Qais Rafa Putra Anggara

342K 12.8K 212
                                    

"Kami sudah melakukan semua tapi pendarahannya tidak mau berhenti, hanya ada satu jalan terakhir." Kata dr Ivanna.

"Apa itu dok?" Tanya Fatan.

"Mengangkat rahimnya, hanya itu yang bisa menyelamatkannya dan menghentikan pendarahannya" kata dr Ivanna membuat Fatan kaget, rahim Zara harus diambil berarti dia tidak akan mempunyai anak lagi dan apa reaksi Zara saat mengetahui ini Fatan sagat bingung harus bagaimana.

Ya Allah betapa berat ujianMu padaku. Bathin Fatan.

"Bagaimana pak?" Tanya dr Ivanna.

"Lakukan yang terbaik dok" kata Fatan akhirnya ia tidak ingin membahayakan Zara.

Dr Ivanna mengangguk dan kembali masuk kedalam.

"Semua akan baik-baik saja" kata Amina menenangkan.

"Mama, apa Fatan mengambil keputusan yang tepat, apa Fatan mengambil keputusan tepat dengan menyetujui itu ma?" Tanya Fatan.

"Benar sayang itu keputusan yang tepat," kata Amina.

"Meskipun itu berat tapi itu yang terbaik." Sambung Amina.

Fatan sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa Zara.
Ia menyesali kenapa tadi berangkat kerja jika ia tahu ada yang tidak beres dengan istrinya tadi.

Fatan melangkah menjauh dari keluarganya.
Ia melangkah menuju ruang bayi dimana bayinya berada.

Ia melihat anaknya sedang tertidur didalam inkubator bayi mungil yang baru saja lahir ke dunia.

"Sayang do'akan mamamu agar semua baik-baik saja." gumam Fatan.

Fatan pergi setelah melihat anaknya baik-baik saja.
Ia menuju musollah rumah sakit.

Ia mengambil air wudhu dan setelah itu ia melakukan sholat dhuhur.

Ia bersujud meminta petunjuk pada Allah tentang semua yang sedang dialaminya.

"Ya Allah rencana apa yang Kau rencanakan untuk kehidupanku, Kau memberi cobaan yang hampir tak sanggup untuk aku jalani"

"Ya Allah, seperti aku tak akan sanggup jika kehilangan Istriku, selamatkan dia Ya Allah hanya padaMu aku meminta." Do'a Fatan.

"Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa yang ridha (menerima cobaan tersebut) maka baginya keridhaan (Allah), dan barangsiapa murka maka baginya kemurkaan (Allah)." (HR. Ibnu Majah) bersabarlah" kata Bapak-bapak yang duduk di samping Fatan. Fatan menoleh ketika mendengar nasehat itu.
Ia melihat bapak yang motornya dibawah Fatan tadi.

"Bapak." Kata Fatan.
Bapak itu mengangguk.

"Iman, nama saya Iman" kata bapak itu sambil mengulurkan tangannya, Fatan menyambut uluran tangan pak Iman.

"Saya Fatan,Pak Iman terima kasih sudah membantu saya tadi" kata Fatan sambil mengambil kunci motor di jas kerjanya.

"Sama-sama, Allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya."

Fatan mengangguk.

"Jangan pernah lelah untuk berdo'a" pesan bapak Iman.

"Terus beusaha jangan menyerah"

Fatan mengangguk lagi.
"Terima kasih pak"

"Sama-sama, bapak permisi dulu, anak saya juga dirawat disini" kata Bapak itu.

"Anak bapak sakit apa?"

"Seperti istrimu, dia melahirkan dan dia tidak sadarkan diri sudah hampir satu minggu. parahnya anak yang diharapkan selama hampir lima tahun tidak dapat diselamatkan" cerita bapak itu.

Setulus Cinta ZaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang