Cia berhenti di depan rak buku komik. Nafasnya masih ngos-ngosan sehabis berlari dari Andra yang ia yakin sekarang sedang menatapnya tajam dan curiga dari kejauhan sebelum punggungnya menghilangkan dalam rak-rak toko buku.
"Kok dia bisa tau, sih kalau gue nggak tinggal bareng bonyok?" Tanpa sadar Cia menyuarakan pertanyaan di benaknya.
Daripada bingung memikirkan Andra, ia lebih memilih tenggelam dalam komik-komik di depannya. Banyak edisi terbaru dan Cia rasanya ingin membeli semuanya. Sebelum sebuah suara mengintrupsi gerakannya yang ingin mengambil komik tepat di atas kepalanya.
"Cia?" Suara familiar. Arya. Asa. Berada tepat di belakang Cia yang membuat gadis itu membeku.
Cia berbalik perlahan dan menampilkan senyum tipisnya. "Loh, Lo ngapain disini, Ar?"
Arya mengambil buku yang tadi sempat ingin diambil Cia. Otomatis tangan lelaki itu melewati kepala Cia. Gadis itu berusaha biasa saja padahal jantungnya berdetak tak karuan dan keringat meluncur di pelipisnya.
"Gue mau beli buku ini." ujar Arya sambil memamerkan buku di tangannya. Cia hanya ber-oh panjang tanpa berani menatap Arya.
Cia menatap buku di genggaman Arya. Buku yang tadi ia jatuhkan sebagai pilihan terakhirnya. Dan juga buku itu hanya tersisa satu karena best seller.
"Lo mau buku ini?" Cia menaikkan pandangannya. Matanya bertemu dengan sepasang mata milik Arya. Gugup sendiri ia rasakan sekarang.
"Oh, ehm, tadinya. Tapi, kan lo udah ambil duluan jadi buat lo aja." jawab Cia dengan nada seikhlas-ikhlasnya.
"Yaudah, lo tunggu sini, nanti gue balik." Arya berjalan meninggalkan Cia yang menatapnya penuh tanya.
Ia bingung dengan maksud lelaki itu namun ia tetap menunggu di tempat yang sama. Sampai akhirnya Arya kembali datang dengan kantung plastik yang berasal dari toko buku itu. Dua kantung plastik dengan isi komik yang sama.
"Nih, buat lo." Arya menyerahkan salah satu kantung plastik.
Mata Cia terbelalak kaget dan terlihat enggan mengambil kantung itu. "Maksud lo?"
"Iya, nih ambil. Ambil aja, gue nggak nerima penolakan." sahut Arya.
Arya mengambil tangan Cia yang berada di samping tubuh cewek itu. Mata Cia membulat kaget. Jantungnya terasa mau turun ke perut dan jatuh bersama feses-feses dalam tubuhnya.
Arya menaruh kantung tadi ke dalam genggaman Cia."Gue duluan." Setelah itu Arya pergi meninggalkan Cia tanpa menyuruh gadis itu menunggu seperti tadi.
Saat punggung lelaki itu hilang dari pandangan Cia, ia baru menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
Arya membelikannya komik yang tadi ia pilih dan memberikan paksa kepadanya. Padahal tadi ia sudah menolak. Senyum terbit di bibirnya sambil menatap komik di dalam kantung plastik itu.
"Thanks, Asa."
***
Harum masakan dari dapur memenuhi indra penciuman Cia. Perutnya yang tadi memang sudah lapar memaksa kakinya untuk berjalan ke dapur.
Setibanya disana, pemandangan dua orang cewek sedang beradu mulut menyambutnya. Cia geleng-geleng kepala melihat Kezia dan Dara yang tidak henti-hentinya adu mulut.
"Lo, tuh ganggu aja, deh Key!" seru Dara sambil menghentikan kegiatan memotongnya.
"Gue, tuh bantuin, dodol. Udah, deh diem aja!" sahut Kezia sewot sambil memotong wortel dengan alat pengiris.
"Tapi cara elo, tuh salah. Malah jadi kepotong daging wortelnya, oon," Dara menghampiri Kezia dan mengambil wortel tersebut. "Coba lo liat, nih. Lo, tuh udah, deh duduk diem aja di depan TV temenin Shereen ngupas bawang."