berjalan beriringan dengan seorang gadis tinggi.
"Kak Bastian?"