Kelas XI-IPA-2 terlihat ramai dari luar. Banyak siswa-siswi yang berseliweran di depan kelas dengan buku di genggaman mereka. Termasuk Cia. Gadis itu membawa delapan buku sekaligus dalam pelukan eratnya, takut terjatuh bila membawanya tidak hati-hati.
Andra yang berdiri di ambang pintu segera menghampiri Cia yang kesusahan membawa buku paketnya. Hari ini adalah jadwal kelas XI-IPA-2 untuk mengembalikan buku paket yang dipinjamkan pihak perpustakaan. Cia yang merasa malas jika harus bolak-balik kelas-perpustakaan, langsung membawa semua buku sekaligus.
Tiba di anak tangga pertama, Andra datang dan berdiri di depannya dengan senyum sejuta watt. Cia menyernyit bingung dengan kehadiran cowok itu.
"Ngapain lo? Gue mau lewat, misi!"
"Galak amat, sih. PMS elo, ya?!"
Cia mendengus malas dan menjawab, "Bukan urusan lo, tikus got. Misi, dong elah!"
"Apa lo bilang? Tikus got? Parah emang lo," Ujar Andra seraya membulatkan matanya.
"Yaudah, sih. Minggir sana, gue mau lewat." Perintah Cia yang mulai kesal.
Andra terkekeh geli dan mengambil beberapa buku dalam pelukan Cia dan membawanya. "Eh, mau dibawa kemana buku gue?"
Setelah berbalik lagi untuk melihat Cia, Andra berdecak malas karena gadis itu belum beranjak sedikitpun dan tidak mengerti apa yang Andra lakukan. "Gua bawain sampai perpus. Lo bawanya keberatan kalo semua. Ayok, cepetan!"
Kekehan lepas dari bibir tipis Cia yang membuat Andra melakukan hal yang sama. Mereka berjalan menuruni tangga dengan beriringan. Tawa dan candaan Andra berhasil membuat Cia semakin merasa nyaman. Namun, bukan artian nyaman seperti bersama Arya.
"Lo, tuh kayaknya cantik kalo rambut panjang, Ci."
"Oh, berarti gue sekarang jelek, dong. Lo, tuh emang ya Ndra." balas Cia
"Bukan gitu. Lo emang sekarang cantik, tapi kayak anak kecil,"
"Tapi gue nggak suka. Gerah,"
Andra mengacak rambut Cia yang membuat gadis itu mendesis kesal. "Lo lucu,"
Karena kesal rambutnya jadi berantakan, Cia tidak menyadari kalau ia baru saja berpapasan dengan Arya. Cowok dengan rambut acak-acakan itu menatap Cia dan Andra melalui ekor matanya. Ada perasaan aneh yang menyelubungi hatinya melihat keakraban Cia dan Andra.
***
Tampak seorang gadis dengan rambut terurai berwarna hitam legam. Rok kotak-kotak seragamnya terlihat lebih pendek dan ketat dari gadis-gadis lainnya. Lengan kemejanya digulung sampai ke siku. Wajahnya cantik tanpa taburan make up. Tapi jika dilihat sekilas, wajahnya nampak antagonis.
Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Kakinya melangkah mengendap-endap layaknya seorang super hero yang bersembunyi dari musuh-musuhnya untuk melarikan diri.
Tepukan keras di bahunya disusul sapaan menggelikan, membuat gadis itu tersentak kaget.
"VANABEE!"
"Anjrit lo, ngagetin gue aja,"
Cowok itu terkekeh dan menarik gadis itu sedikit menjauh. Mereka sekarang berada di gedung dekat sekolah yang jarang disambangi siswa-siswi SMA Khatra. Gedung itu sudah lama tak terpakai dan kotor. Namun, mereka tidak sampai masuk ke dalam. Hanya diluarnya saja.
"Gimana rencana lo buat sabtu ini? Ih, gue nggak sabar, gila!" pekik gadis itu bersemangat.
Cowok dengan ransel terpanggul di salah satu bahunya terkekeh dan menjitak dahi gadis yang berdiri di hadapannya. "Kepo aja lo,"