Forgiveness

33.7K 2.3K 22
                                        

"Agrh...." terdengar teriakan dari Gabriella.

Sherington terbangun dengan sigap mengeluarkan pistol dari sakunya dan berdiri melindungi istrinya yang terlihat sangat terkejut. Sherington selalu waspada terhadap kemungkinan adanya ancaman lain yang mengganggu Gabriella sehingga dia selalu membawa pistol disaku dan memperketat pengawalan dirumahnya.

Sherington melihat keadaan taman tapi tidak ada siapapun disekitar Gabriella yang mengancam.

"Tolong, my lord " Ucap Gabriella mengeluarkan suara pertamanya setelah sekian lama diam.

Sherington senang mendengar suara Gabriella kembali namun tetap waspada dengan hal yang membuat Gabriella ketakutan. Dengan terkejut Sherington melihat dua ekor tupai kecil sedang sibuk mencuri makanan di antara bekal yang di bawa mereka tadi. Gabriella ketakutan bukan karena hal yang mengancam, tapi karena binatang kecil berbulu dan berkaki empat itu.

Tanpa bisa menahan diri, Sherington tertawa terbahak bahak sambil meraih Gabriella dipelukkannya yang ketakutan akibat sepasang tupai pencuri.

"Ha ha ha....." Sherington mencoba menahan tawanya agar Gabriella tidak tersinggung tapi tidak bisa.

"Aku takut, tapi kau malah tertawa my lord" ujar Gabriella tersinggung. Mata Gabriella yang lama kosong kini berganti penuh kesal.

Sherington melihat kembali rona merah menjalari wajah istrinya akibat kejadian barusan, sinar mata Gabriella telah kembali.

"Maafkan aku sayang, aku akan mengusir binatang berbulu yang kau benci itu." Sherington melepaskan sesaat pelukannya dan mengusir kedua tupai pengganggu itu.

"Kau tahu sayang, kejadian tadi mengingatkanku saat pertemuan pertama kita di taman rumahmu dulu. Kau sangat ketakutan karena seekor tupai yang sedang mengagumi kecantikanmu" Goda Sherington kepada istrinya.

"Kau mengejekku my lord" Gabriella hanya bisa cemberut mendengar ejekan suaminya.

Sherington yang melihat ekspresi Gabriella telah kembali hanya dapat tertawa dan memeluk Gabriella lebih erat.

Tupai itu telah mengembalikan ekspresi istrinya? Ya Tuhan! Segala usaha Sherington selama ini sia - sia namun sepasang tupai dapat mengembalikan ekspresi istri tercintanya.

Sherington tidak peduli akan hal itu, kini dia dapat menghadapi apapun asalkan Gabriella tidak diam dan menggubrisnya seperti beberapa hari lalu.

Sherington masih tertawa terbahak beberapa saat lalu tiba - tiba terdiam memeluk istrinya semakin erat. Semua kerinduan dan penyesalannya datang menyerbu saat dapat memeluk istrinya saat ini. Tanpa disadarinya, Sherington mengeluarkan setitik air mata kebahagiaan karena dapat memeluk istrinya kembali.

"My lord?" Gabriella berujar pelan mencoba merenggangkan pelukan Sherington untuk melihat suaminya yang tiba - tiba berhenti tertawa. Betapa terkejut Gabriella melihat air mata yang menghiasi wajah suaminya. Suaminya tidak mau melepaskan pelukannya dan bergetar hebat sebelum mengeluarkan semua penyesalannya.

"Aku senang melihat dirimu hidup Gabriella. Aku senang kau berbicara kembali. Maafkan semua perbuatanku yang menyakiti hatimu. Menuduhmu berkhianat di malam pernikahan kita dan memaksamu untuk melayani nafsu bejatku." ujar Sherington sambil tetap menangis bergetar memeluk istrinya.

"Maafkan aku yang tidak bisa melindungimu dari penjahat dan rencana busuk saudaraku. Maafkan aku yang tidak bisa melindungimu dan membuatmu terluka seperti ini. Maafkan aku yang membuatmu malu karena kebiasaan mabukku, maafkan semua hal buruk yang terjadi padamu karena kelemahanku." Sherington mengeluarkan semua penyesalan dihatinya. Mengingat semua kebodohan yang dilakukannya terhadap wanita yang dicintainya ini.

Sherington tahu hanya dengan kata maaf saja istrinya tidak mungkin memaafkannya. Sherington melepaskan pelukannya dan berlutut di hadapan istrinya.

"Apa yang kau lakukan my lord?" ujar Gabriella terkejut melihat suaminya tiba - tiba berlutut dan meminta maaf darinya.

"Aku ingin maafmu sayang, aku ingin kau tetap disisiku. Aku ingin cintamu. Aku akan membuktikan penyesalanku seumur hidupku. Aku tidak akan mabuk lagi dan berjanji untuk menjadi suami dan kepala keluarga yang terbaik untukmu sayang" Sherington memohon maaf istrinya sambil berlutut dan memeluk tubuh Gabriella.

Gabriella dapat melihat kesedihan, dan penyesalan dari mata suaminya. Seorang Lord of Sherington yang agung dengan gelar, kekuasaan dan kekayaan melimpah berlutut di depannya untuk memohon maafnya. Gabriella tidak dapat berkata apa apa. Suaminya tidak sepenuhnya bersalah, semua terjadi tidak atas kehendaknya.

Gabriella memang sangat syok dengan kejadian beruntun yang dirasakannya. Karena itu saat dia siuman, yang dirasakannya hanya kesakitan serta hampa dan membuatnya lelah berinteraksi dengan orang disekitarnya termasuk suaminya.

Tapi selama sakitnya, Gabriella dapat merasakan penjagaan dan perhatian suaminya untuknya yang membuatnya perlahan - lahan kembali sadar dan merasakan cinta lebih dalam kepada suaminya. Semua kejadian yang buruk harus disingkirkan agar mereka bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dengan suaminya. Semua amarah dan kesedihan harus dihapus untuk masa depan mereka berdua.

Gabriella ikut terhanyut melepaskan sakit dan ketakutannya. Dia mulai ikut menangis dan berlutut memeluk suaminya. Keduanya menangis sambil berpelukan mengeluarkan semua rasa sesak sesal di hati masing masing.

"Aku mencintaimu Gabriella, maafkanlah semua salahku dan tetaplah disisiku" Ujar Sherington sepenuh hati. Ditangkupnya wajah Gabriella dengan kedua tangannya dan menatap dalam kedua mata abu abu jernih istrinya.

Gabriella terpana mendengarkan pengakuan cinta suaminya, inilah yang diinginkannya sejak dulu. Ungkapan cinta yang membuat hatinya kini berbunga bunga bahagia.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan karena aku juga mencintaimu, my lord" jawab Gabriella sambil tersenyum bahagia lalu mengecup pelan bibir suaminya sambil menyentuh rahang dan dagu Sherington yang mulai ditumbuhi cambang. Sherington tersenyum cerah mendengar jawaban Gabriella lalu menarik wajah istrinya untuk ciuman panjang milik mereka berdua.

***

"Kau tahu sayang, aku bersyukur terjebak bersamamu di ruang musik dulu. Dan kupikir aku tidak mungkin membenci semua binatang kecil berbulu dan berkaki empat yang membuatmu dipelukanku seperti sekarang ini" Ujar Sherington menatap istrinya setelah melepaskan ciumannya.

"Apakah kau bercanda, apapun yang telah terjadi aku tidak suka dengan sesuatu yang berbulu my lord. Lagipula apakah kau akan marah bila kukatakan bahwa semua kejadian di ruang piano itu adalah rencana ibuku, Lady Beatrix?" ujar Gabriella mencoba menjelaskan keadaan dahulu yang memaksa mereka menikah.

"Semula aku tidak sadar dan melamarmu untuk menghindari skandal. Namun setelahnya aku sadar bahwa semua kejadian itu disengaja. Tapi...." Sherington menghentikan penjelasannya sejenak.

" Tapi...?" Gabriella ingin mendengar lebih lanjut.

"Tapi... kau tahu, aku sudah jatuh hati padamu sejak pertemuan pertama kita di taman rumahmu dan kurasa skandal itu memuluskan semua jalanku untuk mengenal dan memilikimu secepatnya, sayang" Jelas Sherington kemudian mengecup cepat bibir istrinya.

"Jadi kau tidak marah dengan pengaturan yang dibuat ibuku?Jebakan ibuku?" Tanya Gabriella kembali meyakinkan dirinya.

"Kurasa aku harus berterima kasih kepada ibu mertuaku yang sudah membuat rencana terbaik dengan tikus - tikus itu dan memberikan dirimu untukku, sayang. Bukan begitu?" Tanya Sherington.

"Ya, my lord. Tapi aku tetap tidak menyukai semua binatang berbulu itu!" tegas Gabriella sekali lagi, mengingatkan suaminya akan ketakutannya terhadap tikus dan tupai.

"Hm....tapi kau pasti sukakan dengan suamimu yang berbulu ini?" tanya Sherington sambil menunjukkan cambang yang tumbuh lebat dirahang dan dagunya untuk menggoda istrinya.

Wajah memerah Gabriella menjawab semua pertanyaan Sherington dan membuatnya tertawa terbahak bahak senang memeluk Gabriella dipelukannya.

Unperfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang