Chapter 19 (Versi Revisi)

15.2K 483 5
                                    

Dion sudah pergi menjalankan perjalanan bisnis pagi-pagi, Rosse seperti biasa mengetik dan mengecek beberapa dokumen di ruangannya. Diana bertugas untuk membantu pekerjaan Rosse agar pekerjaan Rosse sedikit lebih ringan, Rosse juga terpaksa membawa teh hangat ke ruangan karena masih merasa pusing dan mual.

"Ibu beneran gak apa-apa? Kalau sakit biar saya aja yang kerjain" Diana menatap wajah Rosse yang sedikit pucat.

"Ini hal biasa, gejala awal" jawab Rosse cepat.

"Hah? Gejala awal? Ibu kena penyakit apa?" Diana khawatir dengan jawaban Rosse.

"Hamil" jawab cepat Rosse.

"HAMIL!! IBU HAMIL???" Diana terkejut mendengar kabar baik itu.

Rosse yang tanpa sadar mengatakannya juga ikut terkejut, Rosse memegang pelipisnya sambil tertawa kecil sedangkan Diana masih mematung.

"Masih awal, aku harus jaga kandungannya tetap sehat" jelas Rosse menghentikan kerjanya.

"Alhamdulillah, selamat ya Ibu Rosse! Seneng banget deh!" ucap Diana yang langsung memeluk Rosse.

"Jangan terlalu heboh ya, takutnya membuat keributan" Diana melepaskan pelukannya sambil menunjukkan jempolnya.

Rosse kembali melanjutkan mengetik dengan Diana yang mulai menyortir beberapa dokumen untuk di kerjakan. Rosse seketika teringat dengan Dion yang sedang pergi ke luar kota melakukan perjalanan bisnis.

*Get married first,
Then start dating*

Dion sudah sampai di hotel dekat dengan kantor yang akan ia datangi. Pertama-tama ia menaruh barang-barangnya setelah check in, kemudian ia merapikan baju yang sedang di pakai, lalu keluar setelah memastikan semuanya sudah rapi. Dion keluar lagi sambil membawa tas berisi dokumen dan barang penting lainnya.

Jemputan datang di depan lobby utama hotel, Dion segera masuk ke dalam. Mobil berangkat menuju lokasi tujuan. Selama perjalanan Dion tidak lupa memberi kabar kepada istrinya, tidak lupa juga ia menyalakan lokasi agar Rosse bisa tau dimana lokasi persis Dion pergi. Ia tidak mau istrinya khawatir.

Beberapa menit kemudian ia sampai, di sambut oleh beberapa orang penting di pintu utama. Dion turun setelah mobil terparkir, beberapa orang menyapa ramah dan bersalaman sebagai bentuk rasa hormat.

"Terima kasih atas kunjungannya, Pak Dion" ucap Darmawan sambil tertawa kecil.

"Terima kasih juga atas sambutan Pak Darmawan" jawab Dion yang ikut tertawa kecil.

"Bagaimana dengan perjalanannya? Bandung macet?" tanya Darmawan.

"Tidak se-macet Jakarta" jawab Dion.

Mereka semua segera masuk ke dalam untuk berbicara lebih lanjut. Dion duduk di sofa tamu ruangan milik Darmawan, atasan dari perusahaan yang memutuskan bekerja sama dengan perusahaan milik Dion. Mereka mulai berbicara mengenai bisnis.

Di satu sisi Rosse sudah selesai dengan pekerjaannya, ia merapikan barang-barang miliknya ke dalam tas. Rosse keluar dari ruangannya lebih awal karena harus pergi ke rumah orang tuanya, selama Dion pergi ke luar kota ia akan tinggal bersama dengan orang tuanya. Rosse mengendarai mobil miliknya sambil menyalakan musik, selama perjalanan ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang untuk lebih berhati-hati.

Tak lama kemudian ia sampai di rumah orang tuanya. Rosse turun dari mobil untuk membuka pagar, kemudian masuk ke dalam mobil untuk memarkirkan mobilnya. Rosse turun dari mobil dan menutup gerbang dengan rapat, ia pun menekan bel di depan pintu.

"Assalamualaikum"

Pintu terbuka, "Waalaikumsalam, anakku!" Ana langsung memeluk erat putrinya itu.

Rosse membalas hangat pelukannya, "Aku tinggal disini ya Mommy"

Ana terkejut lalu melepaskan pelukannya, "Apa?! Kamu berantem sama Dion? Dia melakukan apa sampai kamu ke sini??"

Abri menghampiri untuk menemui putrinya itu terkejut mendengar suara Ana, "APA?! DION MELAKUKAN APA?"

Rosse memijit pelipisnya, "Mommy! Daddy! Dion menghamili aku dan dia ada perjalanan bisnis ke luar kota, maka dari itu aku menginap disini dulu" jelas Rosse sambil kesal.

"HAMILLLL?!!!" mereka teriak berdua karena terkejut.

"Usia kehamilan 5 Minggu" jawab Rosse lagi.

Abri dan Ana saling berpelukan, mereka sangat senang putrinya di karuniai anak. Ana menggandeng Rosse untuk masuk ke dalam rumah, Abri menutup pintu dengan rapat. Ana menyuruh Rosse untuk duduk di sofa, ia berjalan ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk putrinya.

"Alhamdulillah, sehat selalu anakku, semoga lancar sampai hari kelahiran" ucap Abri yang duduk di samping Rosse sambil mengelus kepala Rosse lembut.

Rosse mengelus perutnya, "Rosse senang dan bersyukur bisa di kasih kesempatan untuk mempunyai seorang anak. Rosse mungkin masih belajar menjadi seorang ibu apalagi masih butuh bantuan dari Mom dan Dad"

Ana datang membawa secangkir teh untuk Rosse, "Sering-seringlah datang kemari, Mom dan Dad pasti akan selalu ada untukmu" Ana menaruh cangkir di atas meja.

"Bagaimana dulu Mom dan Dad saat pertama kali menjadi orang tua?" tanya Rosse penasaran.

"Dulu itu masih sulit untuk belajar tidak seperti sekarang bisa search kapan dan dimanapun. Mom dan Dad belajar dari orang sekitar, apalagi sering ke luar negeri untuk melihat parenting orang-orang disana" jelas Ana.

"Setiap negara berbeda-beda mengasuh anak, jadi kita mengambil sisi positifnya seperti apa untuk di terapkan. Misalnya, tidak menuntut anak untuk terus menuruti apa kata orang tua, sesekali anak bisa memberi tahu apa yang mereka mau kepada orang tua agar kita sebagai orang tua bisa ambil jalan yang sesuai dengan kemampuan anak kita sendiri" lanjut Abri.

Ana tersenyum, "Mom gak pernah menuntut kamu atau menyuruh kamu menggapai cita-cita yang di harapkan orang tua, Mom mau kamu menggapai apa yang bisa kamu lakukan agar kamu tau porsi yang sesuai saat menjalankannya. Mom dan Dad hanya memberikan fasilitas, dukungan dan doa untuk keberhasilan kamu"

"Paling penting, saat usia anak masih kecil kamu harus pandai menahan amarah karena mental dan perilaku anak bisa terpengaruh karena kita sebagai orang tua jadi contoh pertama yang di lihatnya. Boleh memarahi tapi harus ada aturannya" tambah Abri.

"Sekarang kamu istirahat di kamar ya, pasti kamu capek" ucap Ana.

Rosse mengangguk, Ana merangkul pundak Rosse dan berjalan bersama. Rosse merasa tenang karena mendapatkan saran yang luar biasa sebagai pelajaran baginya untuk bersiap menjadi seorang ibu. Rosse merasa bahwa ia juga di didik sangat baik sehingga pola pikirnya menjadi sangat bagus seperti saat ini.

Nikah Dulu Baru Pacaran [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang