MIS | 25

34.8K 2.4K 75
                                    


Kala itu senja sudah tiba, semburat jingga yang terhampar di langit sana merupakan sebuah tanda, yang konon menurut cerita orang tua adalah saat yang tepat untuk makhluk gaib berkeliaran di sekitar manusia.

Seorang gadis melirik ke kanan dan kiri dengan was-was. Setelah dirasa keadaan cukup aman ia berjalan kembali. Melewati koridor yang sepi, tidak ada satu pun siswa yang tertinggal di sana. Hanya dirinya, dengan jantung yang berdetak liar.

Gadis itu menghentikan langkahnya setelah tiba di pelataran gudang sekolah. Ia tertegun sambil memerhatikan bangunan tua bergaya vintage itu. Ada perasaan takut mengalir bersama aliran darahnya. Tubuhnya dipenuhi keringat dingin. Tidak biasanya ia seperti ini. Seharusnya perasaan was-was akan hal seperti ini tidak akan terjadi padanya. Karena dia adalah Valeri, gadis yang mempunyai indera keenam dan tidak takut dengan hal-hal yang berbau mistis.

Tapi, ketakutan yang dirasakannya saat ini justru bukan ketakutan akan hal mistis. Ia merasa bahwa ada bahaya yang sedang mengintainya. Namun, ia sudah bertekad untuk tidak mundur, ia siap menerima konsekuensinya.

Kini gadis itu berdiri di depan gudang sekolah. Gudang yang katanya menjadi portal di mana orang yang masuk ke dalamnya akan terbawa ke alam lain. Seperti yang terjadi pada Farryn. Valeri mempunyai duplikat kunci gudang itu, karena sebetulnya kunci yang tempo dulu dikirim khusus untuk Farryn adalah kunci miliknya. Ia diperintahkan oleh Alex mengirim kunci tersebut untuk menjebak Farryn agar terperangkap oleh Elsa.

Pada saat itu Valeri menurut saja. Ia ingin Alex bahagia dengan Elsa. Tapi, setelah Elsa berhasil menguasai separuh jiwa Farryn, Alex malah menentangnya. Alex mencintai Farryn sejak pertama kali bertemu. Pria itu ingin melenyapkan Elsa. Dan lagi-lagi Valeri harus bersedia melakukan apapun untuk kebahagiaan kakaknya itu.

Valeri tahu bahwa peti Elsa disembunyikan di salah satu ruangan dalam gudang itu. Peti itu dikubur di dalam tanah. Hanya Valeri dan Erica yang mengetahui keberadaan peti itu, Alex pun tidak tahu sama sekali.Dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk membakar peti Elsa. Karena menurut feelingnya, Erica sedang sibuk menjalakan misi lain, jadi ia berharap Erica tidak akan menyadari tindakannya kali ini.

Saat Valeri hendak memasukkan kunci itu ke dalam gudang, tiba-tiba seseorang menyekapnya dari belakang. Orang itu membopong Valeri dipundaknya kemudian membawanya pergi menjauhi gudang.

Sementara Valeri, gadis itu meronta-ronta minta dilepaskan, tapi tidak berhasil. Ternyata ketakutan yang dirasakannya tadi adalah firasat. Memang benar saat ini dirinya dalam bahaya. Valeri merutuki kebodohannya dalam hati.

====

Seorang gadis terbaring lemah di ruang perwatannya. Sudah hampir seminggu ia tidak sadarkan diri. Gadis itu mengalami koma. Tapi, dokter tidak menemukan penyabab yang logis mengapa ia koma. Karena organ-organnya masih berfungsi dengan baik. Hanya detak jantungnya yang semakin melemah.

Suatu keajaiban gadis itu bisa tersadar kembali. Kelopak mata itu begerak-gerak. Juga jari tangannya yang memberikan reaksi sama. Lalu, mata itu sepenuhnya terbuka. Mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, kemudian terhenti pada satu titik. Ada seorang yang sedang duduk di sisinya, kepalanya menelungkup pada satu lipatan tangan di atas kasur, sementara tangan yang satunya memegang tangannya dengan kuat.

Saat Farryn menggerakan jari tangannya yang berada dalam genggaman orang itu. Orang itu langsung menegakkan kepalanya. Wajah tampannya terlihat pucat dengan kantung mata yang mengerikkan. Farryn tertegun menyadari orang itu adalah Alex.

Lalu terdengar suara berat dan serak menggumamkan namanya, "Farryn."

"Alex," sahut Farryn lemah. Kerongkongannya terasa kering dan sakit. Sudah berapa lama ia tidak minum? Melihat segelas air putih di atas nakas Farryn mengulurkan tangannya berniat mengambil gelas itu. Tapi sebelum ia berhasil meraihnya, Alex lebih dulu mengambilnya.

"Kau haus?" tanya Alex lembut.

Farryn mengangguk.

Alex kemudian mendekatkan gelas itu ke bibir Farryn yang terbuka. Ia sedikit bangkit untuk menekan punggung Farryn agar air itu masuk ke dalam mulutnya. Farryn menegang, ia merasa tersengat aliran listrik saat telapak tangan Alex menyentuh punggungnya dengan lembut.

Setelah Farryn menegak satu gelas air, Alex kembali menyimpan gelas itu di atas nakas.

Farryn mengernyit menyadari dirinya kini berada di dalam ruang perawatan rumah sakit. Ia berusaha mengingat rangkaian peristiwa yang terjadi sebelum ini. Hal yang terakhir ia ingat adalah jiwanya yang terpisah dengan jasadnya. Ia ingat Elsa, gadis itu menginginkan jiwanya. Farryn semakin bingung karena saat ini ia merasa kalau jiwanya sudah kembali pada jasadnya.

"Apa yang terjadi denganku?" tanya Farryn menuntut penjelasan.

"Kau koma selama seminggu ini," jawab Alex.

"Alex, aku ingin bertanya sesuatu."

Alis Alex tertaut mendengar permintaan Farryn. "Apa?" tanyanya heran.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Elsa? Mengapa dia sangat menginginkan jiwaku?" Farryn tidak bisa menutupi keingintahuannya.

Alex mengembuskan napas berat. Rasa bersalah itu datang kembali, apalagi mengingat Farryn yang hampir kehilangan nyawanya karena obsesinya yang dulu menginginkan Elsa hidup kembali. Kalau saja dulu ia tidak berkoalisi dengan Elsa untuk mengambil jiwa Farryn mungkin keadaannya tidak seperti ini. Kalau saja Alex tidak jatuh cinta kepada Farryn mungkin keadaan juga akan lebih mudah. Tidak rumit seperti ini.

Ia bingung harus menjelaskan apa pada Farryn. Maka dari itu Alex hanya mengagumkan kata "maaf"yang langsung mendapat kernyitan di dahi Farryn.

"Aku akan menyelamatkanmu Farryn, aku berjanji. Percaya padaku semua ini akan segera berakhir." Alih-alih menjawab pertanyaan Farryn, yang berhasil Alex ucapkan hanyalah kalimat itu.

Sementara Farryn, ia tertegun. Kalimat 'Aku akan menyelamatkanmu' mengingatkannya pada sebuah peristiwa. Farryn tidak tahu itu hanyalah mimpi atau kenyataan, peristiwa yang masih segar dalam ingatannya. Saat Alex menciumnnya di tengah kegelapan kemudian berkata, "Aku akan menyelamatkanmu, Farryn."

Farryn sendiri tidak mau berfikir terlalu keras, kepalanya masih terasa pusing. Jadi ia putuskan untuk menekan rasa keingintahuannya.

"Kau harus istirahat, aku akan pergi dulu sebentar." Alex kemudian membungkukkan tubuhnya, ia mendaratkan sebuah kecupan singkat di kening Farryn. Lalu, pria itu melesat dari balik pintu tanpa berkata apapun lagi.

Kecupan tadi ternyata memberi efek besar untuk Farryn. Alih-alih merasa tenang, detak jantungnya malah semakin menggila. Muncul perasaan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Seperti, kebahagian yang amat berlebihan. Mungkin, ini yang dinamakan jatuh cinta?

====

A/n
Hai! Maaf gue ngaret :3 Gue sempet stuck, otak gue macet :3 Tapi akhirnya jadi juga part ini, meskipun agak absurd :v

Mistery In SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang