Maaf, ya kalo menurut kalian cerita ini agak gaje karena konflik sebenarnya belom muncul..
Sa juga penulis baru disini jd kalau kalian nggak nyaman sa nggak maksa buat terus baca cerita ini, kok. Senyaman kalian aja :)
~*~*~*
"Kayaknya gue suka, gue tertarik sama Arya."
"Hah? Tapi, kan lo tau temen sekelas lo juga suka sama dia."
"Kan, belum tentu Arya juga suka sama dia. Cia juga ngelak setiap ditanya belum tentu dia bener suka," Gadis dengan rambut gelombang itu tersenyum miring. "Gue masih punya kesempatan."
"Terserah lo. Kalau ada apa-apa, gue angkat tangan. Gue udah ngingetin."
"Gue yakin Cia nggak suka sama Arya. Gitu juga sebaliknya. Gue rasa," Gadis itu menggantungkan kalimatnya sejenak. "Arya suka sama gue."
***
"Key, cowok lo udah balik?" tanya Dara sambil asik memasukkan cemilan asin ke mulutnya.
"U-udah, kok." Kezia menjawab dengan gugup. Ketiga sahabatnya menoleh seolah tahu ada yang tengah disembuyikan oleh Kezia.
"Lo ada masalah sama Jeje?" Shereen bertanya pelan.
Kezia mengangguk pelan. Percuma saja jika ia ingin menyembunyikan perihal masalahnya dari ketiga kunyuk itu. "Kenapa, Key? Jeje nyakitin elo?"Cia bertanya sarkastik.
"Gimana kalau hari ini kita jalan seharian sekalian curhat bareng-bareng? Kan udah lama kita nggak lakuin kebiasaan kita." usul Kezia yang langsung dihadiahi anggukan dari ketiga sahabatnya.
***
"Jadi menurut kita, sih gitu, Key. Semua keputusan ada di hati lo." ujar Shereen memberi saran.
"Nah! Sekarang giliran lo, Ci. Kan, selama ini lo curhat ke Key mulu, sekarang kita semua juga harus tau apa masalah lo." seru Dara dengan penuh semangat membuat beberapa pengunjung Cafe menoleh ke arah mereka.
"Suara lo toa banget. Kecilin dikit bisa kali, Ra." Dara terkikik geli sambil mengedarkan pandangan.
"Sorry, sorry, sekarang back to topic, mulai, Ci!" Cia menarik nafasnya sebelum ia bercerita.
"Jadi, beberapa bulan belakangan gue lagi suka sama Arya-temen sekelas gue. Dia ganteng. Pinter lumayan. Pecicilan juga iya. Sayangnya dia nggak suka sama gue. Kayaknya. Gara-gara anak-anak sekelas pada ngolok kedekatan gue sama dia. Mungkin dia jadi canggung buat mulai berteman deket sama gue." cerita Cia sambil memutar bola matanya.
Tangannya yang sedang memegang sendok bergerak-gerak seiring ia bercerita. Ia mengingat hal apa saja yang telah ia lewati selama jatuh hati pada Arya.
"Dan jujur, gue lebih suka manggil nama belakang dia. Asa. Angkasa. Unik. Gue suka. Sayangnya gue nggak pernah berani manggil dia dengan sebutan itu."Akhir Cia dengan senyum terkembang jelas di wajah tirusnya.
"Ciee, yang sama kayak Shereen. Jatuh cinta, lagi." ledek Kezia yang mendapat pelototan dari Shereen dan Cia.
"Bacot lu, Key!" seru Shereen dan Cia bersamaan.
"Loh? Kok samaan?"Cia menunjuk Shereen dengan wajah terkejut.
"Loh? Wah, Ci gue rasa kita jodoh." ucap Shereen seolah-olah ia sedang mengutarakan perasaannya.
"Najis gue sama lo!" pekik Cia sambil melempar Shereen dengan tisu bekas membersihkan mulutnya.
"Lo jorok banget, njir. Bekas jigong lo kasih ke gue." dumel Shereen yang membuat ketiga sahabatnya terkikik geli.