Chapter 22 (Versi Revisi)

15.7K 500 1
                                    

Rosse memandang laki-laki yang ada di depannya, dengan tatapan tajam laki-laki itu tersenyum kecil sambil jalan menghampiri. Tepat berdiri di area lobby utama kantor Rosse berjabat tangan dengan laki-laki itu.

"Selamat siang Pak Hans, terima kasih atas kunjungannya ke kantor kami" ucap Rosse sambil melepaskan jabatan tangannya.

"Tidak biasanya ada perempuan yang menyambut, biasanya Pak Dion selalu hadir untuk bertemu denganku. Ada apa?" tanya Hans dengan nada sedikit angkuh.

"Mohon maaf atas ketidaknyamanan, Pak Dion sedang ada tugas di luar kota dan saya sebagai istrinya menggantikan beliau menjabat sebagai CEO" jawab ramah Rosse.

"Ohh, tidak menyangka Pak Dion tidak mengundangku di pernikahannya." Hans tertawa kecil, "Selamat atas pernikahan kalian Bu Rosse!"

Rosse masih mempertahankan senyuman, "Terima kasih Pak Hans"

"Mungkin di acara berikutnya bisa undang saya karena kita sudah menjadi bagian dari keluarga karena aku adalah sepupu Pak Dion" Hans memperjelas dirinya di depan Rosse yang terdiam mendengar hal tersebut.

Dengan tangan sedikit gemetar Rosse harus menjaga citranya, "Baik Pak Hans, saya akan konfirmasi terlebih dahulu dengan Pak Dion."

"Tidak perlu sungkan begitu, aku akan kembali lagi nanti. Terima kasih!" Hans dengan 2 orang lainnya langsung pergi keluar dari lobby.

Beberapa orang lainnya juga sedikit terkejut mendengar hal tersebut, Rosse masih menatap kepergian Hans karena merasa sangat curiga dengannya. Diana menepuk pelan pundak Rosse hingga Rosse tersadar, ia pun berbalik untuk pergi ke ruangan kerjanya.

*Get married first,
Then start dating*

Rosse pulang ke rumah dan sudah mandi, ia memakai daster karena menurutnya daster pakaian yang sangat cocok untuk ibu hamil. Setelah rapi ia keluar dari kamar untuk makan malam bersama, orang tua Dion juga memutuskan untuk tinggal bersama karena khawatir dengan Rosse.

"Anakku sayang, ayo makan malam!" Ana melihat Rosse yang menuruni anak tangga.

Rosse tersenyum sambil melihat banyak sekali makanan, "Banyak sekali makanan, alhamdulillah" ucapnya.

Risseta membawa piring untuk di taruh di atas meja makan, "Biar kamu bisa makan leluasa soalnya ibu hamil kadang mual melihat beberapa makanan"

Rosse sedikit ragu, "T-tentang bazar dan CEO perusahaan yang bernama Pak Hans, apa benar dia sepupu Dion?"

Andri yang sedang membaca koran langsung berhenti, Abri yang sedang bermain game tetris di ponselnya ikut mematung, Ana dan Risseta pun berhenti membawakan piring ke meja makan karena ucapan Rosse. Andri bangun dari sofa untuk berjalan ke arah Rosse yang juga terdiam, sepertinya memang harus di ungkapkan agar lebih jelas.

"Benar sekali, maaf belum bisa memberitahumu lebih awal" ucap Andri menyesal.

Risseta ikut menghampiri, "Hans itu sepupu dari keluarga Ayah. Dulu keluarga kami tidak akur karena perdebatan warisan perusahaan yang kemudian perusahaan itu di pegang oleh Ayah bukan orang tua Hans, alhasil keluarga mereka membuat sebuah perusahaan untuk menyaingi perusahaan Ayah"

"Perusahaan itu sama persis mengeluarkan produk yang sama dengan perusahaan kita dengan alasan masih keluarga, namun Dion mengubah banyak hal agar lebih unggul dalam bersaing. Maka dari itu Hans jadi lebih agresif untuk menjatuhkan Dion seperti sekarang" jelas Andri.

Abri jadi ikut menghampiri, "Saat itu perusahaan kita di bantu berkembang oleh perusahaannya dengan syarat menjodohkan kalian berdua. Daddy berusaha keras agar perusahaan kita semakin bagus untuk bisa membantu lagi"

Ana berjalan dan memeluk Rosse, "Perjanjian itu atas kesepakatan bersama tanpa paksaan, Mom dan Dad tau kalau kamu dulu tidak suka, tapi Mom dan Dad harus memaksa kamu. Maafkan kami ya"

Rosse merasa lega mendengar hal itu, ia tidak tau betapa rumitnya dulu mencapai sebuah kesuksesan yang sekarang ia nikmati. Bisa saja Rosse marah, namun Rosse tidak merasakan hal itu karena Dion menjadi sosok yang penting dalam hidupnya.

"Alhamdulillah, masih di batas wajar permasalahan seperti ini. Rosse masih bisa menghadapinya, Dion juga pasti baik-baik saja" Rosse tidak ingin keluarganya khawatir.

Semua orang senang karena Rosse menanggapinya dengan dewasa. Risseta menyuruh semua orang untuk duduk di kursi masing-masing, Ana kembali membawa piring dan sendok yang kurang. Semuanya sibuk menyendok nasi dan lauk pauk, Rosse masih terdiam menatap lauk apa yang akan ia makan. Ana membawakan sup daging untuk Rosse membuat Rosse sangat senang, karena kebetulan ia sangat ingin sup.

"Oh iya, saat bazar nanti banyak orang-orang penting datang dan media yang meliput kegiatan tersebut untuk di siarkan di tv" jelas Andri sambil menatap Rosse.

"Tidak perlu khawatir, aku juga datang di acara tersebut" ucap Abri menatap Andri.

"Aku hanya khawatir dengan putriku" jelas Andri menatap Abri.

Abri menatap sinis, "Rosse putriku"

Rosse menghela nafas panjang, "Pokoknya gak perlu khawatir, aku pasti bisa!" tiba-tiba Rosse bersemangat.

Ana menatap sinis Abri membuat Abri ciut, Risseta menyilangkan kedua tangannya sambil menatap Andri membuat Andri langsung fokus makanannya. Rosse segera menyantap makanannya yang masih hangat, suasana kembali mencair setelah pembicaraan penting di bahas.

Setelah selesai makan Ana menyuruh Rosse untuk pergi ke kamarnya untuk istirahat, dengan penuh paksaan Rosse masuk ke dalam kamarnya sambil menghela nafas panjang. Ia menatap ruangan kamar yang seharusnya ia tempati bersama dengan Dion, ia menggelengkan kepalanya agar tidak mengingatnya. Rosse berjalan ke arah laptop miliknya untuk melihat beberapa laporan dan hal lain untuk ia selesaikan.

Selama hamil Rosse tidak terlalu berat menjalani hari-harinya, ia masih cukup kuat untuk bekerja dan mengurus banyak hal di kantor. Ia juga ingin ikut membantu memasak, mencuci pakaian dan pekerjaan lainnya, tapi orang tuanya tidak mengizinkan dengan alasan kesehatannya. Rosse jadi sangat di manja, namun ia juga sadar bahwa mereka sangat khawatir dengan kondisinya.

Nikah Dulu Baru Pacaran [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang