MIS | 10

38.4K 3.1K 84
                                        

MIS | 10

^^^^

"Aku tak menyangka kisah cinta kepala sekolah kita begitu tragis." Farryn menggeleng-geleng dramatis.

Farryn benar-benar tak menyangka Erica mempunyai masa lalu yang begitu buruk. Dendam masa lalu membuatnya menjadi seperti iblis. Ternyata rasa sakit bisa membuat manusia menjadi tidak terkontrol.

"Apa kau masih mau mendengarkan ceritaku?" Alex bertanya dengan datar. Pria itu mengembuskan napas berat. Ceritanya masih panjang. Ia tidak mungkin melanjutkan cerita sampai selesai.

Sementara Farryn mengangguk semangat. Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi.

"Ceritanya akan kulanjutkan besok saja." Alex memutuskan untuk menyudahinya. Lagipula hari sudah mendekati malam, beberapa menit lagi mentari akan tenggelam.

"Tapi aku masih penasaran!" seru Farryn menggebu. Matanya berkilat-kilat ingin tahu.

"Sekolah sudah sepi, sebaiknya kita pulang," ucap Alex membuat bibir Farryn tertekuk ke bawah. Tapi melihat ekspresi tegas di wajah Alex, sepertinya keputusan itu tidak dapat diganggugugat.

Farryn terlihat kecewa. Ia mendongak ke atas, melihat hamparan langit petang yang menguning. Alex benar ia harus pulang, sebentar lagi malam akan tiba.

"Baiklah kalau begitu," ucap Farryn pelan, masih tidak rela Alex memutuskan ceritanya di tengah jalan.

====

Farryn mengambil kunci itu dari lemarinya. Sejenak ia memperhatikan benda itu, benda yang membuatnya harus terlibat pada misteri ini.

Ia memasukan sebuah kalung perak ke dalam lubang kecil di kunci tersebut. Membuat kalung peraknya berbandul kunci.

Farryn lantas mengalungkannya di leher. Ia menatap bayangan dirinya di cermin matanya tertuju pada kalung perak berbandul kunci di dadanya. Farryn sengaja menjadikan kunci itu sebagai bandul. Agar ia bisa menjaga kunci itu dan memastikannya dalam keadaan aman.

Angin malam berembus keras, sampai-sampai gorden di kamar Farryn berkibar-kibar dan mengeluarkan suara yang nyaring. Tiba-tiba jendela di kamarnya terbuka lebar dengan sendirinya. Seperti ada kekuatan gaib yang mendorong jendela itu untuk terbuka.

Farryn menjerit di tempatnya. Ia memandang jendela itu dengan ketakutan. Tubuhnya kaku, angin malam melesak masuk menyebarkan dingin yang membuat mengigil.

Farryn masih terpaku. Ia tidak bisa berfikir, hatinya terus melapalkan doa-doa yang dipercayainya mampu mengusir setan. Kalau di film-film horor yang Farryn lihat, akan ada sosok menakutkan yang muncul di antara dua jendela yang membelah itu.

Namun, yang terjadi kali ini tidak seperti film-film horor. Tidak ada apapun di sana. Tidak ada suara anjing menggonggong. Tapi tetap saja Farryn ketakutan. Jendela itu tidak mungkin bisa terbuka hanya karena dorongan angin.

Sebuah cahaya putih mengumpal di sana, membentuk pusaran angin yang melingkar. Farryn mengerjap memfokuskan pandangannya pada cahaya itu.

Cahaya putih itu semakin nyata, semakin berwujud kemudian berubah menjadi sosok gadis cantik layaknya bidadari. Farryn sampai tidak berkedip melihatnya. Wajahnya pucat, rambutnya berwarna hitam legam panjang sebatas pinggang. Tapi, tatapannya kosong.

Gadis berwajah bidadari itu menghampiri Farryn yang masih mematung di tempatnya.

"Farryn." Suaranya terdengar merdu dan menyejukkan. Farryn mengira kalau gadis itu adalah jelmaan malaikat. "Kau harus menyelamatkanku," lirihnya menatap Farryn memohon. Iris matanya yang hitam itu menyorotkan penderitaan yang mendalam.

Gadis itu memperpendek jaraknya dengan Farryn. Diraihnya tangan Farryn yang bergetar.  Farryn bisa merasakan kulitnya bersentuhan dengan kulit gadis itu. Kulitnya sangat dingin dan keras seperti es.

"Hanya kau bisa menyelamatkanku."

"Siapa kau?" Farryn memberanikan diri untuk bertanya meskipun suaranya terdengar bergetar.

"Aku Elsa," ucapnya kemudian tersenyum. Senyum yang mampu meluluhkan siapapun yang melihatnya.

====

Lagi-lagi Farryn bermimpi, tapi mimpi itu seperti nyata. Farryn merasa kalau Elsa benar-benar menemuinya. Elsa sangat cantik, pantas saja Alex menyukainya. Mengetahui fakta itu Farryn jadi sedikit kesal, eh? ia cemburu? Entahlah!

Farryn benar-benar penasaran, apa yang membuat Elsa menghilang. Alex belum menceritakannya semuanya. Seharusnya kemarin ia memaksa Alex untuk menyelesaikan ceritanya.

Farryn menoleh melihat jam weker di atas nakas, matanya membulat seketika, ia terlambat. Gadis itu cepat-cepat beranjak dan bersiap untuk sekolah.

====

"Farryn!"

Farryn menoleh mendapati Valeri sedang melambai ke arahnya. Gadis itu tersenyum lebar memperlihatkan barisan giginya kemudian berlari kecil menghampiri Farryn.

"Valeri," sapa Farryn riang.

Valeri memperhatikan Farryn kemudian pandangannya jatuh pada kalung perak berbandul kunci itu. "Kalung yang bagus," ucap Valeri.

Farryn segera meraba kalungnya, memegang bandul kunci itu, "Aku sengaja memakainya, aku ingin memastikan kalau kunci ini selalu ada dalam genggamanku, bukankah seharusnya begitu?"

"Ya, kau benar," jawab Valeri. "Tapi kau harus lebih berhati-hati. Banyak bahaya yang mengintaimu, Farryn," lanjutnya.

Farryn mengernyit, "Bahaya?" tanyanya heran.

"Ya, sejak Elsa memilihmu, kau selalu diawasi."

Sebenernya Farryn masih belum mengerti kenapa Elsa memilihnya. Kenapa Elsa percaya kalau ia bisa menyelamatkannya. Apalagi Farryn belum tahu apa yang terjadi dengan Elsa. Semuanya tampak membingungkan.

"Valeri, mengapa Elsa memilihku?"

"Entahlah, mungkin karena kau mempunya kemiripan dengannya," ucap Valeri sambil mengedikkan bahu.

"Kemiripan?"

"Kalian sama-sama memiliki iris mata berwarna hitam," ucap Valeri.

Farryn merasa tidak puas dengan jawaban Valeri.

"Sebenarnya aku tak tahu, mungkin karena Alex tertarik denganmu."

"Alex? Apakah semua ini ada hubungannya dengan Alex?" tanya Farryn penasaran. Mengetahui fakta Alex tertarik padanya ia merasa senang.

"Mungkin," jawab Farryn.

"Omong-omong soal Alex, kau tahu di mana dia? Aku akan menangih janjinya untuk melanjutkan cerita kemarin."

Valeri terkekeh pelan, "Sepertinya kau semakin dekat saja dengan kakakku itu."

"Eh? Kami tidak lebih dari teman, lagipula Alex mencintai Elsa'kan?" Farryn terlihat gelagalan.

"Memangnya kau ingin lebih dari sekedar teman?" Valeri menggoda Farryn sembari menaikturunkan alisnya.

"Apa? Tidak!" sahut Farryn cepat. Pipinya memerah.

Valeri tertawa kecil, "Kau blushing!"

====

TBC

Gak pa-pa ya, pendek, yang penting'kan dilanjut. Hehe
Gueee mintaaa Vommentnya dong! Please ya, ya, gue syedih lapak gue sepi banget :3

Mistery In SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang