Chapter 4 (Versi Revisi)

21.5K 910 4
                                    

Rosse canggung karena ada sekretaris Dion masuk ke dalam ruangan sedangkan Dion tidak perduli. Dion berjalan ke arah meja untuk melihat berkas apa saja yang akan ia tandatangani dan periksa. Rosse duduk di sofa sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, ia mengeluarkan ponsel agar tidak terlalu malu.

"Bacakan jadwal saya hari ini." pinta Dion.

Wanita itu menjelaskan secara rinci sesuai permintaan Dion, Rosse mendengarkan sambil membuka sosial media miliknya. Rosse sedikit merasa aneh dengan suara wanita yang menjadi sekretaris Dion, seperti suara yang di buat-buat seolah dirinya ingin terlihat imut.

"Bagus! Sekarang tolong antar wanita itu berkeliling kantor kita" perintah Dion menunjuk Rosse.

Rosse langsung menoleh, wanita itu juga langsung menatap ke arah Rosse.

"Baik pak!"

Rosse memasukkan ponselnya lalu bangun dari sofa, ia berjalan ke arah wanita itu sambil melirik kesal ke arah Dion. Mereka saling bertatapan dengan ramah sambil berjalan keluar dari dalam ruangan.

"Hallo! Perkenalkan nama saya Melly sebagai sekretaris Pak Dion" ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Rosse langsung menerima jabatan tangan Melly, "Hallo juga! Nama saya Rosse, panggil senyamannya saja"

Melly menekan tombol lift, "Ada urusan apa datang kemari, Rosse?"

Rosse terkejut mendengar wanita itu memanggil namanya secara to the point. Rosse sepertinya mengerti kenapa Dion ingin mengganti sekretarisnya.

"Ada urusan bisnis yang harus saya bicarakan dengan Dion" jelasnya dengan tenang.

Lift terbuka lebar, mereka berdua segera masuk ke dalam. Melly menekan tombol angka lift ke lantai paling dasar, ia menjalankan pekerjaannya walau dirinya sangat kesal.

"Biasanya urusan bisnis apapun harus melalui sekretaris untuk jadwal pertemuan, tapi hari ini tidak ada sama sekali jadwal tersebut. Apakah anda berbohong?" Melly sangat penasaran.

"Ada pertemuan secara mendadak dan di setujui oleh kedua belah pihak, apakah seorang sekretaris perlu mengetahui semua yang di lakukan atasannya?" Rosse tidak mau kalah untuk menekan Melly.

Pintu lift terbuka memperlihatkan lantai dasar tempat penerimaan tamu yang datang, mereka berdua keluar berjalan ke arah resepsionis. Melly tap akses pintu dengan id card nya, ia menatap Rosse yang ternyata tidak mempunyai card akses, ia pun tap menggunakan id card nya.

Melly berbalik badan dan menatap Rosse, tentu saja Rosse berhenti mendadak karena terkejut Melly berbalik badan.

"Terima kasih atas kunjungannya, anda boleh pergi!" Melly membungkukan badannya lalu berjalan pergi kembali ke tempat lift.

Rosse benar-benar sangat marah, ia hanya bisa menatap Melly yang pergi tanpa rasa bersalah. Rosse menghela nafas panjang lalu berjalan keluar kantor dengan perasaan kesal, ia sangat ingin melemparkan tas nya kepada Melly agar ia tersadar bahwa yang di lakukannya sangatlah tidak profesional.

*Get married first,
Then start dating*

Rosse akhirnya pulang dengan memesan taxi, ia bingung harus kemana selain pulang ke rumah. Akhirnya Rosse langsung ke arah dapur untuk mencoba belajar masak, dengan keadaan mood yang hancur ia harus tetap menahan dan menjaganya agar tidak melakukan yang yang sembrono.

Rosse mencoba memasak dengan bahan seadanya sampai menjelang sore hari. Rosse menyeka keringatnya, ia menatap masakannya di atas meja makan, ia tersenyum lebar dan segera berjalan ke kamarnya untuk mandi. Mood nya sedikit membaik, setelah selesai mandi dan berganti pakaian sekitar 45 menit setelahnya ia berjalan turun ke bawah lagi untuk makan. Saat setengah jalan menuruni anak tangga, ia melihat Dion yang sudah duduk di kursi makan.

Rosse sebenarnya tidak ingin melihat Dion, tapi makanan yang ia masak sepenuh hati sudah menunggu. Rosse melanjutkan turun dan berjalan ke arah meja makan, ia menatap sinis ke arah Dion lalu ikut duduk di depannya.

"Ada acara apa ini? Masakan sangat banyak" tanya Dion sambil tersenyum.

"Entahlah, mungkin perayaan untukmu tidur di luar." jawab ketus Rosse.

Dion bingung, "WHAT? Kenapa?"

"Kenapa? Kamu bilang kenapa?? Gila kamu!" emosi yang di pendam Rosse langsung naik.

Dion benar-benar tidak mengerti, "Coba jelaskan kenapa? Aku benar-benar tidak tau."

Rosse menghela nafas panjang, "Sekretarismu mengusirku dengan tidak sopan, dia tidak menjalankan tugasnya dengan baik."

Dion akhirnya tau mengapa Rosse kesal, "Dia hanya menjelaskan kalau dirimu yang ingin pulang karena merasa tidak nyaman. Aku hanya berfikir bahwa yang di katakan nya benar karena aku melihatmu kesal saat di ruangan. Aku tidak mengira bahwa dirinya sudah gila"

Rosse sadar bahwa wanita itu memutarbalikkan fakta sebenarnya. Amarah Rosse sedikit turun.

"Apakah itu alasanmu ingin aku jadi sekretarismu?"

Dion mengangguk cepat, "Banyak problematik yang di lakukan walau kerjanya lumayan cukup bagus. Apalagi dia sering menggodaku dengan pakaiannya, aku benar-benar tidak bisa berfikir jernih" jawabnya membuat Rosse berdiri dari kursi dan menggebrak meja.

"GILA! Pantas saja dia pakai baju ketat seperti itu."

"Wajar jika hasrat dalam diriku bergejolak, tapi aku tidak pernah mau untuk melakukan hal yang tidak sepantasnya. Aku hanya ingin tubuhku milikmu saja" tambah Dion membuat Rosse malu, ia kembali duduk dengan menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Dion senang sekali menggoda Rosse dengan cara seperti itu, semakin hari Dion melihat Rosse semakin yakin dirinya sudah jatuh cinta.

"Bagaimana dengan persetujuan untuk menjadi sekretarisku?" tanya Dion.

Rosse membuka wajahnya, "Baiklah, setelah kamu memecat wanita itu" jawab tegas Rosse.

Dion tersenyum senang, "Aku sangat lapar, apa aku boleh memakannya?" ia menatap semua masakan Rosse.

"Tentu saja, silahkan di makan! Jelaskan secara jujur" Rosse mengambil piring dan menyendok nasi beserta beberapa lauk untuk di coba, setelah itu ia berikan kepada Dion.

Dion langsung mencobanya, Rosse penasaran dengan rasa masakannya. Ia belum sempat untuk mencobanya karena fokus memasak saja, jadi ia menunggu komentar rasa dari masakannya.

"It's really very delicious, I really like it. Besok bawa ke kantor untuk makan siang" ujar Dion dengan sumringah.

Rosse sangat senang dan bersyukur masakannya cocok dengan lidah Dion. Rosse pun ikut menyendok nasi dan beberapa lauk karena sangat penasaran dengan makanannya. Setelah semua sudah ia ambil, ia langsung memakannya. Mata Rosse terbuka lebar karena terkejut dengan masakannya yang sangat enak, ia pun tersenyum sambil memakan makanannya.

Nikah Dulu Baru Pacaran [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang