MIS | 8

40.1K 3.3K 94
                                    

MIS | 8

^^^^

Farryn menuruti permintaan Erica untuk ke ruangannya. Gadis itu berjalan mengekori Erica. Ia terlalu bingung untuk menerka apa yang akan Erica lakukan padanya. Namun, Farryn merasa kalau ini adalah hal yang buruk.

Erica duduk di kursi kebanggaannya kemudian menyuruh Farryn duduk di depannya. Ia menatap Farryn dengan tatapan mengintimidasi, membuat Farryn tidak nyaman.

"Kau tahu mengapa aku memanggilmu ke sini?" tanya Erica terdengar datar.

"Aku tak tahu," jawab Farryn.

"Kau memiliki kunci itu'kan?" tanya Erica menyelidik.

Farryn tersendak. Kunci yang mana? Farryn menduga kalau kunci yang dimaksud Erica adalah kunci yang ia simpan. Tapi untuk apa Erica menanyakan itu? Apa hubungannya?

Farryn segera mengubah ekspresinya menjadi datar. "Kunci?" tanyanya memasang tampang bingung.

"Ya, sebuah kunci, ahli ramalku mengatakan kalau kunci itu ada padamu." Erica memandang Farryn dengan menusuk. Kali ia tidak harus berpura-pura lagi di depan gadis ini. Peramalnya mengatakan kalau Farryn adalah orang yang dipilih Elsa.

"Kau jangan berpura-pura bodoh, Farryn! Aku tahu kau menyimpan kunci itu!" Erica mengeram marah. Matanya menyala, membuat Farryn merinding. Ada apa di balik sang Kepala Sekolahnya itu?

"Berikan padaku kunci itu!" gertaknya tak sabar.

"Aku tak punya, aku tak mengerti kunci apa yang kau maksud." Farryn berusaha mengelak. Ia mencoba berani meskipun jantungnya bertalu-talu ketakutan.

"Rupanya kau ingin mempermainkanku, ya?" Erica tertawa mengejek, "Cepat berikan atau aku akan memaksamu!" Bentaknya marah.

Farryn menggeleng. Ia bersyukur tidak membawa kunci itu. Kunci itu berada di lemari kamarnya, masih utuh di dalam kotak yang ia temukan waktu itu.

Farryn bergetar hebat, keringat dingin bercucuran membanjiri tubuhnya. Ia melihat Erica mengeluarkan pisau tajam dan mengusapnya lembut. Seolah benda itu adalah benda kesayangannya.

"Kau mau mati? Aku siap mencabut nyawamu saat ini juga." Erica menyeringai lebar. Memperlihatkan pisau yang mengkilat di pada Farryn.

Sementara Farryn, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak menyangka kalau Erica yang dulu dikenalnya sebagai kepala sekolah yang ramah kini menjelma menjadi psikopat yang menakutkan. Ia teringat mimpi itu. Di mimpi itu Erica mengatakan kalau ia akan berbuat apa saja demi membalaskan dendamnya.

"Kau masih tak mau mengaku juga?" tanya Erica tak sabar.

Farryn bimbang, ia tidak ingin mati di tangan psikopat itu tapi ia juga tak ingin memberitahukan di mana kunci itu. Hatinya seakan mendorongnya untuk tidak takut.

"Kalau begitu, aku akan menancapkan pisau ini di hatimu."

Farryn reflek menutup mata. Erica mengarahkan pisau itu di depannya. Tepat di dadanya. Ia sudah pasrah. Tapi, beberapa detik kemudian Farryn sadar, ia tidak merasakan apapun. Ia tidak merasakan sakit, ia meraba dadanya. Tidak ada pisau di sana.

Perlahan gadis itu membuka matanya. Ia terbelalak saat mendapati Alex sedang memegangi kedua tangan Erica. Satu tangan Erica yang memegang pisau ia putar, membuat wanitu itu meringis kesakitan. Alex berhasil mengambil alih pisau itu dan melemparkannya jauh-jauh.

Sebenernya Alex mengikuti Farryn sejak tadi. Saat melihat gadis itu dibawa ke ruangan Erica Alex mengikuti. Ia mengintip percakapan mereka dari balik pintu yang tidak tertutup dengan sempurna sehingga menyisakan celah. Ia sangat bersyukur karena datang tepat waktu.

Mistery In SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang