29.|| Okay, deal!

127 9 0
                                    

Setelah menarik napas dalam-dalam dan meyakinkan dirinya, Andra kembali membuka suara, "Oke. Lo mau nggak jadi ... temen kencan gue atau bisa dibilang partner, atau pasangan gue juga bisa, at-"

"Tunggu. Jadi sebenernya yang bener yang mana? Temen kencan, partner, atau pasangan?" potong Cia kesal dengan ajakan yang bertele-tele dari Andra.

Andra mengusap tengkuknya seraya terkekeh geli. Sedangkan Cia, gadis itu telah bersidekap dan memiringkan kepalanya menatap Andra. Sesungguhnya, Cia ingin tertawa melihat raut wajah Andra yang seperti kebingungan dan sedikit gelisah. Namun, ia berusaha menahan agar tawanya tidak pecah dan mengecewakan cowok itu.

"Oke. Kali ini gue serius. Besok malem, gue ada acara dan Leo nyuruh gue untuk bawa...," Tiba-tiba perkataan Andra menggantung dan membuat Cia penasaran. Pasalnya, cowok itu sekarang menatapnya lekat-lekat dan Cia sedikit salah tingkah dibuatnya. "Pasangan atau pacar."

"Terus hubungannya sama gue apa?"

Cia semakin tidak mengerti ketika Andra berdecak kesal kemudian bergumam, "Dia nggak peka, Tuhan." seraya mengalihkan tatapannya ke arah selain Cia.

"Gue pengen elo yang jadi pasangan gue besok malem," tandas Andra dengan satu tarikan napas.

"Gue?! Kan, lo masih banyak temen cewek. Kenapa harus gue? Gue juga bukan pasangan lo. Lagian kenapa nggak lo ajak Vana aja? Dia, kan most wanted kelas kita," Seseorang yang duduk di meja sebelah mereka bergumam 'Sstt' saat mendengar suara Cia yang naik satu oktaf. Cowok dengan kacamata besar di pangkal hidungnya itu tengah membaca buku dan tampak sendirian.

Cia yang merasa kesal ditegur ketika berbicara, menoleh dan memicing sebal. "Kalo mau baca buku dalem suasana damai, ya jangan disini dong Mas. Sono, gih ke kuburan biar sepi. Ganggu orang aja," gumamnya ke arah cowok tadi.

Lelaki dengan tampilan cupu itu bangkit dengan menghentakkan kakinya keras. Tatapannya sinis ke arah Cia. Sambil menenteng bukunya, ia akan melangkah pergi meninggalkan kafe tersebut. Sebelum benar-benar pergi, ia bergumam, "Dasar cewek nggak tau diri!"

Cia yang mendengar, membulatkan matanya takjub. Cia rasa, ini salah satu tanda-tanda kiamat sudah dekat. Lihat saja bagaimana cowok culun itu berbicara. Seperti seorang perempuan yang baru saja disindir. Apalagi, yang baru Cia sadari, cowok itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Andra yang masih cekikikan melihat tragedi di depannya.

Dengusan kesal keluar dari bibir Cia dan gadis itu berkata, "Dasar banci kuburan!" Cia mengalihkan pandangannya pada Andra dan menatap cowok itu tajam. "Apaan lo ketawa-ketiwi. Udah kayak kuntilanak nyolong kotak infaq masjid aja." ujarnya.

"Abisnya lo lucu, sih. Oke, jadi gimana? Lo mau nggak jadi pasangan gue? Kalo soal Vana, palingan dia pasangan sama Arya. Lo tau, kan gimana Vana ngejar-ngejar Arya,"

Jantung Cia seperti berhenti berdetak sejenak mendengar nama Arya. Entahlah, Cia merasa tidak nyaman jika Arya ada dalam topik pembicaraannya. Ia merasa sudah seharusnya membuang jauh-jauh tentang cowok itu. Tapi, hatinya seakan berkhianat dan tidak pernah sejalan dengan logika.

Lama berpikir untuk memutuskan jawabannya, akhirnya Cia membalas tawaran Andra, "Oke."

"Oke apa?" Andra mengerutkan keningnya bingung.

"Oke. Gue mau!" jawab Cia gemas.

Sekali lagi. Andra masih pura-pura tidak mengerti dengan menautkan alisnya, "Mau apa?"

"Mau jadi partner lo!"

"Kalo jadi pacar gimana?"

"Sekali lagi lo nanya gitu ke gue, garpu sama sendok gue layangin ke muka lo." Cia siap menggenggam sendok dan garpu di masing-masing tangannya.

AtresiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang