3.|| Harapan

341 18 1
                                    

CIA menajamkan penglihatannya. Benarkah yang ia lihat sekarang adalah seseorang pernah ia cintai? Seseorang yang selalu ia rindukan semenjak lelaki itu telah lulus.

Dan yang ia lihat bukan hanya ilusi, lelaki yang disebut Bastian itu menoleh dan tampak terkejut melihat keberadaan Cia. Dengan segera mereka mengalihkan pandangan seolah tidak mengenal satu sama lain.

"Ci, balik yuk! Udah mau hujan." Tiba-tiba Kezia datang dengan satu kantong plastik besar di tangannya.

"Buset! Banyak banget cemilan lo. Biar makan sebanyak ini juga nggak bakal gemuk," Cia geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya. "Tadi gue ngeliat kak Bastian, Key."

Kezia mengerutkan keningnya. "Mantan gebetan lo dulu?"

"Ho'oh, dia bareng cewek. Ceweknya cantik, tapi masih cantikan gue." ujar Cia.

"Ngimpi aja. Emang lo masih ada perasaan sama dia, Ci?"

"Enggak, gue cuma kangen aja. Udah, yuk keburu hujan." kata Cia dengan menarik tangan Kezia menyuruhnya untuk buru-buru.

***

Sekarang kelas Cia sedang tidak ada guru. Free class atau jamkos kata mereka. Mengingat guru matematika yang killer namun kocak itu sedang sakit. Membuat siswa-siswi yang mendengar berita tersebut langsung melonjak kegirangan.

Namun ketika salah satu guru piket masuk ke kelas dan memberikan tugas mencatat, seisi kelas kembali mendesah pasrah. Rencana-rencana mereka musnah sudah.

Cia yang sedang menelungkupkan kepalanya terkejut mendengar suara familiar berada di dekatnya. "Nih, thanks catatannya."

Cia buru-buru menaikkan kepalanya sehingga mata mereka bertemu. "Iya, deh sama-sama."

"Kayaknya gue ngeliat bunga-bunga bertebaran, nih." celutuk Erza dari belakang Cia. Erza dan Ahmad-kedua makhluk menyebalkan itu-duduk tepat di belakang Shereen dan Cia.

"Apaan, sih lo, nyambung aja." ujar Cia menatap kesal ke arah kedua kunyuk di belakangnya.

"Ci! Lo suka sama Arya?! Demi dewa, gue nggak rela." sambung Arka dengan penuh dramatis.

Pipi Cia memerah mendengar fakta yang disebutkan Arka. Buru-buru ia menyembunyikan pipinya di balik rambutnya.

"Gaya lo demi dewa, kayak neneknya Tapasha aja. Lagian mana mau Cia sama cowok lebay kayak lo." Ahmad menambahkan.

Cia garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung. Kenapa jadi pada nyambung ke film 'Uttaran' ya.

"Lah? Siapa tau dia suka sama gue dalam diam, kan?" Arka masih bersiteguh dengan pendapatnya.

"Najis." celutuk Cia sambil akting mau muntah.

"Kamu nyakitin aku, Ci. Btw, lo juga suka nonton Uttaran, mad? Kok lo tau neneknya Tapasya?" Seketika topik pembicaraan berubah mengenai film Uttaran yang membuat Cia memijat pelipisnya.

"Suka, dong. Gue seneng banget si Ichcha. Cuantiik banget, bro." Selanjutnya hanya diisi obrolan-obrolan garing tentang Uttaran.

Sementara Cia duduk gelisah di tempat duduknya. Pasalnya Arya dengan santainya memilih duduk di sampingnya karena ingin bergabung dengan komplotannya. Dan sialnya lagi, Shereen sedang tidak ada karena mengurus surat dispensasi lomba.

Alhasil, ia hanya bisa diam dengan tangan berkaitan dan jantung yang tidak bisa berhenti berdetak cepat.

***

Cia memasang earphonenya di telinga. Ia pusing mendengar celotehan tidak penting dari sebagian teman cewek sekelasnya yang terus menggosipkan ia dan Arya. Sejak dia baru masuk ke dalam kelas, sorakan ciee-ciee sudah memenuhi telinganya. Ini semua karena celutukan Arka 2 hari yang lalu.

Cia terus menyangkal fakta dari teman-temannya. Tentu saja ia tidak mau mengakui kalau ia menyukai Arya. Mau ditaruh dimana mukanya dan ia juga sangat takut kalau saja karena ini Arya malah canggung kemudian menjauhinya.

"Nggak keliatan, ih. Gue kedepan ajalah." ujar Cia.

Ia kesulitan melihat tulisan di papan tulis. Apalagi ia duduk di bangku kedua dari belakang. Ia cukup tahu diri dan memilih maju ke depan agar bisa menulis soal yang baru saja diberikan Bu Andin-Guru Fisikanya.

"Atresia, jujur, deh! Lo suka, kan sama si Arya?" Tiba-tiba Erza berbisik di sebelah telinganya. Membuatnya bergidik kaget.

"Ish! Lo bikin kaget aja." ujar Cia sambil menjauhkan wajah Erza.

"Yang bener, deh LO SUKA, KAN SAM-" ucapan Erza terhenti karena Cia segera menutup mulut lelaki itu yang sudah seperti toa masjid pecah.

"Anjrit! Toa banget, sih lo!" maki Cia kesal. Lihat, sekarang siswi di kelasnya mulai bergosip seputar hal yang sama seperti pagi tadi.

"Lo suka sama siapa,Ci? ARYA, YA?"

"Aduh si Cia cilok, eh salah cinlok maksud gue."

"Lucu, ya Arya ganteng blasteran, lah si Cia kek asisten pembantu."

"Nggak usah didengerin, Ci!" seru Shereen.

Kuping Cia panas rasanya mendengar perkataan teman-temannya. Rasanya ingin ia blender satu-satu mulut mereka dalam mesin cuci.

"Gue nggak suka, kok sama Arya. Gue udah punya gebetan di luar sekolah." jawab Cia kalem yang membuat desas-desus makin menjadi.

"Waah? Siapa, tuh? Bagi-bagi, dong, Ci!"

"Luar sekolah? Asik, ding kelas berapa? Udah jenggotan?"

"Arya panas! Arya mulai panas! Tenang, Ar masih ada gue, kok."

"Emang siapa, Ci?" tanya Shereen heran.

"Bohong doang, sih gue." bisik Cia.

"WOY! SI CIA BOHONG! DIA NGGAK PUNYA COWOK!" teriak Erza di sebelahnya. Tanpa aba-aba lantas ia mencubit pinggang lelaki itu hingga berteriak ampun.

"Kerjain tugas gue dulu kalau lo mau aman." Erza memberi penawaran untuk Cia.

"Bangke lu! Siniin, buku lo cepet!" Cia dengan kesal setengah mati menarik buku Erza dari pangkuannya.

"Woy, ada yang tugasnya mau dikerjain Cia nggak? Gratis, nih." Erza kembali berteriak membuat Cia menggeram kesal karena ulah lelaki itu.

"Lah! Si bangsat,Ci! Nyari masalah dia." bela Shereen.

"Psst! Biar rahasia gue aman. Ini, mah kecil, Reen."

Tiba-tiba sebuah tangan yang menyodorkan buku hinggap disamping bahunya. "Nih, kerjain tugas gue juga."

Cia rasanya ingin memakan Erza hidup-hidup karena memberikan penawaran secara tidak cuma-cuma. Akibatnya, Arya jadi ikut minta dikerjakan tugasnya.

Mau tidak mau Cia terpaksa pasrah dengan keadaan. Diambilnya buku Arya dan diletakkan di atas buku Erza.

"Nih, gue udah sangat-sangat baik bantuin kerjain tugas lo. Bilang apa?!" ujar Cia setelah menyelesaikan tugas milik Erza.

"Makasih, Mak lampir!"

"Punya gue?" tanya Arya singkat.

"Baru setengah, sabar kali, dodol." ujar Cia dengan wajah kesal.

"Sini, lo-nya kasian. Gue aja yang kerjain lagi. Daripada suntuk di kelas, mending lo ke kantin lagipula nggak ada Bu Andin juga." Cia mematung dengan tangan masih berada di atas buku Arya. Ucapan Arya sukses membuat jantungnya berdegup tak karuan. Bahkan ia sudah tidak peduli dengan sorakan teman-teman untuknya dan Arya.

Dan Cia rasa, itu adalah kalimat terpanjang yang Arya katakan selama berteman dengan Cia. Salahkan Cia jika ia mulai berharap lebih sekarang?

~*~*~*

Halo ketemu lagi sama Cia-Arya ;)
Sa cuma mau minta maaf, ya dan selamat menjalankan puasa hihi :D

Salam dari cast Atresiary juga, nih terutama Aryaaa xixixi *digeplak cia*

Vote + comment yaa ;)

AtresiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang