Setelah sekitar setengah jam yang lalu Arya meneleponnya, Erza segera bersiap menuju rumah sakit tempat Vana dirawat. Cowok itu tidak habis pikir bagaimana Vana bertindak yang bisa membahayakan dirinya sendiri. Ketika diberitahu kronologi kejadiannya, Erza tidak langsung percaya. Tidak mungkin Vana tidak sengaja menyenggol tabung bahan kimia tersebut dan langsung tumpah mengenai tubuhnya. Itu tidak mungkin. Jika Vana menyenggolnya, larutan itu pasti akan tumpah mengenai roknya atau kakinya.
Selepas memarkir motornya, Erza bergegas masuk dan mencari kamar rawat Vana. Akan tetapi, ada satu hal yang menarik perhatian Erza sebelum sampai di meja resepsionis. Matanya menangkap sosok Leo yang berjalan terburu-buru dari koridor sebelah kanan, lalu bertemu Arya di persimpangan. Samar-samar, Erza berusaha mendengarkan pembicaraan mereka dari tempatnya bersembunyi.
"Ar, gimana kondisi Vana sekarang?" Leo terdengar sangat khawatir dengan napas ngos-ngosan.
"She's fine. Jaga dia. Gue harus buru-buru pergi sekarang."
Sedetik kemudian, Arya berlalu pergi dan menyisakan Leo yang melangkah cepat ke arah berlawanan. Erza yang mengerti akan kemana Leo pergi, mengikuti langkahnya dari belakang. Sampai pada akhirnya, Leo masuk ke dalam sebuah ruang rawat VIP. Erza berusaha mendengarkan kembali obrolan antara Leo dan Vana.
"Van! Lo kenapa,sih ngelakuin hal kayak gini? Otak lo ditaroh dimana, hah?! Anjinglah! Coba liat, bukannya dapetin apa yang lo mau, lo malah luka-luka kayak gini, bego!"
Vana tertawa sinis, "Holly shit! EMANG APA PEDULI LO,HAH?! Lo bukan siapa-siapa, Le! Mau gue nyiram diri gue sampe mati-pun, mau gue gantung diri sekalian juga nggak ada yang peduli. Iya,kan?! What the bullshit of you say!"bentaknya berang.
"SHIT! GUE PEDULI KARENA GUE SAYANG SAMA LO! kenapa lo nggak pernah mau ngerti, hm? Lo pikir gue cuma nge-bullshit? Gue jujur, Van! Jangan sampe lo nyesel karena nyia-nyian gue. Tapi, satu hal yang nggak bakal berubah, gue nggak akan ngerubah perasaan gue,"
"Well, lo mundur aja, Le. Gue nggak mungkin bales perasaan lo. Semua yang gue lakuin Cuma buat Arya. Gue nyiram diri gue sendiri juga supaya Arya nggak nepatin janji sama Cia. Gu-"
Kelopak mata Erza melebar ketika mendengar penjelasan Vana tentang kejadian sebenarnya. Serta apa yang terjadi selanjutnya, lebih mengejutkan lagi bagi Erza. Cowok itu membelakakan matanya sampai-sampai bisa saja terlepas dari tempatnya. Mulutnya terbuka dengan ekspresi kaget, sekaget-kagetnya. Dengan mata kepalanya, ia melihat bagaimana Leo menarik tengkuk Vana dan menciumnya di detik itu juga.
'Gue masih polos. Gue masih polos. Please, gue masih suci,' batin Erza seraya memalingkan wajahnya.
Cowok itu mengelus dadanya. Detak jantungnya masih terasa begitu kencang padahal ia hanya menonton adegan live tersebut. Sebelumnya, ia tidak menyangka akan mendapat sebuah tontonan gratis secara langsung dan kejadian ini benar-benar mengejutkan Erza.
Mata gue udah nggak suci lagi. Seribu kali lebih baik gue nonton bokep di laptop Ahmad dibanding beginian, batinnya dalam hati.
Erza mengambil ponselnya dan menghubungi teman-teman komplotannya. "Gue butuh bantuan kalian sekarang,"ujarnya.
***
Cia POV'S
Langit yang beberapa waktu lalu berwarna jingga, sekarang telah berubah hitam kelam. Langit yang biasanya terlihat biasa saja, namun sekarang menunjukkan tanda-tanda akan turunnya tetesan hujan. Akan tetapi, mendung belum berarti akan hujan,bukan?
Entah kemana langkah kaki ini akan membawaku. Yang aku tahu pasti, aku telah berjalan jauh dari tempat terakhir aku menunggunya. Menunggu seseorang yang tidak kunjung datang atau ... sudah pasti tidak akan datang? Ignore that, aku tidak mengerti bagaimana jalan pikirnya. Niat hati ingin memperbaiki kesalahan dan meminta maaf atas segala yang kulakukan—yang mungkin sangat menganggunya—saat ini telah pupus. Aku sudah tidak perduli jika seandainya Tuhan memang tidak ingin memberiku kesempatan untuk hal ini. Dan aku, telah mengikhlaskannya. I'm really let him.