Author mengucapkan terima kasih atas vote dan comment dari semua reader. This story will end soon.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dua hari telah berlalu sejak Gabriella tidak sadarkan diri. Faby menjaga kakaknya pada siang hari dan Sherington di malam hari. Pelayan dan dokternya meminta Sherington untuk beristirahat namun Sherington tetap ingin berada di samping istrinya dan menjaganya.
Setiap malam, Gabriella akan mulai demam dan mengigau sendiri. Gabriella mengigaukan ketakutannya, kekecewaannya dan juga rasa cintanya pada suaminya.
"Takut...awas...aku mencintaimu my lord... " Gabriella mengigau ditengah demamnya.
Sherington yang mendengar racauan tersebut hanya dapat memeluk Gabriella sambil membisikkan kata kata sayang dan cinta untuk menenangkan istrinya.
Malam ketiga, seperti malam - malam sebelumnya Sherington duduk menjaga istrinya sambil membaca berkas - berkas perkebunannya. Istrinya belum sadarkan diri, namun Dokter Stain mengatakan bahwa Gabriella telah melewati masa kritisnya dan akan sadar setelah efek dari obat penenang habis.
Saat menggenggam tangan Gabriella, Sherington merasakan gerakan kecil. Sherington berpikir, Gabriella demam kembali mendera istrinya, namun alangkah senang hati Sherington saat melihat mata abu - abu Gabriella mengerjap dan mulai sadarkan diri.
"Kau sudah siuman, sayang?" Sherington mendekatkan wajahnya, ingin Gabriella melihat dirinya. Gabriella seperti ingin mengatakan sesuatu, Sherington mendekatkan telinganya.
"Haus...." ucap Gabriella pelan.
Dengan cepat, Sherington mengambil gelas minuman yang tersedia di samping tempat tidur. Sesaat Sherington sadar salah satu tangannya masih dibalut perban dan tidak dapat digerakkan dulu untuk membantu Gabriella minum dari gelasnya.
herington meneguk air dan meminumkannya langsung melalui mulutnya ke bibir Gabriella. Dengan pelan diminumkannya air sedikit demi sedikit yang diterima Gabriella dengan rakus. Istrinya pasti sangat kehausan, setelah tidak sadarkan diri selama beberapa hari.
Setelah meminumkan segelas air, Sherington membunyikan bel memanggil pelayan agar membawakan sup hangat untuk mengisi perut Gabriella.
"Apakah kau lapar sayang?" Tanya Sherington sambil membelai rambut istrinya. Gabriella hanya diam, tidak menjawabnya. Sherington menatap mata istrinya sambil menunggu sup yang dibawakan pelayan. Sherington melihat tidak ada tanda tanda kehidupan dimata ekspresif istrinya. Mata Gabriella seperti menerawang berada di tempat lain. Sherington berharap istrinya bisa kembali sembuh dan kembali ceria seperti dulu.
Sesaat kemudian, Faby datang sambil menangis . Faby mendengar kabar bahwa kakaknya telah siuman dan memeluk kakaknya yang telah sadarkan diri. Sherington senang kakak beradik itu dapat berkumpul kembali. Tangisan kebahagiaan Faby memenuhi ruangan dan Gabriella yang baru sadarkan diri masih terdiam memeluk pelan adik yang disayanginya.
***
Beberapa hari telah berlalu, keadaan Gabriella yang telah sadar semakin membaik terbukti dengan luka tembaknya yang mulai mengering dan berkurangnya frekuensi demam yang mendera Gabriella.
Kesehatan Sherington sendiri telah kembali normal. Luka dibahunya telah sembuh namun tetap terasa sakit. Ketagihannya atas minuman alkohol masih menyiksa namun atas bimbingan dan konsultasi dari Dokter Stain, Sherington dapat mulai belajar cara menghilangkan efek dan kebiasaan minumnya tersebut.
Satu hal yang hilang setelah istrinya sadar adalah pandangan mata Gabriella yang dulu bersinar terang berganti menjadi kosong. Tidak ada tanda - tanda keceriaan di mata abu - abu itu. Gabriella tidak banyak bicara dan lebih banyak duduk diam saat semua orang senang dengan perkembangan kesehatannya.
Sudah seringkali Sherington mencoba berbicara dengan Gabriella, namun Gabriella terlihat belum mau berbicara dengannya maupun orang lain. Bahkan adiknya Faby merasa heran dengan sikap diam kakaknya dan tetap berusaha menjalin komunikasi dengan kakak tersayangnya itu. Sherington pernah berkonsultasi dengan dokternya tentang keadaan Gabriella dan Dokter Stain hanya dapat mengatakan kemungkinan Gabriella yang masih syok akibat kejadian penculikan tsb.
"Apa kabarmu pagi ini, sayangku" ujar Sherington yang memasuki kamar istrinya setelah sarapan pagi. Sejak Gabriella sadar, Sherington lebih banyak menghabiskan waktu dengan istrinya.
Gabriella telah duduk rapi di ranjangnya. Matanya memandang kosong keluar jendela hanya menatap Sherington sesaat tanpa berkata apapun. Mulutnya seperti terkunci dan tidak berbicara dengan Sherington.
"Kakakku baik dan dia telah menyelesaikan sarapan dan meminum obatnya pagi ini, my lord" jawab Faby yang melihat kekecewaan kakak iparnya karena tidak ada tanggapan jawaban dari kakaknya Gabriella.
Sherington yang mulai terbiasa menghadapi sikap diam istrinya hanya dapat tersenyum kecut dan mencoba berbagai cara untuk tetap berbicara dengan istrinya. Sherington duduk di samping istrinya dan langsung mengecek suhu badan istrinya dengan tangannya. Gabriella terlihat sedikit bereaksi saat tangan Sherington memegang dahinya. Suhunya terlihat normal tidak seperti beberapa malam lalu dimana Gabriella menderita demam tinggi dan membuat Sherington sangat khawatir.
Faby yang mengerti kebutuhan kakak iparnya untuk berdua dengan Gabriella, pergi keluar membawa nampan sarapan yang telah kosong.
Sherington menghela napas panjang melihat keadaan istrinya yang tidak memiliki semangat hidup sejak siuman.
"Kurasa hari ini akan cerah sayang, bagaimana kalau kita berjemur sebentar di luar?" Tanya Sherington mencoba menarik jawaban dari Gabriella. namun lagi - lagi tidak ada jawaban dari Gabriella, dia hanya diam.
Gabriella telah diijinkan untuk keluar dari kamarnya sejak kemarin. Kemarin pelayan membantunya membawa Gabriella ke perpustakaan dan menemani Sherington menyelesaikan tugas dan berkas pekerjaannya. Sherington juga berusaha mendiskusikan berbagai pekerjaannya terkait topik pacuan kuda yang dulu sangat menarik Gabriella. Namun usahanya kemarin belum berhasil, Gabriella hanya duduk terdiam dengan buku tertutup ditangannya.
Sherington tidak mempedulikan kediaman istrinya hari ini, dan membunyikan bel guna menyuruh pelayan menyiapkan tempat untuk berjemur istrinya di taman belakang Sherington House.
Dengan sigap dibopongnya Gabriella dari tempat tidurnya menuruni tangga menuju taman mawar yang sedang mekar di taman belakang rumah mereka. Sherington melihat lagi sinar terkejut di mata Gabriella saat dia membopong istrinya dari tempat tidurnya barusan, namun sinar itu kembali hilang dan membuat Gabriella kembali terdiam tanpa ekspresi.
Sherington merasa membuat sedikit kemajuan kali ini, ekspresi terkejut sebelum keceriaan istrinya kembali pikirnya.
Sesampainya di taman, Sherington mendudukkan Gabriella di tempat yang telah disiapkan. Berbagai makanan kecil telah dihidangkan menemani waktu siang mereka berdua di taman. Sherington menyelimuti istrinya dengan selimut agar cuaca dingin tidak menyergapnya.
Mereka hanya diam menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh alam. Sherington berharap dengan udara segar dan keindahan alam bisa membuat Gabriella lebih rileks dan melupakan hal hal buruk yang terjadi di masa lalu. Sherington melihat mata Gabriella telah rileks mengantuk di kursinya. Sherington merasa senang dapat berdua dengan Gabriella siang itu hanya diam menikmati waktu dengan alam yang membuai kesadaran keduanya. Mereka tertidur di tengah keindahan bunga mawar didepan mereka.
"Agrh...." Tiba tiba terdengar teriakan dari Gabriella, Sherington terbangun dari tidurnya dan langsung waspada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Love
Fiksi SejarahSeri pertama dari perfect series (Private) Viscount of Sherington, seorang lord dengan kekayaan melimpah namun memiliki kebiasaan buruk mabuk minuman keras. Lady Gabriella, gadis manis yang sedang mencari pasangan selama musim pesta.