Chapter 21 (Versi Revisi)

15.4K 505 9
                                    

Beberapa hari berlalu, Rosse masih tidak bisa menerima kenyataan itu. Orang tua Dion masih mencari bersama dengan pihak kepolisian, Abri bekerja di kantor seperti biasa sedangkan Ana menemani Rosse yang tidak mau makan. Setiap hari Ana selalu membujuk Rosse untuk makan agar anak yang di dalam kandungan baik-baik saja.

Seminggu kemudian kesadaran Rosse mulai ada, ia harus pergi ke kantor dan menyetujui untuk mengambil alih sementara. Walaupun ia masih sering menangis namun orang-orang di sekitarnya selalu support membuat Rosse merasa lebih baik. Pegawai kantor tidak memberi tahu alasan Dion menghilang karena Rosse tidak ingin semua orang ricuh karena terkejut. Rosse hanya berkata bahwa perusahaan menjadi tanggung jawabnya.

Sesekali ke kantor jika ada rapat penting, sesekali ia kerja di rumah karena tidak sanggup.

"Kamu dimana sayang, aku gak bisa kaya gini terus" Rosse mulai menangis lagi di kamarnya sambil menghadap laptop.

Tiba-tiba Andri dan Risseta masuk ke dalam bersama dengan Abri, mereka semua membuat Rosse bingung.

"Masih kerja jam segini, darling?" ucap Risseta berjalan menghampiri dan duduk di tepi tempat tidur.

"Tenang, ada aku disini" ucap Ana yang sudah lama menemani Rosse.

"Bulan depan ada bazar amal di panti asuhan, diikuti banyak perusahaan ternama agar image mereka di pandang baik dan menambah popularitas." jelas Abri.

"Ada perusahaan yang menjadi saingan dan CEO mereka sedikit bermasalah. Kamu harus hati-hati Rosse, mereka akan mencari celah untuk menjatuhkan apalagi Dion tidak ada" ucap Andri sedikit khawatir.

Rosse menyeka air matanya, "Semoga aku bisa menghadapinya"

"Ayah akan kasih tau beberapa hal agar kamu dapat gambaran soal bazar tersebut" ucap Andri.

Andri mulai menjelaskan hal-hal yang perlu dan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan orang lain tanyakan. Semua orang juga ikut memberikan masukan agar Rosse bisa bersiap-siap.

*Get married first,
Then start dating*

Rosse sudah mulai rutin bekerja di kantor sebagai CEO yang baru. Semua orang juga menerima Rosse dan mendukung untuk sekretaris, Rosse meminta Diana untuk menjadi sekretarisnya. Dengan kesibukan tersebut, Rosse mulai menjalani kehidupan tanpa Dion walau ia masih saja menangis jika teringat.

"Kepalaku sakit, butuh salad buah langganan" Rosse memegang kepalanya.

Diana sigap untuk mengecek apakah toko langganan yang sering Rosse beli buka atau tidak.

"Bu, gak buka" jelas Diana.

Rosse menaruh kepalanya di atas meja dengan wajah melas, "Bisa minta tolong ke dia?"

Diana langsung sigap menelpon pemilik salad buah tersebut, "Hallo! Ini Diana sekretaris Bu Rosse, bisa tolong buatkan pesanan seperti biasa? Tau kan Bu Rosse hamil, tolong ya! Oke makasih!" Diana langsung menutup telfonnya.

Rosse langsung menatap Diana senang, "Alhamdulillah, anak aku gak ngeces"

"Syukur Bu Darmi mau membuatkannya walau libur." Diana mengelus dadanya.

"Nanti ku kasih tip soalnya kasian juga lagi libur di ganggu" ucap Rosse sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.

Saat Rosse sibuk mengeluarkan uangnya, Diana menatap jadwal pertemuan penting untuk di beritahu.

"Setelah makan siang ada pertemuan dengan Pak Hans, perusahaan yang sering bermasalah dengan perusahaan kita." Rosse menatap Diana.

Sepertinya sudah mulai pertarungan antar perusahaan untuk meningkatkan popularitas, Rosse duduk tegak untuk mendengarkan lebih lanjut karena sepertinya Diana juga sangat tau banyak.

"Kenapa dia bisa jadi orang yang bermasalah dengan perusahaan kita?" tanya Rosse.

"Beberapa tahun ke belakang perusahaan kita sangat bersaing lalu Pak Dion menjabat menjadi CEO setelah Pak Abri. Pencapaian yang di peroleh semakin bagus setelah di pimpin oleh Pak Dion alhasil kolega bisnis semakin banyak, perusahaan mereka iri karena kolega bisnis mereka lebih tertarik dengan perusahaan kita" jawab Diana dengan rinci.

Rosse menopang dagunya di atas meja, "Kalau begitu kamu siapkan beberapa hal dengan baik setelah makan siang"

"Baik Bu!" jawab cepat Diana.

Jam istirahat akhirnya di mulai, Rosse beranjak dari kursinya bersama dengan Diana. Mereka berdua mengobrol bersama sambil berjalan ke arah lift, seperti biasa Rosse minta tolong kepada Diana untuk mengambil pesanan sedangkan Rosse mengambil makanan di kantin.

Rosse sudah berada di kantin dan segera mengambil makanan untuknya dan mengambil makanan untuk Diana, beberapa teman lainnya ikut bergabung bersama dengan Rosse. Tak lama kemudian Diana datang membawa pesanan Rosse, dengan wajah senang Rosse mengambil makanan itu. Semua orang sudah makan dan Rosse juga ikut makan nasi dengan porsi yang sangat sedikit karena ia masih belum terbiasa dengan mual.

Setelah makan nasi, Rosse lanjut makan salad buah yang ia pesan. Rasa mual hilang setelah ia makan salad buah kesukaannya, Rosse membeli salad buah 2 untuk dirinya dan teman-temannya, porsi biasa untuk dirinya dan porsi besar untuk Diana dan teman-teman.

"Terima kasih Bu Rosse, selalu membagi makanan banyak kepada kami" ucap Candra dengan ramah.

Semua yang ikut mengangguk, "Seharusnya kami yang lebih memperhatikan Ibu Rosse yang sedang hamil" ucap Desi sedikit malu.

Rosse menyangkal, "Kalian sudah baik banget, terima kasih banyak untuk kado-kadonya kemarin ya!"

"Ih Ibu! Kami juga terima kasih banyak karena mau bergabung makan bersama kami" ucap Robi.

Rosse mengerutkan dahinya sambil memakan salad buahnya, "Kenapa? Ada apa? Kok gitu?"

Semua saling tatap-tatapan, "Dulu sekretaris jarang mau bergabung dengan kami, mungkin karena sibuk juga dan merasa berbeda dengan kita" jelas Diana membuat semua mengangguk.

"Eh? Kok gitu sih! Kita semua sama-sama bekerja disini, kalian jangan merasa sungkan lagi ya! Di usahakan kalau nanti saya gak bekerja lagi disini, saya minta kalian jangan seperti itu lagi" Rosse tersenyum lebar menatap semua orang.

"Ibu mau kemana?? Kok ngomong gitu?" tanya Desi polos.

Robi menatap tajam Desi, "Bu Rosse kan lagi hamil, pasti cuti atau resign untuk mengasuh anaknya."

Desi mengangguk, "Iya juga ya. Pokoknya semoga lancar untuk Ibu Rosse, semoga selalu sehat!" semua tersenyum hangat.

Suasana terasa sangat menyentuh, Rosse hampir saja meneteskan air mata karena teringat dengan Dion. Orang-orang di sekitarnya sangat baik membuat Rosse bersyukur tidak terlalu stress memikirkan tentang Dion yang sampai saat ini belum di temukan.

Nikah Dulu Baru Pacaran [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang