Chapter 31[FINISH]✓

1.8K 24 0
                                    

Setelah hari itu Rosse menjelaskan kepada Dion tentang Reina pengganti dirinya, Dion juga merasa sangat bersyukur jika Rosse sudah menemukan orang yang tepat untuk menggantikannya. Rosse juga memberikan beberapa buku kepada Reina saat dulu ia baru belajar bahasa Jepang.

Rosse juga meminta Reina untuk bergabung dengan orang lain agar ia memiliki teman, namun Rosse juga memberikan saran agar ia tidak salah memilih teman dalam dunia kerja. Banyak hal terjadi jika salah memilih teman kerja, bisa jadi di tusuk dari belakang atau melakukan bullying dalam ruang lingkup itu sendiri.

"Hari ini terakhir saya membimbing kamu, saya harap kamu bisa beradaptasi lebih baik lagi" ucap Rosse bersama Reina yang sedang di depan alat fotokopi.

"Saya senang sekali karena ada orang lain yang baik sama saya seperti orang tua saya. Terima kasih banyak Bu" Reina menatap Rosse sendu.

Rosse tersenyum kecil, "Jangan mengecewakan, kalau begitu saya pergi dulu"

"Siap Bu Rosse!" jawab cepat Reina.

Rosse keluar dari ruangan berjalan pelan masuk ke dalam ruangan Dion, ia melihat Dion sedang membereskan beberapa dokumen penting agar tidak lupa. Jam pulang sudah sedari tadi namun ia masih sibuk mengajari Reina begitu juga Dion yang masih sibuk memilah dokumen.

"Masih sibuk sayang?" Rosse berjalan mendekat.

Dion menatap Rosse, "Sebentar ya darling, aku masih memilah dokumen penting"

Rosse ikut membantu melihat dokumen apa saja dan ikut membereskan, dengan mudah Rosse menyelesaikannya. Dion sedikit canggung karena Rosse sudah tau jika Dion hanya alasan saja, Rosse sangat butuh penjelasan.

"A-aku hanya gelisah, besok kamu tidak ada di kantor" jelas Dion jujur.

Rosse tersenyum, "Aku masih ada di rumah sayang, kamu gak perlu terlalu khawatir"

"Aku gak bisa liat kamu di kantor darling, i-i can't go a day without seeing you at the office. " jelas Dion membuat Rosse gemas.

"Aku benar-benar gemas denganmu, kalau aku bisa menjadi kecil mungkin kamu akan membawaku di dalam saku"

"Aku minta Ayah dan Ibu menemani di rumah ya" ucap Dion.

Rosse mengangguk mantap, "Sekarang kita pulang, aku mau di pijat" Dion langsung berdiri dan segera merapikan barang-barangnya.

Rosse tertawa kecil melihat Dion, setelah Dion selesai mereka berdua berjalan untuk keluar dari ruangan. Perasaan senang, sedih bercampur jadi satu dalam hati Dion, tapi Rosse selalu mengucapkan hal baik agar Dion tidak perlu terlalu memikirkannya.

*Get married first,
Then start dating*

Hari demi hari berjalan dengan lancar, Rosse di temanin orang tua Dion agar Dion tidak gelisah. Setiap pagi Rosse selalu di ajak untuk berjemur dan jalan kaki tidak memakai alas bersama Dion, pada siang hari Rosse istirahat dan sore hari ia olahraga kecil agar badan tidak kaku.

Beberapa bulan berlalu, kandungan Rosse sudah semakin besar dan semua orang sudah bersiap. Dion sudah booking ruangan VIP di rumah sakit khusus untuk keluarga maka dari itu mereka sudah ada di rumah sakit dengan barang-barang kebutuhan Rosse. Orang tua Rosse baru saja datang dan langsung menghampiri Rosse yang sedang berbaring dengan tangan di infus dan memakai baju rumah sakit khusus untuk melahirkan.

"Semangat anakku, baca doa terus" ucap Ana mengelus kepala Rosse dengan lembut.

Rosse langsung merasakan kontraksi yang cukup besar, dahinya berkerut karena menahannya. Ana dan Risseta menyuruh Rosse untuk mengatur nafasnya, Rosse menurut sambil mengatur nafasnya sendiri dengan sakit yang ia rasa. Sebelum melahirkan Rosse sudah research untuk melahirkan dengan lancar, ia juga selalu membaca doa-doa agar di lancarkan persalinannya.

Dion membawa dokter untuk memeriksa Rosse, tentunya Dion meminta dokter perempuan untuk menangani Rosse. Semua orang di minta untuk keluar kecuali Dion, para perawat yang membawa alat-alat juga masuk ke dalam untuk membantu dokter. Dion memakai baju khusus agar steril selama masa persalinan.

Kontraksi asli menjelang persalinan menandakan persalinan sudah dekat. Biasanya, kontraksi ini terasa semakin lama semakin kuat karena serviks semakin terbuka sebesar 7–10 cm sebagai jalan lahir bayi.

Dokter berkata bahwa masih ada waktu untuk menunggu pembukaan yang belum terlalu lebar, Rosse menahan rasa sakit itu dengan sekuat tenaga sambil Dion mengelus rambut Rosse. Sebenarnya ia tidak kuasa melihat Rosse menahan sakit tetapi Dion harus bersabar, Rosse mulai mencakar tangan Dion dengan sadar Dion menundukkan kepalanya agar Rosse mudah menarik rambut Dion.

Sebelumnya Dion research cara apa saja agar Ibu hamil yang sedang melahirkan merasa lebih baik, salah satunya menyalurkan rasa sakitnya kepada orang lain. Dion sendiri tidak masalah demi lancarnya persalinan Rosse, ia juga mau Rosse tidak merasakan sakit yang luar biasa seperti saat ini.

Berjam-jam mereka menunggu dan Rosse yang semakin kesakitan, dokter menyuruh Rosse membuka kedua kakinya untuk memeriksa kembali dan berkata bahwa Rosse sudah bisa mengejan. Dengan sabar Rosse mengejan perlahan agar tidak terjadi kerobekan besar, Dion menyemangati sambil berdoa, dokter dan suster juga menyemangati sambil meminta Rosse mengatur nafasnya.

"Bagus, atur lagi nafasnya, pinggulnya jangan di angkat" ucap dokter.

Keringat deras mengalir, Dion menyeka keringat Rosse dengan gelisah sambil rambutnya di tarik oleh Rosse. Kesadaran Rosse mulai memudar, Dion menepuk-nepuk pipi Rosse agar tersadar kembali, Dion menangis sembari menyemangati Rosse.

Perjuangan berjam-jam itu akhirnya terbalaskan dengan Rosse berhasil, suara tangisan bayi menggema dalam ruangan, keluarga yang menunggu dari luar langsung menangis mendengar suara bayi, Rosse menangis haru bersama Dion.

"Selamat bayinya laki-laki, Alhamdulillah" semuanya sangat senang dan bersyukur.

Dokter membalut tubuh bayi dengan selimut untuk di berikan kepada Dion agar di adzankan, dengan gemetar Dion adzan sambil menitikkan air mata.

Setelah selesai adzan, dokter menatap Dion dan Rosse, "Siapa nama bayinya?"

Dion melirik Rosse, "A-rga"

Dion tersenyum sambil melihat bayi yang ia gendong, "Arga Diasse Elvas"

Dion mengembalikannya kepada dokter karena masih ada proses lain, dokter menaruh bayinya ke dalam tempat bayi dan suster membawanya untuk di pindahkan ke ruangan khusus. Dokter melanjutkan mengeluarkan plasenta dalam perut Rosse bersama suster yang lain.

"Terima kasih ya Allah, terima kasih istriku. Aku akan selalu membahagiakan kamu sampai maut memisahkan, semoga Allah selalu melindungi kita bertiga, semoga Allah selalu memberikan kita pertolongan" Dion menggenggam erat tangan Rosse sambil menciumi keningnya.

Suasana sangat tenang dan hangat, Rosse melakukan yang terbaik dalam hidupnya begitu juga Dion. Saling melengkapi, mencintai dan berdoa agar selalu di berikan kemudahan dalam setiap perjalanan. Setiap manusia memiliki cobaan yang perlu di jalani dengan rasa syukur agar mereka tidak menyalahkan keadaan.

-S E L E S A I-

Nikah Dulu Baru Pacaran [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang