Chapter 20 (Versi Revisi)

15.7K 504 4
                                    

Sudah hari terakhir Dion melakukan perjalanan bisnis, ia pun harus pulang ke rumah untuk bertemu dengan istrinya. Dion sudah merapikan barang-barangnya ke dalam koper, ia membawanya keluar dari kamar kemudian check out di lobby. Setelah itu Dion berjalan ke mobil yang sudah menunggu di depan lobby.

Dion melakukan perjalanan bisnis dengan mobil kantor bersama dengan supir yang biasanya memang mengantar Dion. Pak supir membantu Dion memasukkan koper ke dalam bagasi, setelah itu Dion masuk ke dalam mobil dengan tenang. Mobil melaju dengan pelan.

Dion tidak lupa memberi kabar kepada Rosse agar Rosse tidak khawatir dengan dirinya. Mata Dion sedikit sayu karena pekerjaannya selesai sedikit larut, ia pun menaruh ponselnya di dalam saku untuk memejamkan matanya. Selama perjalanan, supirnya menyalakan music agar tidak mengantuk dan merasa sepi.

Terlihat ada sebuah truck besar melaju kencang dari arah kanan, namun tiba-tiba saja supir truck itu membanting stir ke arah kiri tempat mobil Dion berada membuat mobil tersebut menabrak pembatas jalan dan terjun ke jurang. Sopir truck itu menginjak rem dengan kuat sampai menabrak dinding pembatas depan  dan hampir ikut terjun ke jurang. Ia keluar dari dalam mobil dengan gemetar dan melihat ke arah jurang menatap sebuah mobil putih tidak berbentuk.

*Get married first,
Then start dating*

Sabtu pagi itu Rosse terlihat sedang merapikan barang-barang miliknya kemudian merapikan tempat tidur. Ia tidak membawa barang apapun karena masih ada beberapa baju di lemarinya untuk ia pakai, setelah semuanya rapi ia segera keluar dari kamar untuk turun ke lantai bawah. Terlihat Ana sedang memasak dan Abri sedang menonton televisi dengan santai.

Rosse berjalan perlahan ke arah dapur untuk membantu ibunya. Abri mengganti saluran televisi untuk melihat berita, Rosse membawa piring berisi roti selai yang di buat bersama dengan Ana. Terlihat saluran tv menyiarkan berita kecelakaan yang terjadi di jalan tol, terlihat sebuah mobil masuk ke dalam jurang karena di tabrak oleh sebuah truck yang hampir ikut terjun ke jurang.

Rosse terkejut melihat berita itu dan menjatuhkan piring yang sedang ia bawa, Ana dan Abri terkejut. Berita itu berlanjut dan menerangkan bahwa orang yang berada di dalam mobil menghilang, tim evakuasi masih mencari keberadaan orang tersebut dengan teliti.

"I-itu mobil Dion..." jelas Rosse sambil meremas dadanya karena sakit.

Abri dan Ana berlari menopang tubuh Rosse yang mulai goyah, Rosse menangis dan berteriak karena tidak kuat melihat berita yang ia lihat. Kenyataan pahit itu sangat tidak bisa ia terima.

"Anakku, sabar sayang. Tolong kamu harus bisa sabar, tenang ya sayang" Ana memeluk Rosse dengan erat.

"P-plat no-mer mobil Dion, Mom..." Rosse sudah mulai terbata-bata akibat tangisan kencang.

Ponsel Abri berdering, ia pun mengangkatnya dan berdiri pergi. Ternyata orang tua Dion menelfon bahwa mobil yang di beritakan milik anaknya, mereka juga sangat terkejut dan menangis mengetahui hal itu. Semua orang sangat tidak bisa menerima kabar itu, mereka menangis, menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa.

Orang tua Dion menelfon pihak berwajib untuk memastikan kebenarannya. Rosse yang masih menangis kencang akhirnya pingsan, Abri langsung menutup telfon karena melihat Rosse tidak sadarkan diri. Ana panik, Abri langsung menggendong putrinya itu untuk di bawa ke sofa.

Abri mematikan televisi, Ana langsung membuatkan teh hangat dan mengambil minyak kayu putih untuk Rosse. Dalam keadaan seperti itu mereka harus tenang, tidak boleh panik, Rosse akan semakin sakit jika mereka berdua panik.

"Kasian sekali anak kita, bagaimana ini bisa terjadi???" Ana menangis sambil memegang tangan Rosse.

Abri mengelus pundak Ana, "Sabar, ini pasti ujian yang di berikan untuk keluarga kita"

"Bagaimana dengan perusahaan?" tanya Ana.

"Mungkin Rosse akan mengambil alih" jawab Abri.

Saat mereka berdua sedang berbicara, Rosse sadar perlahan dan langsung menangis lagi.

"Rosse, Mommy mohon sama kamu jangan terlalu stress, ingat kamu sedang hamil. Mommy mau kamu tenang, pihak berwajib pasti akan menemukan Dion" Ana mengusap air mata Rosse.

"T-tapi a-aku gak bisa hidup tanpa Dion..."

"Untuk sementara waktu tinggal disini dulu ya, Daddy sama Mommy akan temenin kamu biar kamu gak kesepian" ujar Abri yang berusaha agar Rosse tenang.

Rosse menutup wajahnya dengan kedua tangan karena menangis lagi. Ana juga ikut menangis pelan karena kasian melihat anaknya itu, Abri memeluk erat Ana agar bisa terus sabar. Tiba-tiba saja pintu terbuka, ternyata orang tua Dion datang sambil tersedu-sedu.

Abri dan Ana menyambut mereka, Rosse membuka wajahnya melihat Risseta dan Andri mendekat. Risseta langsung memeluk Rosse dengan erat membuat mereka berdua menangis keras. Musibah di saat semua baik-baik saja membuat seseorang bisa trauma, namun semua orang berharap Rosse akan tetap baik-baik saja untuk menjaga kandungannya.

"Darling, harus tetap sehat, jangan menangis terus" Risseta melepaskan pelukannya untuk menyeka air mata Rosse.

"Rosse hamil" ucap Ana membuat Andri dan Risseta terkejut.

"Ya ampun anakku!" Risseta kembali menangis karena mendengar kabar baik bersama kabar duka.

"Bagaimana dengan informasi dari pihak polisi?" tanya Abri kepada Andri.

"Masih dalam proses pencarian, untuk supir truck yang menabrak mobil Dion masih di tanyai oleh pihak kepolisian. Kejadian di perkirakan pada malam hari dan kecelakaan di temukan pada pagi hari" jelas Andri dengan rinci.

Abri memberikan foto lokasi kejadian kepada Abri, "Banyak pohon-pohon dan juga rumput liar tinggi membuat tim evakuasi sedikit kesulitan apalagi lumayan curam."

Semua orang yang mendengar hal tersebut tidak bisa berfikir positif karena lokasi yang tidak memungkinkan.

"Kita harus banyak-banyak berdoa agar Dion cepat di temukan." ujar Ana.

"Untuk sekarang biar Ayah dan Ibu yang mengurus di kepolisian, Rosse istirahat untuk sementara waktu dan jangan memikirkan hal-hal yang berlebihan" pinta Risseta sambil mengelus rambut Rosse.

"Sebaiknya kita makan dulu apalagi Rosse, kamu harus benar-benar makan" Ana membantu Rosse berdiri untuk berjalan ke meja makan.

Semua orang berjalan di belakang menuju meja makan, Ana tidak mau putrinya menangis terlalu lama. Risseta membantu membawakan makanan dan menyendokan nasi untuk Rosse, Ana juga menyiapkan teh hangat lagi untuk putrinya itu.

Keluarga besar yang sangat support, tidak ada saling menyalahkan satu sama lain dan membagi tugas di saat terkena musibah. Salah satu cara terbaik untuk membangun komunikasi agar tetap terjaga.

Nikah Dulu Baru Pacaran [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang