(Un)Perfect Love - End

34.7K 2.1K 51
                                    

Note : 17+++

Hore...Selesai. Tidak bosan - bosannya author mengucapkan terima kasih atas semua vote dan comment dari all reader.  Cerita ini terinspirasi dari novel pengarang favorite saya Barbara Cartland. kamsahamnida....

-----------------------------------------------------------------------------------------

Malam itu Gabriella ikut turun makan malam untuk pertama kalinya bersama suami dan keluarganya. ibu dan adiknya terlihat bahagia melihat Gabriella telah sehat dan kembali ceria. Makan malam keluarga penuh kehangatan menyelimuti meja makan Sherington House.

Setelah makan malam berakhir, Gabriella merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Sherington yang mengerti kelelahan istrinya langsung berdiri membopongnya untuk membawa Gabriella ke kamar tidurnya.

"Kurasa aku harus pamit meninggalkan kalian untuk membawa istriku beristirahat segera, my lady" ujar Sherington masih sambil membopong istrinya dipelukannya. Gabriella hanya dapat menahan malu melihat tingkah suaminya yang terlalu berani membopongnya di depan ibu dan adiknya. Ibu dan adiknya yang mengerti dengan keadaan Gabriella langsung berpamitan dan Sherington membawanya menuju kamar tidurnya.

Sesampainya di kamar istrinya, Sherington membaringkan Gabriella di tempat tidur kemudian memanggil pelayan untuk membantu istrinya berganti pakaian bersiap tidur.
Beberapa waktu kemudian Sherington kembali ke kamar istrinya melalui pintu penghubung kamar mereka untuk menemani istrinya seperti malam sebelumnya.

Sherington masuk dengan membawa berkas pekerjaannya dan tersenyum melihat istri tercintanya masih belum memejamkan matanya.

"Istirahatlah sayang, aku akan menjagamu di sini" ujar Sherington sambil  duduk di kursi sebelah ranjang Gabriella. Sherington membaringkan Gabriella dan memberikan kecupan dikening Gabriella.

Gabriella senang melihat suaminya berada disampingnya sehingga dia merasa aman. Senyumnya mengembang dan mengucapkan selamat malam.

"Selamat malam my lord, aku mencintaimu" Ucap Gabriella pelan.

"Selamat malam sayangku, aku juga mencintaimu" balas Sherington lembut dan mengecup pelan bibir istrinya. Saat Sherington merasakan mendapat sambutan dari bibir Gabriella, ciuman yang semula lembut menjadi panas dan membakar gairahnya.

Gabriella merasakan seluruh indranya berdenyut bergetar merasakan Sherington menciumnya lebih dalam dan menjelajahi mulutnya. Seluruh rasa kantuk dan lelah hilang, yang diinginkannya hanya merenguk cinta suaminya.

Sherington mencium Gabriella semakin dalam memberikan seluruh rasa cintanya kepada Gabriella. Tanpa disadari, Sherington sudah berbaring di sebelah istrinya dan mulai mencumbu Gaby dengan panas.

Saat Sherington melepaskan ciumannya, nafas keduanya terengah engah berusaha mencari udara untuk bernafas. Mata Gabriella bersinar terang merasakan ciuman dalam dari suaminya. Sherington menyadari gairah yang telah menyelimuti dirinya dan mengambil nafas panjang untuk menenangkan gairah yang mulai membakarnya.

Sherington menundukkan kepalanya memandang wajah istrinya. Dengan berat hati dilepaskan pelukan ditubuh istrinya dan bangun duduk ditepi tempat tidur.

"Aku akan kembali ke kamarku Gabriella, tidurlah dulu sayang"ujar Sherington dingin merusaha menghilangkan jejak ciuman mereka tadi, lalu beranjak dari tempat tidur Gabriella.

"Kenapa kau pergi? Bukankah kau akan menemaniku dan menjagaku my lord?" Tanya Gabriella sambil menarik tangan suaminya. Dia tidak tahu kenapa suaminya tiba - tiba melepaskan ciuman panas mereka dan berubah dingin.

Sherington melihat kepolosan istrinya yang tidak menyadari efek yang dirasakan Sherington akibat ciuman panas mereka barusan.

"Aku pergi sebentar untuk menenangkan diriku sayang, nanti aku akan kembali dan menemanimu. Kuharap kau sudah tidur saat aku kembali" ujar Sherington.

"Menenangkan diri? apakah ada masalah my lord? " Gabriella bertanya ingin mengetahui masalah yang menjadi pikiran suaminya.

"Masalahnya aku ingin terus menciummu sayang." Sherington memejamkan matanya dan mencoba menjelaskan kepada Gabriella.

"Aku juga menginginkan ciumanmu my lord, maka tetaplah di sini" ucap Gabriella masih tidak mengerti makna ucapan suaminya.

"Apakah kau tahu sayang, mencium bibirmu saja tidak akan cukup bagiku. Aku sangat mencintaimu dan berhasrat untuk mencium seluruh tubuhmu dan bercinta denganmu sekarang juga" ucap Sherington serak.

Wajah Gabriella menghangat mendengarkan keinginan suaminya yang berterus terang. Sherington kembali duduk dan menjelaskan keadaannya kepada istrinya.

"Tapi aku tahu kau masih terluka dan syok dengan malam pernikahan kita dulu. Malam itu aku terlalu cemburu, mabuk dan berakhir dengan memaksamu untuk bercinta denganku. Maafkan aku Gabriella, aku berniat memperbaikinya pelan pelan agar kau bisa menghilangkan segala kenangan buruk yang kulakukan dimalam pernikahan kita dan menerimaku kembali, sayang" ucap Sherington pelan penuh penyesalan.

"Jadi, aku akan meninggalkanmu sejenak, Gabriella. Tidurlah" Tambah Sherington tegas sambil mengelus rambut panjang istrinya yang tergerai indah dan berusaha menenangkan hasratnya untuk mencium Gabriella kembali.

"Tapi...aku ingin kau disini menemaniku" Bisik Gabriella.

"Oh mengertilah sayang aku juga ingin bersamamu. Tapi aku tidak ingin menyakitimu lagi seperti malam pernikahan kita, sayang" ujar Sherington putus asa tidak bisa menahan gairahnya sendiri bila terus berada di dekat istrinya.

"Kau...kau tidak menyakitiku, my lord. Kau tidak pernah menyakitiku saat malam pernikahan kita." Gabriella menerangkan kejadian yang terjadi di malam pertama mereka.

"Malam itu kau memang mabuk dan mencoba memaksaku tapi...."

"Tapi...." Sherington mencari tahu.

"...Tapi kau tidak menyakitiku. Kau berubah menjadi lembut penuh cinta dan membawaku terbang ke langit ketujuh." Jelas Gabriella lalu menunduk tidak berani menatap suaminya. Mengingat keintiman mereka berdua malam itu membuat Gabriella malu kembali.

Sherington tersentak mendengar pengakuan istrinya dan mengangkat wajah Gabriella agar menatapnya kembali.

"Jadi maksudmu malam itu aku tidak memaksamu sayang?" Sherington mencoba memastikan pendengarannya kembali.

Gabriella menganggukkan kepalanya sekali.

"Kau tidak merasa syok atau tersakiti?" Tanya Sherington lagi

Gabriella mengangguk lagi.

"Dan kau merasa terbang ke langit ketujuh?" Sherington memastikan semuanya.

Gabriella mengangguk sekali lagi dan wajahnya kini semerah wortel. Sherington terdiam sesaat melihat pengakuan istrinya lalu tertawa terbahak bahak bahagia mendengar pengakuan istrinya yang polos. Ya Tuhan! Dia tidak memaksa Gabriella malam itu, semua beban dihatinya hilang seketika.

"Kau mengejekku lagi my lord" ujar Gabriella sambil mencoba melepaskan tangan suaminya dari wajahnya.

Sherington tidak melepaskannya malah menarik wajah istrinya semakin mendekat.

"Kau tahu sayang, kurasa aku akan tetap disini dan meneruskan ciuman kita" Ucap Sherington sambil tersenyum penuh arti.

Belum sempat Gabriella menjawab, Sherington telah menciumnya kembali dan memeluknya erat. Rasa malu Gabriella hilang entah kemana diganti dengan rasa ciuman Sherington yang memabukkan. Gabriella hanya dapat menikmati dan mengalungkan tangannya di leher suaminya yang telah berbaring disampingnya.

Satu ciuman berlanjut ke ciuman berikutnya membuai Gabriella kembali. Pagutan suaminya semakin liar dan tangannya bergerak bebas membuai tubuh Gabriella. Tubuh Gabriella tidak dapat merasakan apapun selain sentuhan dan ciuman suaminya.

"Aku mencintaimu Gaby" ujar Sherington serak penuh gairah.

"Aku mencintaimu Axton" jawab Gabriella tidak dapat berfikir lagi.

Gabriella terengah bergairah merasakan sentuhan dan ciuman panas suaminya diseluruh tempat sensitif tubuhnya, ketika hasrat telah membakar keduanya yang ada hanya ritme penyatuan dua jiwa menjadi satu.

Saat tubuh mereka bersatu, Gabriella kembali merasakan dirinya terbang ke tempat terindah dan dunianya pecah penuh warna. Keduanya melenguhkan kepuasan bersama mencapai klimaks, merengkuh kesempurnaan cinta. Perfect love.

**The End**

Unperfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang