====Hujan masih setia menemani malam ini. Setelah mengalami kejadian aneh di sekolah barunya yang berakhir dengan tumpangan dari Alex, Farryn menjadi susah untuk memejamkan mata. Ia masih sibuk memikirkan sekolahnya yang terkesan 'aneh'. Farryn jadi teringat gadis yang menangis tadi, ia penasaran apa yang membuatnya menangis? Chelsea bilang gadis itu -namanya Valeri- memang selalu bertingkah aneh.
Kemudian Farryn teringat dengan Alex, pria itu memberinya tumpangan meski baru saja saling mengenal. Rumah Alex memang searah dengan rumah Farryn. Tapi tetap saja'kan Farryn merasa aneh? Ah, mungkin Alex memang punya hati yang baik.
Baru saja Farryn mau memejamkan mata terdengar suara petir yang menggelegar kemudian sekelilingnya menjadi gelap. Rupanya mati lampu.
Farryn tidak suka kegelapan, ia segera bangkit dan mencari lilin di laci nakas. Gadis itu mengaduk-ngaduk isi laci namun tidak jua menemukan lilin. Ia menjadi gelisah.
Terdengar suara kaca yang di ketuk dari luar membuat Farryn semakin ketakutan. Ia mencoba berjalan mencari ponselnya, setelah menemukannya ia langsung menyalakan aplikasi senter di ponsel itu.
Penasaran dengan sesuatu di balik kaca gadis itu kemudian memberanikan diri untuk mendekat. Ia membuka gordennya, mengintip apa yang ada di balik kaca tersebut. Seketika tubuhnya menegang.
===
Tidak ingin terlambat lagi, kali ini Farry tiba di sekolah lebih cepat. Meski sudah beberapa kali memperhatikan gedung ini, tetap saja Farryn merasa janggal. Gadis itu merasa kalau bagunan ini tidak di bangun untuk sekolah. Namun, Cindai tidak terlalu memperdulikan hal itu, ia ke sini hanya untuk belajar dan tidak punya waktu untuk mengurusi hal yang tidak penting.
Setelah sampai di kelas Farryn menaruh tas gendongnya kemudian duduk di bangkunya. Masih terlalu pagi ternyata, kelasnya masih sepi, hanya beberapa saja yang sudah datang.
Farryn mengeluarkan buku catatan dan sebuah bolpoin dari tasnya kemudian menuliskan sesuatu. Saat sedang asyik menulis tiba-tiba seseorang menepuk bahunya membuat gadis itu telonjak, reflek menoleh.
"Ada apa?" tanya Farryn pada seorang pria yang tadi menepuk bahunya.
"Ini, untukmu," kata pria tersebut mengulurkan sebuah amplop pada Farryn.
"Untukku? dari siapa?" tanya Farryn bingung.
"Dari seseorang."
"Kau serius? Aku bahkan tak punya banyak kenalan di sini," kata Farryn heran. Pria di hadapan tampak sangat tak suka berbasa-basi, "Baiklah, terima kasih." Pria itu segera melenggang pergi.
===
"Kau hebat, baru saja beberapa hari di sini sudah dapat surat cinta dari penggemar," kata Chelsea menggebu. Ia tidak menyangka teman barunya itu akan mendapat surat Cinta dari Secret Admirernya. Hal yang romantis.
Farryn mengedikkan bahu, "Akupun tak mengerti, lagipula di surat itu tidak tercantum pengirimnya." Farryn menyeruput lemon tea pesanannya.
"Siapa tahu penggemarmu itu adalah seorang pria tampan, Far. Ahh, aku sangat penasaran dengannya."
"Sudahlah lupakan saja, mungkin ini hanya kerjaan orang iseng," kata Farryn tidak mau membicarakan hal ini lagi.
Kali ini mereka sedang di kantin. Kebetulan sesudah istirahat tidak ada kelas karena gurunya berhalangan masuk. Suatu keberuntungan buat para murid. .
Kantin sudah hampir sepi karena sebagian murid sudah kembali ke kelas masing-masing. Farryn mengedarkan pandangannya ke sekeliling, Kemudian ia mendapati Alex sedang berjalan di koridor sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celana. Farryn jadi teringat kejadian kemarin, ia belum sempat berterima kasih pada pria itu karena terlalu buru-buru. Oke, lain kali kalau bertemu, Farrin pasti akan mengucapkan terima kasih pada Alex."Kau tidak sedang berfikir kalau surat itu dari Alex'kan?" tanya Chelsea sontak membangunkan Farryn dari lamunannya.
Bagimana bisa Chelsea berspekulasi seperti itu? Farryn saja tidak kepikiran sampai sana. Lagipula untuk apa Alex mengiriminya surat? itu sangat mustahil. Tipikal pria seperti Alex itu pria yang banyak penggemar. Ia tidak perlu repot-repot menulis surat, kalaupun ia mau, pria itu pasti akan mengatakannya langsung tanpa melalui surat.
Oke, kalian pasti penasaran apa isi surat itu. Hanya surat ucapan selamat pagi. Di bungkus dengan amplop pink yang membuat surat itu terkesan 'sweet'.
====
Farryn keluar dari toilet kemudian berdiri di depan cermin lebar yang menampilkan sosoknya. Ia membenahi penampilannya yang sedikit berantakan. Farryn meringis, penampilannya kali ini sangat buruk, apalagi lingkaran hitam di bawah mata yang membuatnya tampak seperti zombie. Ini gara-gara kejadian semalam.
Saat sedang mencuci muka Farryn mendengar suara salah satu pintu toilet terbuka. Kemudian ada seseorang sedang berbicara, "Kau di sini saja, jangan ikuti aku." Suara seorang gadis yang terdengar begitu lirih.
"Kau bukan temanku, aku tidak punya teman sepertimu, jangan ikuti aku lagi! Pergi!!!!!" Kemudian terdengar gadis itu menangis.
Farryn merasa bulu kuduknya meremang. Ia sudah siap menajamkan indra pendengaran, menanti gadis itu berbicara lagi. Namun, yang terdengar hanyalah isak tangisnya yang semakin menjadi-jadi. Karena penasaran Farryn mencoba melihat apa yang terjadi.
Valeri. Gadis itu tengah menangis sembari memeluk lututnya. Farryn merasa iba melihatnya, ia ingin menenangkan Valeri tapi takut. Farryn semakin takut saat menyadari kalau tadi Valeri hanya sendiri di sini. Tidak ada lawan bicara yang tadi dimaksud Valeri. Mungkin Chelsea benar Valeri memang aneh.
Valeri menyadari kehadiran Farryn, gadis itu berhenti menangis dan menatap Farryn tajam. "Kau main saja dengan gadis itu," katanya sambil menunjuk Farryn. "Aku sedang tidak ingin bermain denganmu," lanjutnya.
Farryn benar-benar ketakutan. Wajah sudah dangat pucat, tubuhnya kaku. Tingkah Valeri membuatnya tidak bisa bergerak, ia tidak tahu Valeri sedang berbicara dengan siapa.
Tadi Valeri menangis, namun sekarang gadis itu tertawa kecil menatap tembok di sebelahnya. "Kau tertarik dengannya?" tanya Valeri entah pada siapa. Farryn ingin pergi dari sana, tapi tubuhnya sulit untuk digerakkan. Sendi-sendinya seakan tidak berfungsi lagi.
Ia melemah kemudian semuanya menjadi gelap. Gadis itu pingsan.====
"Apa yang terjadi dengamu?" serbu Chelsea setelah Farryn tersadar dari pingsangnya. Saat ini mereka berada di ruang unit kesehatan sekolah.
"Tadi aku bertemu Valeri di toilet," jawab Farryn. Gadis itu bangkit dari posisi berbaringnya kemudian duduk bersandar pada tepian ranjang.
"Lalu?" tanya Chelsea penasaran. "Sudah kubilang jangan dekati gadis aneh itu."
"Aku tak sengaja bertemu dengannya," kata Farryn kemudian menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya di toilet tadi. Cerita Farryn berhenti sampai gadis itu tidak sadarkan diri. Setelah itu Farryn tidak tahu apa yang terjadi, tahu-tahu dirinya sudah ada di ruangan ini.
"Kau benar-benar tak tahu siapa yang membawamu kemari?" tanya Chelsea membuat Farryn bingung. Gadis itu memang tidak tahu. Tadinya Farryn kira Chelsea yang membawanya kemari, tapi setelah dipikir-pikir tidak mungkin juga gadis itu sanggup membopong Farryn. Kecuali kalau ia punya kekuatan super.
"Aku tak tahu, apa kau mengetahuinya?" tanya Farryn penasaran.
Chelsea menyeringai aneh, "Alex yang membawamu kemari," katanya dengan nada takjub.
"Kau serius?" Farryn tidak percaya dengan yang dikatakan Chelsea. Bagimana bisa pria itu yang membawanya kemari, ia pingsang di toilet cewek bukan di toilet cowok. Ini benar-benar aneh.
"Aku melihatnya sendiri, pria itu membopongmu kemari, saat itu aku sedang di depan kelas, ia melewatiku, kemudian aku segera menyusul kemari," katanya menjelaskan, "Bukankah itu sangat romantis?"
Membayangkan itu semua membuat pipi Farryn memerah. Ia tak bisa menyembunyikan gejolak dalam dadanya. Ada persaan hangat yang mengalir di aliran darahnya.
"Kau begitu beruntung, Farryn. Kau berhasil membuat para gadis di sini iri denganmu." Chelsea terkekeh.
====
TBC hueheheh...
Maafkan kalo bagian horornya gagal (?) gue gak bisa soalnya :3
.
Yang mau ngasih kritik dan saran silahkan, gue bakal terima dengan lapang dada ^_^09-05-2016

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
HorrorAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...