Chapter 25

18.6K 411 4
                                    

Selang infus terpasang di tangan kiri Rosse, semua orang sangat khawatir karena Rosse yang tiba-tiba pingsan. Untung saja Dion dengan sigap membawa Rosse ke rumah sakit untuk segera di tangani. Dion masih memakai baju lusuh, dengan sendal dan wajah yang sedikit kotor, bahkan dirinya tidak memikirkan dirinya sendiri.

Mata Rosse mulai terbuka, ia mengerjapkan matanya berkali-kali dan melihat sekitar. Semua orang sangat bersyukur melihat Rosse yang sadar, Rosse sendiri melihat tubuhnya yang terbaring dan tangan yang di infus dengan bingung. Dion mencium kening Rosse dengan pelan sambil merapikan kerudungnya yang sedikit berantakan. Abri membawa dokter untuk memeriksa kembali Rosse.

"Kondisi tubuhnya mulai stabil, untuk kandungannya juga mulai membaik. Saya harap untuk menjaga lebih ketat dengan kondisi kandungan yang sekarang sudah membesar apalagi stress yang di alami Ibu Rosse ini lumayan cukup buruk. Jika ada sesuatu yang di butuhkan lagi, bisa panggil saya" jelas dokter wanita itu lalu berjalan pergi setelah memeriksa Rosse.

Rosse menatap Dion yang khawatir, ia melihat baju yang di pakai Dion, terlihat lusuh. Rosse menghembuskan nafas berat dan merasa menyesal, rasa kesal dan amarahnya kini memudar.

"Bisa tolong tinggalkan aku berdua dengan Dion sebentar?" tanya Rosse serius.

Semua orang segera meninggalkan ruangan dengan terpaksa, Dion menatap istrinya dengan lekat berharap ia tidak marah lagi.

"Aku senang kamu kembali, lain kali kamu harus bilang apapun padaku!" tegas Rosse langsung.

Dion mengangguk, "Baik darling" Dion menitikkan air matanya.

Mata Rosse melotot melihat Dion menangis, "Sayang, kamu menangis?"

Dion sedikit terisak pelan lalu menyeka air matanya, "Aku sangat khawatir dengan kamu dan anak kita, maafkan aku..."

Rosse menyentuh tangan Dion, "Maafkan aku juga sayang" Rosse tersenyum kecil.

Dion menatap Rosse, "Aku hanya memberitahu orang tua kita tentang rencanaku, untuk berita kehilangan dari pihak kepolisian aku sama sekali tidak memberitahu mereka dimana aku berada" jelas Dion sambil mengatur nafasnya.

Rosse sudah luluh sepenuhnya, "Iya sayang. Sudah ya jangan menangis lagi" Dion langsung memeluk Rosse sambil terisak-isak.

Momen itu menjadi pelajaran bagi hidup mereka berdua. Hal yang harus mereka komunikasi dengan baik tanpa amarah yang meluap-luap agar keadaan seperti itu bisa di selesaikan dengan lancar.

*Get married first,
Then start dating*

Esok harinya, Rosse sudah di perbolehkan pulang. Mereka semua pun kembali ke rumah dengan perasaan tenang karena sudah saling memaafkan, Dion juga lebih ketat menjaga Rosse lalu Lio juga sudah mengajarkan kakek tua dan Yoga untuk mengurus tanaman di rumah selama mereka di rumah sakit.

Rosse masih merasakan sedikit mual, Dion mengelus-elus punggung Rosse agar merasa lebih baik. Rosse mengelus perutnya itu dengan senang, Dion juga ikut mengelus perutnya membuat Rosse tersenyum kecil.

"Tiba-tiba mau rujak" ujar Rosse.

"ROSSE MAU RUJAK!" teriak Dion membuat Rosse kaget.

Semua orang menoleh ke arah Rosse, "Mau rujak apa anakku?" tanya Ana menghampiri.

"Buah apa? Semua buah?" tanya Risseta.

"Mau mangga yang di ambil Dion" jawab Rosse hingga semua orang melihat ke arah Dion.

Dion langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya, tak lama kemudian ia turun dengan kaos dan celana pendek miliknya untuk bersiap menaiki pohon mangga yang ada di depan rumah. Dion membantu Rosse berjalan keluar rumah untuk melihat dirinya memanjat pohon mangga. Abri dan Andri juga ikut agar Dion tidak sendirian di atas pohon mangga yang lumayan tinggi.

"Tinggi sekali!" ucap Dion.

Dion mulai memanjat pohon pertama, dengan susah payah ia merayap dan menggapai ranting pohon yang lain, ia perlahan manjat dan naik sedikit lebih tinggi. Abri dan Andri menyusul di bawah dengan mahir, Dion mulai memetik beberapa buah yang terlihat, Ana dan Risseta sudah siap menampung buah yang di jatuhkan.

Dion menjatuhkan buah ke bawah dan di tangkap oleh Ana dan Risseta dengan bagus. Abri dan Andri juga tidak mau kalah, mereka bersemangat untuk mengambil mangga lain. Dirasa sudah cukup, Dion, Abri dan Andri turun dari pohon. Ana dan Risseta masuk ke dalam rumah dan segera membuat sambel rujak yang enak untuk Rosse.

"A-apalagi yang ka-mu mau darling?" nafas Dion terengah-engah.

Rosse menyeka keringatnya dengan lembut, "Sudah sayang, aku cuma mau rujak"

Dion mencium bibir Rosse sekilas membuat Abri dan Andri saling menatap, mereka pun masuk ke dalam agar tidak menggangu waktu Dion dan Rosse.

"Ada sesuatu yang perlu aku kasih tau ke kamu" ucap Dion serius.

"Apa itu sayang?"

"Diana, mata-mata Hans"

Rosse mematung tidak percaya, "K-kamu tau darimana?"

"Dia baik kepadamu hanya ingin mengetahui apa yang aku lakukan, Hans tau kalau aku pergi ke luar kota karena Diana. Aku gak sengaja dengar dia telfon Hans" jawab Dion.

Rosse langsung mengingat beberapa kejadian di dalam otaknya, Diana pernah meminjam laptop milik Diana dengan alasan flashdisk miliknya tidak terbaca di laptopnya. Rosse sama sekali tidak curiga karena belum mengetahui Hans sama sekali dan juga Rosse bukan tipe orang yang mewaspadai seseorang.

"Besok aku masuk kerja lagi dan kamu kembali jadi sekretaris. Kita akan cari sekretaris lain saat kamu cuti" jelas Dion sambil merangkul pinggang Rosse.

"Biar aku yang menyelesaikan masalah Diana besok" ucap Rosse.

"Kamu gak perlu khawatir, bukti rekaman sudah ada di tanganku. Aku mau kamu tetap menjaga mood agar bayi kita tetap sehat" jelas Dion.

Rosse menatap Dion, "Mulai sekarang aku harus lebih pintar dalam menilai seseorang"

"Jangan percaya orang lain selain keluarga kita" Dion memeluk Rosse.

"Ujian kita sangat berat ya sayang, aku gak mengira sampai sehebat ini ujiannya" Rosse sedikit sedih.

"Allah gak mungkin kasih cobaan kepada umatnya dengan cuma-cuma, pasti Allah kasih hadiah luar biasa setelahnya" Dion mengingatkan Rosse untuk tidak bersedih.

"Terima kasih sudah bertahan sampai saat ini sayang"

"Terima kasih juga sudah menunggu aku pulang, darling"

Rosse melepaskan pelukannya, "Dimana rekamannya sayang?"

Dion mengeluarkan ponsel miliknya yang sedikit rusak karena kecelakaan, untung saja masih berfungsi. Dion memutar rekaman itu di dalam ponsel miliknya membuat Rosse menutup mulutnya tidak percaya, ia harus memberikan pelajaran yang benar-benar setimpal.

Nikah Dulu Baru Pacaran [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang