^^^^
Malam ini begitu pekat, angin berembus sangat kencang. Sejak kematian ibunya Elsa hanya tinggal seorang diri di dalam rumah besar peninggalan ayahnya itu. Sebenarnya ia bisa pulang ke kampung halamannya dan tinggal bersama kakek dan neneknya, tapi Elsa menolak dengan alasan masih ada sesuatu yang harus ia selesaikan.
Setelah pemakaman ibunya kemarin, ia menemukan sebuah amplop tertera di meja rias ibunya. Amplop itu ditujukan untuknya. Isinya sebuah surat singkat yang ditulis mengunakan tinta berwarna merah.
Selamat datang di nereka, Elsa
Elsa masih tidak yakin jika ibunya menggantung dirinya sendiri. Natalia bukan orang yang suka berpikir pendek. Natalia adalah wanita cerdas dan selalu menggunakan akal sehatnya sebelum bertindak. Ia tidak mungkin melakukan hal-hal yang irasional seperti ini. Apalagi dengan ditemukannya surat itu, Elsa yakin kalau ibunya dibunuh. Tapi, siapa yang tega membunuh ibunya? Yang Elsa tahu Natalia adalah wanita wanita baik hati yang perduli dengan apa yang ada di sekitarnya. Natalia tidak memiliki musuh, dan ia bukan seseorang yang pendendam.
Elsa merasa ada yang janggal dan ia ingin meluruskannya. Gadis itu masih belum bisa menerima kematian ibunya. Makanya ia bersikeras ingin membongkar kejahatan ni, ia ingin pembunuh ibunya mendapatkan hukuman.
Dengan mata nyalang ia menatap ke luar jendela, di sana bulan purnama terlihat sangat menyala. Suara binatang malam bersahutan membuat irama yang membuat siapapun akan merinding. Elsa teringat dengan ayahnya. Biasanya di jam segini, Rafael baru pulang kerja. Lalu mereka akan malam bersama dengan hangat. Namun, dua tahun terakhir ini hal itu tidak pernah terjadi. Tidak pernah ada Rafael yang yang selalu berkata bijak di meja makan, hanya ada Natalia dan Elsa.
Lalu untuk sekarang dan selanjutnya itu tidak akan pernah terjadi lagi.
Tidak ada Rafael, tidak juga Natalia. Hanya Elsa seorang diri.
Elsa hendak menutup gorden kamarnya saat sesuatu menghentikan tindakannya. Ia melihat sosok berjubah berdiri di dekat pohon. Wajahnya tertutup topeng, namun Elsa bisa merasakan pandangan sosok itu menembus ke arahnya.
Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jubahnya dan menunjukkannya pada Elsa. Dengan gerakan cepat gadis itu menutup gordennya. Jantungnya berdebar keras, adrenalinnya terpacu.
Siapa sosok itu sebenarnya? Apakah dia adalah pembunuh ibunya?
====
"Elsa...," Suara berat seorang pria sukses membuat gadis itu menoleh ke sumber suara. Ia mendapati Alex yang mengulum senyum padanya.
Alex mendekati Elsa kemudian duduk di samping gadis itu. Ia meraih telapak tangan Elsa dan menenggelamkannya dalam balutan tangannya yang besar. Ia genggam erat tangan itu seolah tidak ingin terlepas. Alex menatap Elsa dengan tatapan tidak terbaca.
Elsa mengusap tangan Alex yang menggenggam tangannya dengan tangan yang satunya. Ia mendongak menatap iris cokelat Alex. "Kau kenapa?"
"Aku mencintaimu," ucapnya memasang tampang serius.
Elsa terkekeh, "Aku tahu, Alex."
"Aku ingin melindungimu dari 'mereka'," ucap Alex menatap Elsa lekat-lekat.
Kening gadis itu melipat menunjukkan kebingungannya. Elsa merasa ada yang aneh dengan Alex hari ini. Pria itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Mereka siapa yang kau maksud?"
"Aku yakin kau sudah menemukan kejanggalan bukan?" Alex balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Elsa.
"Tapi--mengapa mereka melakukan semua ini padaku?" tanyanya lirih.
"Aku belum mendapatkan bukti yang kuat." Alex menarik bibirnya menjadi satu garis tipis. Ia mengalihkan pandangan dari Elsa dan menatap lurus ke depan. "Aku tahu ibumu bukan mati karena bunuh diri, ibumu mati dibunuh."
Elsa merasakan sesak lagi di dadanya. Ternyata Alex juga merasakan kejanggalan itu. Meski Elsa belum tahu siapa mereka yang dimaksud Alex tapi Elsa yakin kalau mereka itu akan terus menerornya.
"Mereka begitu kejam, mereka merenggut satu-satunya orang yang aku miliki, kenapa harus Mom? Kenapa tidak aku saja yang mereka lenyapkan?"
Elsa memandang kosong pada rumput yang ia pijak, setitik air meluncur dari kelopak matanya. Ia merasa kalau dunia ini begitu kejam. Rasanya Elsa ingin pergi, ingin menyusul kedua orang tuanya. Tapi ia bukan gadis bodoh, kematian tidak akan menyelesaikan semuanya. Lagipula ada Alex yang bersedia untuk selalu berada di dekatnya, menjadi tameng yang akan selalu melindunginya.
Mereka tidak sadar kalau sedari tadi seseorang mengawasinya dari balik pohon.
====
"Bagaimana, Richad, apa kau sudah melaksanakan perintahku?" tanya Erica pada orang kepercayaanya. "Aku tidak sabar ingin melenyapkan gadis itu." Ia menyeringai lebar dan tertawa dalam hati. Akhirnya dendamnya pada Rafael akan segera ia tuntaskan.
"Gadis itu sudah merasakan kehadiran kita, tapi ada seseorang yang sok menjadi pahlawan untuk gadis itu," jawab Richad.
Wajah Erica berubah marah, "Siapa dia?"
"Seorang pria bernama Alex."
Erica mengerutkan keningnya. Sebagai kepala sekolah ia mengenal nama-nama siswa di sekolahnya. Dan hanya ada satu nama Alex di sekolah itu, Alexander Rudolf, pria yang disukai Jessie.
"Apakah Alex adalah orang sama dengan Alex yang Jessie sukai?"
Richad mengangguk.
"Aku akan yang membereskan pria itu, kau tetap laksanakan tugasmu!" titahnya dengan nada tinggi.
Mengapa selalu ada penghalang di saat ia akan mendapatkan kepuasan? Dulu saat dirinya akan menikah dengan Rafael ada Natalia yang menghalangi dan menjadi penyebab musnahnya cinta Rafael. Yang menumbuhkan kebencian dalam hatinya lalu menyebar menjadi dendam.
====
20-Mei-2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
HorrorAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...